This paper presents an approach for hydrolyzing cellulose nanocrystals from oil palm empty fruit bunch (OPEFB) presented through hydrochloric acid hydrolysis under sonication–hydrothermal conditions. ...Differences in concentration, reaction time, and acid-to-cellulose ratio affect toward the yield, crystallinity, microstructure, and thermal stability were obtained. The highest yield of cellulose nanocrystals up to 74.82%, crystallinity up to 78.59%, and a maximum degradation temperature (Tmax) of 339.82 °C were achieved through hydrolysis using 3 M HCl at 110 °C during 1 h. X-ray diffraction analysis indicated a higher diffraction peak pattern at 2θ = 22.6° and a low diffraction peak pattern at 2θ = 18°. All cellulose nanocrystals showed a crystalline size of under 1 nm, and it was indicated that the sonication–hydrothermal process could reduce the crystalline size of cellulose. Infrared spectroscopy analysis showed that a deletion of lignin and hemicellulose was demonstrated in the spectrum. Cellulose nanocrystal morphology showed a more compact structure and well-ordered surface arrangement than cellulose. Cellulose nanocrystals also had good thermal stability, as a high maximum degradation temperature was indicated, where CNC-D1 began degrading at temperatures (T0) of 307.09 °C and decomposed (Tmax) at 340.56 °C.
Full text
Available for:
IZUM, KILJ, NUK, PILJ, PNG, SAZU, UL, UM, UPUK
Glukosa yaitu Produk sampingan dari proses hidrolisis, yang melibatkan pengolahan polisakarida seperti pati dengan enzim atau asam kuat, menghasilkan glukosa cair. Ubi jalar kuning adalah bahan awal ...untuk penelitian ini, yang dihidrolisis dengan katalis yang terbuat dari HCl. Tujuan dari penelitian ini untuk menilai efisiensi pemanfaatan katalis asam klorida untuk menghidrolisis pati ubi jalar kuning menjadi glukosa serta memahami hidrolisis tepung ubi jalar kuning menjadi glukosa dengan katalis HCl. Dari hasil penelitian waktu hidrolisis 150 menit dan suhu 100oC. kandungan glukosa tertinggi 25% didapat dengan jumlah 4,92 gr, Yield tertinggi 94,4%, dan konversi glukosa tertinggi 88,46%. Kadar air tertinggi di 9,32%, yaitu di waktu hidrolisis 60 menit dan suhu 70. Kata Kunci:asam klorida, glukosa cair, hidrolisis, temperatur dan ubi jalar
Bioplastik adalah plastik yang dapat digunakan seperti plastik konvensional, tetapi dihancurkan oleh aktivitas mikroorganisme pada produk akhir dan karbon dioksida setelah digunakan dan dilepaskan ke ...lingkungan. Karena sifatnya yang dapat kembali kealam, bioplastik termasuk bahan plastik yang ramah lingkungan. Dengan menambahkan pati ke dalam polimer sintesis maka diharapkan plastik yang dihasilkan dapat terdegradasi secara alami. Film plastik pati ini dibuat mengunakan pati biji durian, gliserol sebagai plasticizer dan asam asetat sebagai katalis.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berat pati dan variasi volume gliserol terhadap karakteristik film plastik pati biji durian.Variasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu perbandingan berat pati dan volume gliserol dengan berat pati (2%, 4%, 6%, 8%) dan volume gliserol (3 ml, 6 ml, 8 ml, 10 ml). Penelitian ini sudah pernah dilakukan namun yang menjadi perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah dari segi variabel dan jenis pati yang digunakan. Pada penelitian ini diperoleh hasil uji derajat swelling terbaik pada variasi volume gliserol 3 ml dan 2% pati yaitu sebesar 33,65%, kemudian pada uji biodegradasi diperoleh hasil terbaik pada variasi 8% pati dan 10 ml gliserin dan hasil analisa Tensile Strength diperoleh kekuatan tarik film plastik maksimum terjadi ketika 4% perubahan volume 3 ml gliserin adalah 0,65 MPa.
Biokomposit adalah suatu material komposit yang merupakan gabungan dari polimer alami sebagai fasa organiknya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji bagaimana pengaruh penambahan CMC dan alginat ...terhadap campuran kitosan dan pektin untuk menghasilkan biokomposit. Penelitian ini sudah pernah dilakukan sebelumnya tetapi Pembuatan ini menggunakan kitosan dan gelatin sebagai matriks serta gliserol sebagai aditif sedangkan penelitian ini menggunakan kitosan dan pektin sebagai matriks serta CMC dan alginat sebagai aditif dengan variasi konsentrasi (w/v) 2%, 3%, 4%, 5% dan 6%. Dari hasil penelitian diperoleh daya swelling Biokomposit (Kitosan-Pektin-CMC) sebesar 628,12%, Biokomposit (Kitosan-Pektin-Alginat) sebesar 518,18%. Daya absorbsi Biokomposit (Kitosan-Pektin-CMC) sebesar 528,12% dan Biokomposit (Kitosan-Pektin-CMC) sebesar 170%. Daya ketebalan Biokomposit (Kitosan-Pektin-CMC) sebesar 3 mm dan Biokomposit (Kitosan-Pektin-Alginat) sebesar 2 mm. Daya kuat Tarik Biokomposit (Kitosan-Pektin-CMC) didapat sebesar 2,07 MPa dan Biokomposit (Kitosan-Pektin-Alginat) didapat sebesar 1,91 MPa. Daya elongasi Biokomposit (Kitosan-Pektin-CMC) didapat sebesar 18,5% dan Biokomposit (Kitosan-Pektin-Alginat) didapat sebesar 10,6%. Untuk analisa gugus FTIR membran biokomposit ini mengandung senyawa C-H (Alkana) C=O (Asam karboksilat), C-N (Amina), CO (Asam karboksilat) dan senyawa gugus O-H.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki komoditas penghasil biji pinang terbesar didunia. Biji pinang mengandung beberapa komponen senyawa kimia yang sangat penting diantaranya tanin, ...alkaloid, lemak, serat, mineral dan pholyphenol. Tanin pada biji pinang ini dapat diambil dengan menggunakan metode ekstraksi menggunakan pelarut etanol. Salah satu fungsi tanin ini sebagai pewarna pada industri pembuatan tinta dan cat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum pengaruh suhu dan konsentrasi pelarut etanol pada proses ekstraksi tanin dari biji pinang dengan menggunakan pendekatan response surface methodology (RSM). Variabel dalam penelitian ini adalah konsentrasi etanol diantaranya 78, 82, 86, 90 dan 94% dengan suhu operasi 50,55, 60, 65 dan 70 oC. Hasil penelitian ini menunjukkan kondisi yang optimum terdapat pada suhu 60 oC dan konsentrasi 86% dengan perolehan kadar tanin sebesar 33,04%, densitas diperoleh sebesar 1,32 gr dan berat tanin diperoleh sebesar 2,04 gr.
Penelitian ini mengolah beberapa limbah makanan atau buah buahan yang masih bisa diolah untuk menjadi bahan pangan yang berguna bagi masyarakat .salah satu limbah yang dapat di manfaatkan yaitu biji ...dari buah nangka .Penggunaan dari limbah biji nangka yang akan di peroleh untuk menjadi tepung ini memiliki Persentase biji nangka mencapai 17-39% dari total bobot satu buah nangka (Artocarpus heterophyllus),kandungan pati pada biji nangka memungkinkan pemanfaatan limbah biji nangka menjadi tepung. Namun dalam pengolahan terjadi reaksi pencoklatan.Perendaman biji dalam larutan natrium metabisulfit (Na2S2 O5) dapat dilakukan untuk mencegah reaksi pencoklatan tersebut.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh lama perendaman biji nangka dalam larutan Na2S2 O5 terhadap mutu tepung biji nangka yang dihasilkan. Penelitian ini juga menggunakan metode pengeringan dengan variasi suhu berbeda dengan penelitian sebelumnya yang hanya menggunakan cara pengeringan biasa tanpa metode pengeringan yang ditentukan.Perlakuan yang di berikan adalah lama perendaman dalam larutan natrium metabisulfit Na2S2 O5 dengan lama waktunya yang terdiri dari lima taraf, yaitu: 0 menit, 15 menit, 30menit, 45 menit, dan60 menit. Analisa mutu tepung yang dihasilkan pada setiap perlakuan meliputi analisis rendemen, kadar air,uji organoleptik,dan uji bakteri yaitu bakteri E.coli,Angka lempeng total,dan kapang.Kata Kunci:Nangka (Artocarpus heterophyllus), Natrium metabisulfit(Na2S2 O5) ,Waktu perendaman,Suhu pemanasan, Bakteri E.coli, Angka Lempeng Total, Kapang.
Pektin adalah senyawa polisakarida kompleks yang terdapat dalam dinding sel tumbuhan dan dapat ditemukan dalam berbagai jenis tanaman pangan. Pektin banyak digunakan dalam industri makanan, farmasi ...dan kosmetik sebagai bahan perekat, pengental dan penstabil agar tidak terbentuk endapan. Salah satu tanaman yang memiliki kandungan pektin adalah buah pepaya, pektin terkandung dalam seluruh bagian tanaman pepaya, oleh karena itu peneliti memanfaatkan limbah kulit pepaya yang sudah tidak dimanfaatkan lagi sebagai bahan baku pembuatan pektin. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh suhu dan waktu ekstraksi terhadap pektin yang dihasilkan. Penelitian ini sudah pernah dilakukan sebelumnya tetapi dengan menggunakan variasi konsentrasi pelarut asam sitrat. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan pelarut asam klorida dengan variasi suhu dan waktu ekstraksi. Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini yaitu suhu 70◦C, 80◦C dan 90◦C dengan waktu 60 menit, 75 menit, 90 menit, 105 menit dan 120 menit. Sedangkan variabel terikat yang digunakan yaitu rendemen, uji kadar air, berat ekivalen, kadar metoksil dan pembuatan permen jeli. Hasil penelitian didapatkan rendemen pektin tertinggi 14,17%, kadar air terendah 4,48%, berat ekivalen terendah 510,20 mg dan kadar metoksil tertinggi 6,63% pada suhu 90oC dengan waktu 120 menit. Pektin yang dihasilkan pada penelitian ini sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia berdasarkan nilai kadar air dan kadar metoksil.
Lulur ialah produk kecantikan yang dipakai untuk menjaga kesehatan kulit tubuh dengan cara menghaluskan, melembabkan, dan membersihkan sel-sel kulit mati melalui proses exfoliasi. Tujuan dari ...penelitian ini adalah memanfaatkan bengkuang sebagai bahan dasar membuat lulur (Body Scrub) dengan 50 gram tepung bengkuang. Sedangkan beras ketan hitam sebagai scrub divariasikan dengan konsentrasi 0, 10, 20 dan 30 gram dengan waktu pengadukan selama 4 menit, 8 menit, 12 menit, dan 16 menit. Uji sediaan meliputi uji organoleptik, uji daya sebar, uji pH dan uji kadar air. Penelitian pembuatan lulur ini sudah pernah dilakukan sebelumnya, yang membedakan dengan yang sebelumnya adalah penambahan variasi beras ketan hitam 0 gram, 10 gram, 20 gram dan 30 gram sebagai scrubber dalam penelitian lulur. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa produk lulur dengan variasi beras ketan hitam 20 gram, waktu pengadukan 12 menit merupakan formula terbaik dan sediaan sesuai SNI 16-4399-1996 memiliki daya sebar sebesar 5,2 cm, pH 6,6 dan kadar air 3,04 dan uji organoleptik yang paling banyak disukai.
Klorofil adalah pigmen hijau yang pada umumnya terdapat pada daun tanaman. Klorofil memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh diantaranya sebagai pembantu terjadinya detoksifikasi, antioksidan, ...antipenuaan dan antikanker. Salah satu tanaman yang memiliki klorofil tinggi adalah tanaman pepaya. Penelitian ini menghasilkan klorofil dari ekstrak daun pepaya dengan menggunakan metode ekstraksi. Ekstraksi dilakukan pada suhu 50ºC selama 120 menit dengan perbandingan sampel dan pelarut yaitu 1:4. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar klorofil pada daun pepaya dengan menggunakan variasi konsentrasi pelarut etanol dan waktu penyimpanan sehingga didapatkan kondisi yang dapat menghasilkan kadar klorofil yang paling tinggi. Konsentrasi pelarut etanol yang digunakan pada penelitian ini adalah 50%, 70% dan 96%. Variasi waktu penyimpanan sebelum ekstraksi yaitu 0 menit, 60 menit, 120 menit, 180 menit dan 240 menit. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kadar klorofil paling tinggi yaitu 3,9881 mg/l dengan densitas 0,9430 gr/ml pada kondisi konsentrasi etanol 96% dan waktu penyimpanan 240 menit.
Pentingnya pengembangan sumber energi alternatif semakin meningkat karena semakin berkurangnya sumber daya alam yang tersedia. Salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan energi alternatif adalah ...dengan memanfaatkan energi biomassa. Dalam penelitian ini, limbah ampas tebu digunakan sebagai bahan baku biomassa. Penelitian ini mengamati kualitas dari briket arang limbah ampas tebu dengan menggunakan perekat lem K dan Tepung Beras Ketan, dengan ukuran partikel arang 50 mesh, 80 mesh, dan 100 mesh, serta 10%, 15%, 20%, 25%, dan 30% lem K dan Tepung Beras Ketan sebagai perekat. Pembuatan briket arang dilakukan dengan metode karbonisasi untuk mengkonversi bahan baku dari suatu zat organik kedalam karbon dengan melakukan pembakaran pada bahan baku untuk mengurangi kelembaban dan zat lain yang tidak diperlukan oleh arang. Pada penelitian ini dilakukan uji proximate. Penelitian ini sudah pernah dilakukan sebelumnya, yang belum pernah dilakukan dalam memproduksi Briket dengan bahan baku ampas tebu menggunakan perekat Lem K dan Tepung Beras Ketan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa briket arang berkualitas terbaik dapat dihasilkan dengan menggunakan arang berukuran 80 mesh yang dicampur dengan 20% perekat lem K. Briket arang ini memiliki karakteristik dengan kadar air sebesar 6,14%, kadar abu sebesar 8,65%, dan nilai kalor mencapai 5.1312 (cal/g). Dari studi ini, terungkap bahwa limbah tebu dapat dipakai sebagai bahan baku pengganti untuk membuat briket dan lem K dapat dimanfaatkan sebagai bahan perekat dalam proses pembuatan briket. Penggunaan lem K sebagai perekat terbukti dapat meningkatkan mutu briket yang dihasilkan. Kata Kunci :Arang, Briket, Energi Alternatif, Karbonisasi, Lem K, Limbah Ampas Tebu