Abstract This journal aims to identify and analyze the market stalls as the object of credit guarantees. This research is a normative juridical research (Normative Legal Research) by using the ...conceptual legislation approach, assisted with legal materials that will be described, and analyzed in relation to one another. Guarantee intimately is related to loans. Good guarantee should be able to provide a sense of security, provide legal certainty and to provide legal protection for creditors. There are various forms of guarantees given debtors, including in the form of a market stall. Market stall in law collateral material can not be categorized as immovable, for to be categorized as "things" it has not met the elements contained in Book II of the Civil Code and market stalls only permits the use of the place alone where they do not deliver relations material, therefore there is no direct relationship between traders as the object (the market stalls are used). So that when the market stalls used as a guarantee of legal protection for the loan, the creditor itself is weak because the market stall can not be bound by the guarantee institution in Indonesia. Abstrak Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kios pasar sebagai objek jaminan kredit. Jenis penelitian ini merupakan penelitian Yuridis Normatif (Normatif Legal Research) dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan yang bersifat konseptual. Kemudian dibantu dengan bahan-bahan hukum yang akan diuraikan, dideskripsikan, dan dianalisis keterkaitan satu sama lain. Jaminan berkaitan erat sekali dengan pemberian kredit. Jaminan yang baik haruslah yang dapat memberikan rasa aman, memberikan kepastian hukum dan dapat memberikan perlindungan hukum bagi kreditor. Ada berbagai macam bentuk jaminan yang diberikan debitor, diantaranya berupa kios pasar. Kios pasar di dalam hukum jaminan kebendaan tidak bisa dikategorikan sebagai benda tidak bergerak karena kios pasar untuk dapat dikategorikan sebagai “benda” belum memenuhi unsur yang ada dalam Buku II KUHPerdata, yang mana kios pasar hanya merupakan ijin pemakaian tempat semata dimana tidak melahirkan hubungan kebendaan, oleh karena tidak ada hubungan langsung antara pedagang dengan bendanya (kios pasar yang dipakainya). Sehingga apabila kios pasar dijadikan suatu jaminan kredit maka perlindungan hukum untuk kreditor itu sendiri lemah karena kios pasar tidak dapat diikat dengan lembaga penjamin yang ada di Indonesia.
Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat, pemerintah melahirkan berbagai program. Salah satu programnya ialah kredit usaha rakyat atau yang sering disebut dengan KUR. Pemerintah berharap dengan ...adanya program ini dapat memperkuat modal para pelaku UMKM. Mekanisme penyaluran KUR ini sendiri menunjukan adanya pola subrogasi. Subrogasi sendiri merupakan penggantian kedudukan kreditur oleh pihak ketiga. Sehingga adanya pola ini tentu melahirkan pihak baru. Tentu hal tersebut akan berdampak pada perjanjian KUR. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hukum antar para pihak yang terikat dengan pola subrogasi dalam penyaluran KUR dan untuk mengetahui akibat hukum dalam penerapan pola subrogasi dalam penyaluran KUR. Jenis penelitian yang digunakan adalah normatif. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual, berdasarkan studi literatur dan dianalisis secara preskriptif. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pola subrogasi mengakibatkan hapusnya perikatan lama antara debitur dan kreditur, namun juga melahirkan perikatan baru antara debitur dengan pihak ketiga (asuransi). Adanya pola subrugasi ini tidak menghapuskan kewajiban debitur untuk membayar hutangnya. Subrogasi hanya menggantikan kreditur lama menjadi pihak ketiga. Sehingga debitur tetap harus membayar hutang dan melaksanakan kewajibannya kepada pihak ketiga.
Abstract
We use a unique design feature of a survey of Italian firms to study the causal effect of inflation expectations on firms’ economic decisions. In the survey, a randomly chosen subset of ...firms is repeatedly treated with information about recent inflation whereas other firms are not. This information treatment generates exogenous variation in inflation expectations. We find that higher inflation expectations on the part of firms leads them to raise their prices, increase demand for credit, and reduce their employment and capital. However, when policy rates are constrained by the effective lower bound, demand effects are stronger, leading firms to raise their prices more and no longer reduce their employment.
Full text
Available for:
IZUM, KILJ, NUK, PILJ, SAZU, UL, UM, UPUK
I empirically examine the factors that determine whether firms use bank lines of credit or cash in corporate liquidity management. I find that bank lines of credit, also known as revolving credit ...facilities, are a viable liquidity substitute only for firms that maintain high cash flow. In contrast, firms with low cash flow are less likely to obtain a line of credit, and they rely more heavily on cash in their corporate liquidity management. An important channel for this correlation is the use of cash flow-based financial covenants by banks that supply credit lines. I find that firms must maintain high cash flow to remain compliant with covenants, and banks restrict firm access to credit facilities in response to covenant violations. Using the cash-flow sensitivity of cash as a measure of financial constraints, I provide evidence that lack of access to a line of credit is a more statistically powerful measure of financial constraints than traditional measures used in the literature.
Full text
Available for:
BFBNIB, INZLJ, NMLJ, NUK, PNG, SAZU, UL, UM, UPUK, ZRSKP
Abstract Foreign Investment Company or better known as PMA is considered to have a proven competence to ensure its business along supported by a good capital structure, a bureaucratic procedure ...mechanism that must be passed by a foreign investment to run a company in Indonesia as an advantage, making the company selective, so banking industry considers a it to be potentials’ as a target market in the distribution of credit facilities. Credit Facility Distribution to Foreign Investment Company has a high risk if incase non-performing loan happen, therefore the status of foreign citizenship owner become shield from legal protection of the bank. Due on those cases, the author analyze the following issue: 1) What are the factors that causes non-performing loan in credit facility distribution by the foreign investment company? 2) What are the risks of the bank in the event of a non-performing loan y the foreign investment company? 3) How is the legal protection against bank in case of a non-performing loan occurs by the foreign investment company? The research method used for this research is empirical theory with sociological approach, case study in Bank Maspion, Mangga Dua Branch, Jakarta. The conclusion is credit facility distribution to a foreign investment company is there is no special legal regulation that regulates the protection of the Bank as a creditor in case of a non-performing loan from foreign investors. So, the government is expected to make a constitution of legal protection against bank to assure a strong legal certainty. It will also help support banking industry to advance the nation’s economy. Abstrak Perusahaan penanam modal asing atau yang lebih dikenal dengan istilah PMA dianggap memiliki kompetensi yang telah teruji untuk menjamin kelangsungan usahanya serta didukung oleh struktur permodalan yang baik, mekanisme prosedur birokrasi yang harus dilalui sebuah perusahaan penanam modal asing untuk dapat menjalankan usahanya di Indonesia dianggap sebagai keuntungan bagi industri perbankan dikarenakan proses tersebut akan membuat perusahaan penanam modal asing yang ada bersifat selektif, sehingga industri perbankan memandang perusahaan penanam modal asing (PMA) sangat potensial untuk dijadikan pasar sasaran dalam penyaluran fasilitas kredit. Penyaluran fasilitas kredit kepada debitor penanam modal asing (PMA) juga memiliki resiko yang besar terutama apabila terjadi kredit macet dalam penyaluran kredit tersebut, status kewarganegaraan asing pemilik usaha menjadikan aspek perlindungan hukum terhadap Bank selaku Kreditor memiliki posisi yang kurang baik, berdasarkan latar belakang tersebut penulis mebatasi permasalahan: 1) Apa yang menjadi faktor-faktor terjadinya kredit macet dalam penyaluran kredit oleh perbankan kepada Debitor penanam modal asing? 2) Bagaimana resiko Bank bila terjadi kredit macet atas debitor penanam modal asing ? 3) Bagaimana upaya perlindungan hukum terhadap Bank bila terjadi kredit macet pada kredit yang disalurkan pada penanam modal asing?. Metode Penelitian yang digunakan dalam penulisan jurnal hasil penelitian ini adalah penelitian empiris dengan pendekatan sosiologi hukum (sosio legal research), dengan studi kasus di Bank Maspion cabang Mangga Dua Jakarta, hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam penyaluran fasilitas kredit oleh Bank kepada debitor penanam modal asing (PMA), belum terdapat aturan hukum yang bersifat khusus yang mengatur perlindungan terhadap Bank selaku kreditor apabila terjadi kredit macet dari debitor penanam modal asing, maka diharapkan pemerintah dapat segera melakukan membuat Undang-undang yang mengatur perlindungan terhadap Bank selaku kreditor bila terjadi kredit macet dengan debitor penanam modal asing sehingga dapat memberikan kepastian hukum yang kuat dan seimbang dalam rangka mendukung industri perbankan dalam memajukan perekonomian bangsa.
In advanced economies, a century-long, near-stable ratio of credit to GDP gave way to rapid financialization and surging leverage in the last forty years. This “financial hockey stick” coincides with ...shifts in foundational macroeconomic relationships beyond the widely noted return of macroeconomic fragility and crisis risk. Leverage is correlated with central business cycle moments, which we can document thanks to a decade-long international and historical data collection effort. More financialized economies exhibit somewhat less real volatility, but also lower growth, more tail risk, as well as tighter real-real and real-financial correlations. International real and financial cycles also cohere more strongly. The new stylized facts that we discover should prove fertile ground for the development of a new generation of macroeconomic models with a prominent role for financial factors.
Full text
Available for:
BFBNIB, INZLJ, NMLJ, NUK, PNG, UL, UM, UPUK, ZRSKP
Penelitian ini akan menganalisis pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Tingkat Pengembalian Tingkat Pengembalian Pinjaman Anggota Koperasi “Ponuwa” Universitas Negeri Gorontalo. Sampel dalam penelitian ...ini adalah 108 anggota koperasi pada tahun 2021. Analisis pada penelitian ini menggunakan pendekatan Structural Equation Modeling (SEM). Data diperoleh dari 108 responden dengan mengisi kuisioner. Model setelah mengalami beberapa tahap dan modifikasi telah memenuhi kriteria goodness of fit dengan nilai setiap indeksnya yaitu: (a) chi-square = 283,944; (b) CMIN/DF= 2,014; (c) probabilitas = 0,000; (d) GFI = 0,809; (e) AGFI = 0,715; (f) NFI = 0,822; (g) TLI = 0,863; dan (h) RMSEA = 0,097. Selanjutnya menginterpretasi pengaruh dengan melihat c.r regression weight yang lebih dari 5,680. Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan semu faktor berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengembalian pinjaman anggota koperasi.
Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara selain minyak dan gas. Modal menjadi permasalahan penting bagi perkebunan kopi rakyat di ...Sumatera Utara. Penambahan modal diharapkan akan meningkatkan produksi kopi. Ketersediaan kredit menyebabkan memungkinkannya dilakukan proses produksi dan konsumsi yang lebih baik, meningkatkan kesejahteraan petani sehingga memberikan hasil produksi yang lebih baik. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengambilan kredit adalah mendapatkan peningkatan akses layanan tabungan dan pinjaman untuk pertanian. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara dengan tujuan untuk menganalisis faktor-faktor keputusan petani kopi arabika dalam mengambil kredit di Provinsi Sumatera Utara dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kredit yang diambil oleh petani kopi arabika di Provinsi Sumatera Utara Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Analisis Faktor dan Analisis Regresi Linear Berganda. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 150 responden petani kopi arabika yang terdiri dari 75 orang petani kopi yang mengambil kredit dan 75 orang petani kopi yang tidak mengambil kredit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan petani kopi arabika dalam mengambil kredit adalah aspek pribadi petani, kesesuaian penawaran kredit, jaminan kredit dan sifat usahatani kopi dan Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kredit yang diambil oleh petani kopi arabika di Provinsi Sumatera Utara adalah aspek pribadi petani, kesesuaian penawaran kredit , jaminan kredit dan sifat usahatani kopi, namun faktor aspek pribadi petani adalah faktor yang sangat besar pengaruhnya (signifikan) terhadap jumlah kredit yang diambil di Provinsi SumateraUtara.
Schulden prägen das Leben vieler Millionen Menschen in den USA. Felix Krämer macht sich auf die Suche nach ihren Geschichten von 1865 bis in die Gegenwart. Dabei wird deutlich, dass insbesondere ...Schwarze Amerikaner:innen, aber auch Frauen, Arbeiter:innen oder Migrant:innen immer wieder höheren Kreditrisiken oder untragbaren Konditionen ausgesetzt waren. Solche Unterschiede werden mit dem Begriff der »Schuldendifferenz« adressiert. Das Buch zeigt dies an verschiedenen Verschuldungsformen wie dem System des Sharecropping nach Ende der Sklaverei, an Bildern von Loan Sharks oder an Immobilienschulden und zeichnet nach, wie Studienverschuldung und Kreditkartenpraktiken den Neoliberalismus in die Alltagserfahrungen der Menschen brachten. Mit seinem Fokus auf Prekarisierung durch Verschuldung legt das Buch eine Produktionslinie des »wealth gap« in den USA frei und füllt so eine Leerstelle in der neuen Kapitalismusgeschichte.