Ekstrak etanol daun tenggulun mengandung sejumlah senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai antioksidan. Tingkat ketuaan daun adalah salah satu komponen yang mempengaruhi jumlah dan komposisi senyawa ...fitokimia dalam ekstrak daun tenggulun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat ketuaan daun yang ideal sehingga ekstrak yang dihasilkan memiliki karakteristik kimia terbaik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan tingkat ketuaan daun tenggulun yaitu P1 (daun pucuk), P2 (daun muda), P3 (daun dewasa), dan P4 (daun tua). Perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 16 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketuaan daun berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rendemen, kadar total fenol, total flavonoid, total tanin dan nilai IC50 ekstrak etanol daun tenggulun. Perlakuan terbaik diperoleh dari ekstrak etanol daun tenggulun dewasa dengan nilai rendemen 18,812%, total fenol 22,612 mg GAE/g, total flavonoid 4,330 mg QE/g, total tanin 23,392 mg TAE/g dan IC50 21,265 ppm. Terdapat hubungan korelasi negatif yang cukup antara total fenol dengan aktivitas antioksidan yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar -0,70.
Background: Cucurbita maxima known as pumpkin belongs to the family Cucurbitaceae, widely used in traditional medicine.
Methods: The present work evaluates the antioxidant activity of the different ...parts (leaves and fruit) of Cucurbita maxima. Antioxidant activity was assessed through the DPPH test and the β-carotene bleaching test.
Result: The results showed that the ethanolic extract of fruit and leaves are rich in polyphenols, flavonoids and tannin with values, respectively (50.13±4.49 mg EAG/g dry extract), (0.75±3.64 mg EQ/g dry extract) and (477.05±6.67 mg EAT/g dry extract) for the fruit, (27.37±0.95 mg EAG/g dry extract), (1.83±0.28 mg EQ/g dry extract) and (481.69±5.77 mg EAT/g dry extract) for leaves. The ethanolic extract showed scavenger activity IC50 is 0.41±1.20 μg/ml fruit and 0.18±0.06 μg/ml leaf compared with 0.01±0.01 μg/ml BHT (Butylated hydroxytoluene). The results obtained in the β-carotene bleaching test of the ethanolic extracts of the leaves and fruit of Cucurbita maxima is of the order (70.13±13.84%) and (67.69±13.82%) respectively.
Full text
Available for:
IZUM, KILJ, NUK, PILJ, PNG, SAZU, UL, UM, UPUK
Daun stevia merupakan salah satu jenis tanaman herbal yang menghasilkan sukrosa alami yang dapat dimanfaatkan dalam aplikasi pemanis dalam skala industri maupun rumah tangga. Metode penelitian yang ...digunakan dalam penelitian ini adalah ekstraksi senyawa tannin menggunakan karbon aktif. Karbon aktif dianalisis senayawa kimianya dan diidentifikasi gugus fungsi menggunakan FTIR. Senyawa tannin dari daun stevia dilakukan proses ektraksi dengan menggunakan perut etanol dan dianalisis senyawa kandungan tannin dengan menggunakan HPLC. Karbon aktif yang digunakan dalam proses ekstraksi sesuai dengan standar SNI dalam batas pemakaian penggunaanya sebagai adsorben dalam proses adsorpsi senyawa tannin. Gugus fungsiyang dihasilkan dari karbon aktif adalah vibrasi ulur O-H, C-O, C=O, C-H aromatik dan C-H finger print. Kadar senyawa kandungan tannin dari daun stevia yaitu 0,0122% dan 0,0123% dengan menggunakan pelarut etanol 30% dan 70%.
Korosi adalah proses perusakan pada permukaan logam yang disebabkan oleh terjadinya reaksi kimia (reaksi elektrokimia) pada permukaan logam. Untuk mengurangi laju korosi bisa dengan menambahkan ...inhibitor alami salah satunya daun rambutan yang mengandung tanin sehingga dapat membentuk senyawa komplek dengan Fe(III) di permukaan logam, sehingga laju reaksi korosi akan mengalami penurunan. Studi penggunaan ekstrak daun rambutan sebagai inhibitor korosi pada plat besi akan dilakukan secara eksperimen murni di laboratorium dengan menggunakan metode perendaman. Media korosif untuk perendaman digunakan air laut yang telah ditambahkan inhibitor. Inhibitor yang digunakan yaitu inhibitor organik yang diambil dari ekstrak daun rambutan. Perendaman dilakukan dalam interval waktu (3, 6, 9, 12, dan 15) hari dengan konsentrasi inhibitor (0, 50, 100, dan 150) ppm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa serangan korosi terjadi secara merata dipermukaan logam, Besarnya laju korosi dinyatakan sebagai besarnya kehilangan berat benda uji per satuan luas permukaan per satuan waktu perendaman. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa laju korosi plat besi dalam lingkungan air laut menurun secara segnifikan dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak daun rambutan dan waktu perendaman. Penurunan ini akibat pembentukan lapisan tipis dipermukaan plat besi, sehingga menghambat kontak langsung antara plat besi dan lingkungan. Efesiensi inhibisi tertinggi diperoleh pada perendaman 15 hari dengan konsentrasi 150 ppm yaitu 96%
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki komoditas penghasil biji pinang terbesar didunia. Biji pinang mengandung beberapa komponen senyawa kimia yang sangat penting diantaranya tanin, ...alkaloid, lemak, serat, mineral dan pholyphenol. Tanin pada biji pinang ini dapat diambil dengan menggunakan metode ekstraksi menggunakan pelarut etanol. Salah satu fungsi tanin ini sebagai pewarna pada industri pembuatan tinta dan cat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum pengaruh suhu dan konsentrasi pelarut etanol pada proses ekstraksi tanin dari biji pinang dengan menggunakan pendekatan response surface methodology (RSM). Variabel dalam penelitian ini adalah konsentrasi etanol diantaranya 78, 82, 86, 90 dan 94% dengan suhu operasi 50,55, 60, 65 dan 70 oC. Hasil penelitian ini menunjukkan kondisi yang optimum terdapat pada suhu 60 oC dan konsentrasi 86% dengan perolehan kadar tanin sebesar 33,04%, densitas diperoleh sebesar 1,32 gr dan berat tanin diperoleh sebesar 2,04 gr.
Inhibitor adalah suatu zat yang menghambat atau menurunkan laju korosi. Dalam penelitian ini ekstrak daun pepaya digunakan sebagai inhibitor alami untuk menghambat laju korosi pada plat logam besi. ...Inhibitor alami merupakan salah satu jenis inhibitor yang bersifat nontoksik, murah, sudah tersedia di alam, mudah diperbaharui dan tidak merusak alam. Inhibitor tersebut digunakan pada plat logam besi komersil yang direndam dalam media korosif berupa air laut dengan variasi komposisi inhibitor yang digunakan sebesar 0, 2 %, 4 %, 6 % dan 8 % selama 7 hari, 14 hari dan 21 hari. Karakterisasi yang diuji meliputi pengukuran laju korosi, efisiensi inhibitor, dan uji tanin. Dari hasil pengukuran, laju korosi di dapatkan yang terkecil diperoleh oleh sampel dengan komposisi inhibitor 6 % sebesar 1,201 x 10-6 gr/cm2 dengan waktu perendaman 14 hari. Dan nilai efisiensi inhibitor ekstrak daun pepaya mencapai 83,3% pada komposisi 6 % dalam medium air laut dengan waktu perendaman 14 hari. Adapun perbedaan penelitian ini dari sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan medium korosif air laut dan variasi komposisi inhibitor yang berbeda.
Biji asam memiliki nutrisi juga anti nutrisi dan nilai kerapatan jenis yang rendah. Oleh karena itu perlu proses pengolahan penggorengan dengan media yang berbeda. Tujuan penelitian ini yaitu untuk ...mengetahui pengaruh pengolahan bahan pakan biji asam terhadap kandungan nutrisi dan anti nutrisinya serta nilai kerapatan jenis sebagai bahan pakan alternative. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini Biji asam utuh dan media penggorengan minyak dan pasir. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan P0: Biji asam (kontrol), P1: Biji asam dengan penggorengan minyak, P2: Biji asam dengan penggorengan sangrai, P3: Biji asam dengan penggorengan sangrai dengan pasir. Variabel penelitian adalah bahan kering, serat kasar, protein kasar, lemak kasar, kalsium, fosfor, gross energy, kandungan tanin dan kerapatan jenis. Data dianalisis dengan analisis varian dan uji lanjut Duncan. Hasil penelitian menunjukan dengan proses penggorengan memberikan pengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap bahan kering, protein kasar, serat kasar, lemak kasar, kalsium, fosfor, gross energy, kandungan tanin dan kerapatan jenis. Kesimpulannya penggorengan sangrai dengan media pasir menurunkan kandungan bahan kering, serat kasar, protein kasar, lemak kasar, kalsium, fosfor dan kandungan anti nutrisi tanin, namun meningkatkan kandungan gross energy dan nilai kerapatan jenis biji asam.
Display omitted
•Novel and low-cost wood cellulosic fiber reinforced tannin bio-foams were prepared.•Both the influence of blowing agent and wood fiber addition were investigated.•Wood fiber is very ...promising additive allows the improvement of the mechanical properties.•The compression strength increased by 170 % due to the reinforcement under the same density 70 g/cm3.•It can be used as sustainable substitutes for industrial PFs.
Phenolic foams (PFs) are primarily formed using petrochemicals, which are expensive non-renewable resources. This study presents novel wood cellulosic fiber-reinforced tannin bio-based foams (TBFs) that are eco-friendly and cost-effective with densities in the range of 60–230 kg/m3. The density, porosity, mechanical properties, thermal stability and conductivity, limiting oxygen index (LOI), and morphology of the developed TBFs were characterized and compared with unreinforced samples. The results indicat that reinforcement with cellulosic fibers did not affect the foam uniformity, while it increased the density and reduced the cell size. Reinforced TBFs show similar thermal conducticity and LOI, but slight lower thermal stability compared with unreinforced samples. The compression strength for unreinforced TBFs with densities of 70 and 150 g/cm3 are 0.095 and 0.400 MPa, respectively. After 2% of wood fiber addition, the compression strength increased by 176 % and 160 % to 0.167 and 0.640 MPa under the same density, respectively. These low-cost wood fiber reinforced tannin-based rigid foams are comparable with PFs and thus can be used as sustainable substitutes for industrial PFs.
Full text
Available for:
GEOZS, IJS, IMTLJ, KILJ, KISLJ, NLZOH, NUK, OILJ, PNG, SAZU, SBCE, SBJE, UILJ, UL, UM, UPCLJ, UPUK, ZAGLJ, ZRSKP
Biji Petai (Parkia speciosa Hassk.) merupakan komoditas kacang-kacangan khas Indonesia dengan kandungan protein yang tinggi. Namun, biji Petai juga dikenal mengandung senyawa antigizi asam fitat, ...tanin dan tripsin inhibitor yang dapat menurunkan nilai cerna protein. Proses pengolahan konvensional kukus selama 10 menit, rebus selama 8 menit, dan goreng selama 2 menit dilakukan untuk menurunkan senyawa antigizi dan meningkatkan kecernaan protein biji Petai. Biji Petai yang digunakan untuk analisis adalah biji Petai bubuk yang telah dikeringkan menggunakan freeze dryer. Efek proses pengolahan divaluasi senyawa gizi, antigizi, dan nilai cerna protein in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses pengolahan kukus, rebus, dan goreng terhadap senyawa gizi (kadar air, protein, lemak, abu, dan karbohidrat), antigizi (asam fitat, tanin, serta tripsin inhibitor), dan kecernaan protein in vitro pada Petai. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap Satu Faktor, yaitu jenis proses pengolahan. Data diolah dengan One Way ANOVA menggunakan aplikasi SPSS 2.1 dengan tingkat kepercayaan 95%, kemudian dilanjutkan uji Duncan apabila terdapat beda nyata. Diperoleh hasil bahwa ketiga proses pengolahan tersebut signifikan menurunkan konsentrasi senyawa antigizi asam fitat, tanin, serta tripsin inhibitor. Proses perebusan merupakan proses pengolahan terbaik yang dapat menurunkan senyawa antigizi asam fitat sebesar 75%, tanin sebesar 49%, dan tripsin inhibitor sebesar 70%. Proses pengolahan kukus dan rebus secara signifikan meningkatkan nilai cerna protein in vitro, yaitu masing-masing sebanyak 0,84% dan 2,55%. Temuan ini dapat dijadikan referensi proses pengolahan bagi konsumen biji Petai di Indonesia untuk mendapatkan manfaat asupan protein dari biji Petai dengan maksimal.
AbstrakKorosi adalah peristiwa kerusakan atau penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya. Penanganan masalah korosi dapat dilakukan dengan menambahkan inhibitor korosi ...dari ekstrak daun rambutan yang mengandung tanin dan dapat membentuk senyawa komplek dengan besi (III) oksida pada permukaan logam, sehingga terjadinya penurunan laju reaksi korosi. Inhibitor korosi merupakan suatu zat yang jika ditambahkan ke dalam suatu lingkungan, dapat menurunkan laju korosi lingkungan itu terhadap suatu logam. Studi pemanfaatan ekstrak daun rambutan sebagai inhibitor korosi pada plat besi dilakukan pada penelitian di laboratorium dengan menggunakan metode perendaman. Media korosif yang digunakan dalam penelitian adalah air payau yang telah ditambahkan inhibitor. Inhibitor yang digunakan merupakan inhibitor organik yang diperoleh dari ekstrak daun rambutan. Perendaman dilakukan dalam interval waktu 4 hari, 8 hari, 12 hari, 16 hari , dan 20 hari dengan konsentrasi inhibitor 0 ppm, 60 ppm, 120 ppm, dan 180 ppm. Laju korosi dihitung dengan menggunakan metode weight loss, hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa penyerangan korosi secara merata terjadi dipermukaan logam, Besarnya laju korosi dinyatakan sebagai besarnya kehilangan berat benda uji per satuan luas permukaan per satuan waktu perendaman. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa laju korosi pada plat besi dalam lingkungan air payau menurun secara signifikan seiring meningkatnya konsentrasi inhibitor dan lamanya waktu perendaman. Penurunan ini terjadi karna adanya pembentukan lapisan protektif ekstrak tanin pada permukaan plat besi, sehingga melindungi plat besi dari serangan korosi. Laju korosi terendah dan efesiensi inhibisi tertinggi diperoleh pada perendaman 20 hari dengan konsentrasi 180 ppm yaitu 2,85 mmpy dan 81,06%