Transplantacijska etika (TE) određena je brojnim povijesnim, filozofskim, znanstvenim, medicinskim, pravnim, sociološkim i ekonomskim čimbenicima. Nacionalne posebnosti Republike Hrvatske (RH) u ovom ...se području temelje na zavidnom uspjehu u transplantaciji (TX) solidnih organa i uređenoj relevantnoj legislativi koja pogoduje
ovom uspjehu. Tako problemi nedostatka organa za TX, doniranja, dodjele i pravedne raspodjele nisu važne teme TE-a u RH, ali globalno ostaju vodeća etička područja u TX-u. U RH je na snazi uzorit Zakon o presumptivnom pristanku na doniranje organa nakon smrti (tzv. zakon opt-out, jer se izjašnjavanje traži za „biti izvan – out” mogućih darovatelja). Nepoznavanje zakona opt-out o doniranju organa nakon moždane smrti, vrijedećega u RH, neusklađenost s običajima i odredbom Kodeksa medicinske etike i deontologije o traženju suglasnosti obitelji za doniranje organa nakon moždane smrti te nedovoljno regrutiranje kandidata za TX u nas se nameću kao sporne etičke teme. Budućnost predviđa mogućnost TX-a organom nehumanog podrijetla kao što je onaj uzgojen u svinjskom organizmu, što otvara nova etička područja i za RH i za ostatak svijeta.
Rusaknya moralitas seorang murid itu bisa disebabkan karena perkembangan teknologi internet yang semakin bebas, sehingga murid bisa mengakses apa saja yang dia mau tanpa pengawasan intensif dari ...guru, hal itu menjadikannya lupa terhadap kunci untuk meraih keberkahan ilmu, yaitu etika dalam menuntut ilmu. Dari berbagai macam permasalahan moralitas murid, pendidikan yang berlandaskan Al Quran sangatlah dibutuhkan untuk menghadapi tantangan modernitas. Maka penarikan nilai-nilai etika dalam Al Quran merupakan upaya untuk menumbuhkan semangat Qur’ani dalam pendidikan Nasional, seperti nilai-nilai etika yang terkandung dalam kisah nabi Musa As dan nabi Khidir As dalam surah al-Kahfi ayat 60-78.
Adapun rumusan masalah : 1. Apa pengertian Etika Menuntut Ilmu ?, 2. Bagaimana Etika Menuntut Ilmu dalam Surah al-Kahfi ayat 60-78 ?, 3. Bagaimana penafsiran Syekh Nawawi al-Bantani terhadap Surah al-Kahfi ayat 60-78?, tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengertian Etika Menuntut Ilmu, 2. Untuk mengetahui Etika Menuntut Ilmu dalam Surah al-Kahfi ayat 60-78, 3. Untuk mengetahui penafsiran Syekh Nawawi al-Bantani terhadap Surah al-Kahfi ayat 60-78.
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah studi kepustakaan (library research), penelitian ini menggunakan metode analisis, sumber data primer dalam penelitian ini adalah Tafsir Marāḥ Labīd, sedangkan data sekundernya diambil dari buku-buku yang relevan dengan tema yang dibahas.
Berdasarkan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwasanya pengertian etika menuntut ilmu adalah Etika menuntut ilmu adalah aturan-aturan bagaimana cara berinteraksi antara murid dan guru dalam proses pembelajaran sehingga terjadi pola harmonis antara dirinya dengan para guru, maupun dengan ilmu dan sumber ilmu itu sendiri. Point-point etika menuntut ilmu dalam Surah al-Kahfi ayat 60-78 diantaranya yaitu mempunyai semangat yang tinggi, tidak putus asa dalam menuntut Ilmu, bersikap sopan, dan mempunyai komitmen untuk belajar.
Introduction: Making shared ethical decisions about patients' further healthcare involves coordinating the opinions of healthcare professionals, and patients and their relatives. The purpose of the ...research was to examine the joint ethical decision-making of healthcare professionals. Methods: A review of the scientific literature performed in the COBISS, Springer Link and PubMed databases was used. To search for literature in the Slovenian language, the following words were used: "etika", "zdravstveni delavci", "skupne odločitve" and in the English language: "ethics", "health professionals", "shared decision making". The literature review was carried out using the PRISMA diagram. Results were synthesized using thematic analysis. Results: 19 articles were included in the final analysis. We created three thematic categories: (1) ethical competence of healthcare workers, (2) problems in the area of joint ethical decision-making and (3) new approaches to joint ethical decision-making to improve outcomes in clinical practice. In the field of joint ethical decision-making of healthcare professionals, the importance of ethical competence, issues in the field of joint ethical decision-making and new approaches to joint ethical decision-making for improving results in clinical practice is demonstrated. Discussion and conclusion: The findings of the research contribute to illuminating the importance of joint ethical decision-making and giving an insight into the factors of joint ethical decision-making. The end result of certain ethical decisions that affect the interaction of healthcare professionals and all levels in healthcare are important.
The Embodiment of Psychoanalytic Theory in Business Ethics
This article aims to review how the manifestation of psychoanalytic theory in explaining unethical behavior in business organizations is ...demonstrated through an approach to stakeholder theory. The research method uses literature study. This literature study involves secondary data sources, such as books, journals, previous research articles, mass media, and electronic media. Ten needs of human neurosis according to the psychoanalytic theory of Karen Horney, then classified into five managerial styles formulated by Kats de Vries (1984). Five managerial styles in the company's operations must find stakeholder problems which according to stakeholder theory consist of three main problems. Three major problems with stakeholder theory ultimately lead to five ethical failures. Previous research on fraud has always referred to Sigmund Freud's psychoanalytic theory which is the conscious side of humans. However, by following the path of Karen Horney's psychoanalytic theory that carries the human subconscious side, the understanding of fraud becomes different by considering the needs of human neurosis. This study examines the failure of business ethics from the side of the human subconscious (neurosis).
Pengejawantahan Teori Psikoanalitik Pada Etika Bisnis
Artikel ini bertujuan untuk meninjau bagaimana manifestasi teori psikoanalitik dalam menjelaskan perilaku tidak etis dalam organisasi bisnis ditunjukkan melalui pendekatan teori pemangku kepentingan. Metode penelitian menggunakan studi literatur. Studi literatur ini melibatkan sumber data sekunder, seperti buku, jurnal, artikel penelitian terdahulu, media massa, dan media elektronik. Sepuluh kebutuhan neurosis manusia menurut teori psikoanalitik Karen Horney, kemudian diklasifikasikan ke dalam lima gaya manajerial yang dirumuskan oleh Kats de Vries (1984). Lima gaya manajerial dalam operasi perusahaan harus menemukan masalah pemangku kepentingan yang menurut teori pemangku kepentingan terdiri dari tiga masalah utama. Tiga masalah utama dengan teori pemangku kepentingan pada akhirnya menyebabkan lima kegagalan etis. Penelitian sebelumnya tentang penipuan selalu mengacu pada teori psikoanalitik Sigmund Freud yang merupakan sisi sadar manusia. Namun, dengan mengikuti jalan teori psikoanalitik Karen Horney yang mengusung sisi bawah sadar manusia, pemahaman tentang penipuan menjadi berbeda dengan mempertimbangkan kebutuhan neurosis manusia. Studi ini mengkaji kegagalan etika bisnis dari sisi alam bawah sadar manusia (neurosis).
In this Modern era, human being identic with positivistic and materialistic thinking. In this step human out of religious and philosophic thinking. That gives impact to morality that lose from ...believe in God. This is urgency of this research at modern global era. Writer use philosophical approach and critical method. The result of this research is characteristic of Gus Dur ethic it’s religious-rational. The foundation of Gus Dur ethic is religious teaching, God gives human some of excess that are reason, moral and feel. From that, human have to responsibility to keep universe especially to human being, not to self-interest. Gus Dur ethic that based on religious and ratioanl approach is appropriate in this modern era, especially at Indonesian state, because Gus Dur is the figure that rise up Indonesian Islam (Islam Nusantara)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh etika profesi auditor dan fee audit terhadap kualitas audit. Desain / metodologi / pendekatan: dalam penelitian ini dilakukan analisis statistik ...deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan alat analisis SPSS 24. Temuan Penelitian: Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa etika profesi dan fee audit memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Kontribusi Teoretis / Orisinalitas: Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada teknik analisis yang digunakan, selain itu objek penelitian juga berbeda, pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Kantor Akuntan Publik yang berada di Kota Pontianak dan Bandung dan struktur bisnis yang kompleks sehingga menjadikan penelitian layak untuk diteruskan. Berdasarkan permasalahan di atas, dan melihat pentingnya etika profesi serta sangat sensitifnya fee audit penulis tertarik untuk meneliti kembali dengan fokus KAP di Pontianak Bandung sebagai responden. Keterbatasan dan implikasi penelitian: Peneliti menyadari keterbatasan dalam penelitian ini yang tentunya memerlukan perbaikan dan pengembangan untuk penelitian selanjutnya. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah Variabel independen dalam penelitian belum memberikan kontribusi yang baik terhadap variabel dependen. Hal tersebut terlihat dari analisis koefisien determinasi dimana nilai R2 sebesar 66,6%. Sisanya sebesar 33.4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model ini sehingga disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk menambahkan variabel-variabel independen yang secara teoritis dapat berpengaruh lebih besar terhadap kualitas audit. Selain itu data yang dikumpulkan untuk diteliti dan dianalisis berdasarkan pada persepsi masing-masing responden terhadap item-item instrumen penelitian sehingga dapat memungkinkan terjadinya bias atau miss perseption.
Etika berasal dari bahasa Yunani yakni Ethos yang berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan dan adat, akhlak perasaan serta tata berpikir. Dalam filsafat etika adalah ilmu ...yang bisa disebut sebagai ilmu mengenai adat kebiasaan mengenai hal yang biasa dilakukan orang yang telah melakukan pelanggaran etika telah diberikan label oleh masyarakat yang dikenal sebagai teori labeling dalam sosiologi seperti yang diungkapkan oleh Edwin M. Lemert. Media sosial oleh masyarakat dianggap sebagai pengganti komunikasi yang dilakukan secara langsung (komunikasi primer) yang terjadi antara orang per orang dengan melakukan tatap muka secara langsung tanpa melalui perantara. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui etika-etika dalam bermedia sosial di era globalisasi dan untuk mengetahui dan mempraktikkan perbuatan yang sesuai dengan etika dalam bermedia sosial di era globalisasi. Globalisasi berasal dari dua kata global yang berarti seluruh dunia dan artinya adalah proses, sehingga globalisasi adalah proses yang menyatukan seluruh dunia. Pembahasan dilakukan secara kualitatif dengan mengumpulkan fakta-fakta dan fenomena sosial yang terjadi dan kemudian oleh penulis dilakukan analisis peristiwa secara yuridis normatif yaitu dengan melakukan analisis dengan berbasis pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai hal ini yakni Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 yang adalah perubahan dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dengan demikian analisis penulis sehubungan dengan menggunakan media sosial harus dilakukan dengan memperhatikan etika dalam bermedia sosial.
The Church believed that her faith had social relevance. God, who is believed in, is responded to in concrete cultural and political situations. Therefore, the Church is no longer an isolated ...religious institution but integral to people's life experiences. Currently, the Indonesian nation is not only in a political crisis but also a crisis of political behavior. This crisis is exacerbated because the political elite has no shame in politics. Empirically, it is effortless to find examples of how there is no sense of shame because they have been guilty in society, and most prominently in the attitudes of political elites. It is no secret that many leaders and political elites are guilty of causing various crises, but when appearing in public, they do not show that they are guilty. Thus, this study aims to find the ethical values of the passion story of Jesus based on the Gospel of John. John presents the story of Jesus' passion for showing Jesus' empire as King through His "exaltation" on the Cross. Through this reading, leaders and public officials know and behave as leaders in front of the people. This research is a critical reading of the story of the passion of Jesus so that ethical points are found on how the political elite should act in the public sphere.
Santo Augustinus seorang filosof abad pertengahan yang sekaligus juga seorang teolog. Ia mencari sintesis antara rasionalitas Yunani dan iman Kristiani. Meskipun iman Kristiani dan refleksi filosofis ...menyatu secara tak terpisahkan dalam Santo Augustinus, apa yang ditulisnya bukan hanya penting bagi teologi Kristiani, melainkan juga merupakan sumbangan besar kepada pemikiran murni filosofis, melampaui umat seimannya. Santo Augustinus tidak menulis buku khusus tentang etika – meskipun bernapaskan imannya yang kristiani – dalam struktur teoritis etika Santo Augustinus betul-betul filosofis yang tidak mengandaikan iman keprcayaan agama tertentu. Etika Santo Augustinus yang mengangkat kembali intuisi dasar Plato amat menentukan seluruh pemikiran teologi moral di Barat selanjutnya. Dalam pemikirannya tentang etika, Santo Augustinus sama sekali tidak menyinggung tentang filsafat perennial. Namun pemikiran etikanya yang yang mendasarkan pada perintah ilahi dan penyatuan manusia dengan Tuhan melalui cinta membawa pada visi filsafat perenial. Dimana ada tiga konsepsi filsafat perenial/filsafat keabadian yaitu metafisika (berorientasi pada ketuhanan), psikologi (manusia sebagai mikrokosmos) dan etika (sebagai keselarasan).
The Dark Side of Leaders in Motivating Corruption. This study aims to explore the role of organizational leaders in motivating their staff to commit corruption. The method used is thick description ...by involving informants from a private company. This research shows that organizational leaders, through their authority, can motivate their staff to commit acts of corruption. Even so, there are positive aspects of a leader that can hinder this action, namely his position as a role model and his religious character. On the other hand, upholding organizational ethics is considered capable of deterring any party from committing corruption.