Mikoriza arbuskula adalah mikrobia tanah yang memiliki peran dalam meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman melalui perpanjangan hifa sehingga dapat menjangkau pada daerah yang lebih luas. Mikoriza ...arbuskula merupakan mikrobia tanah yang dapat berkembang pada sistem agroforestri dan monokultur. Informasi mikoriza yang dapat bersimbiosis dengan Porang baik secara agroforestri dan monokultur belum banyak dipublikasikan. Oleh sebab itu perlu identifikasi spora yang ada di rizosfer Porang sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai bahan baku pupuk berbasis mikoriza arbuskula untuk tanaman Porang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikoriza arbuskula yang berada di rizosfer Porang pada berbagai sistem pertanaman. Penelitian tentang fungi mikoriza arbuskula di rizosfer Porang dilakukan di lahan agroforestri dan monokultur yang memiliki jenis tanah latosol. Lahan penelitian berada di Desa Mrayan, Kecamatan Ngrayun kabupaten Ponorogo Jawa timur Indonesia dan dilakukan pada bulan Desember 2020. Sampel tanah diambil secara acak di tiga lahan yang berbeda yaitu agroforestri berbasis pinus, agroforestri berbasis sengon dan monokultur. Sampel tanah diambil disekitar perakaran tanaman Porang. Sampel akar berupa akar halus porang. Spora mikoriza arbuskula diektrak dengan metode pengayaan basah dan kering. Identifikasi spora mikoriza arbuskula dilakukan dengan identifikasi morfologi. Hasil penelitian ini ditemukan 3 genera yang terdiri dari 9 species yaitu Glomus (5 species), Acaulospora (2 speies) dan Gigaspora (2 species). Kepadatan spora tertinggi berjenis Glomus dan yang terkecil adalah Gigaspora. Rata rata kepadatan spora adalah 56-105 spora/100 g tanah. Kepadatan spora tertinggi pada agroforestri berbasis pinus. Persentase infeksi akar berkisar antar 24-50%. Persentase infeksi akar tertinggi pada agroforestri berbasis sengon.
Kegiatan pertambangan khususnya batu bara berpotensi memberikan dampak negatif bagi lingkungan karena menyebabkan kerusakan lahan. Adapun guna merehabilitasi lahan tersebut diperlukan suatu tindakan ...revegetasi, antara lain menggunakan bantuan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase kolonisasi spora FMA yang mengindikasikan tingkat kecocokan antara FMA dengan vegetasi eksisting di lahan pasca tambang batu bara pada beberapa kelerengan yang berbeda, sehingga diharapkan dapat diperoleh suatu informasi awal dalam menentukan jenis tanaman yang cocok untuk dikombinasikan dengan spora FMA yang mendukung langkah revegetasi tersebut. Tahapan kajian yang dilakukan ialah mengambil sampel tanah lahan bekas tambang batu bara, identifikasi vegetasi, ekstraksi spora, dan identifikasi spora FMA yang ditemukan. Pengambilan sampel tanah untuk analisis sifat kimia tanah serta pengamatan spora mikoriza pada lahan bekas tambang batu bara dilakukan berdasarkan random sampling pada kedalaman 0-20 cm dengan 5 tipe kelerengan, yaitu datar, landai, agak curam, curam, dan sangat curam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolonisasi mikoriza di dalam tanah lahan pasca tambang batu bara memiliki nilai persentase yang berbeda pada masing-masing tipe kelerengan, yaitu mencapai 30% (datar), 21,58% (landai), 13,16% (agak curam), 23,34% (curam), dan 6,19% (sangat curam). Semakin curam lereng, kolonisasi akan semakin menurun. Berdasarkan frekuensinya, Glomus sp. dapat ditemukan pada setiap tipe kelerengan, sehingga mengindikasikan bahwa jenis FMA tersebut mampu bersimbiosis dengan baik dengan tumbuhan yang ditemukan antara lain seperti Centrosema pubescens, Fimbristylis littoralis, Vigna luteola, Alysicarpus vaginalis, dan Mimosa sp. Persentase kolonisasi akar berkorelasi negatif dengan kadar P dan berkorelasi positif dengan kadar Ca dalam tanah. Persentase kolonisasi spora FMA tertinggi terjadi pada lereng datar dengan vegetasi Centrosema pubescens.
Monotropa merupakan Angiospermae yang tidak berkolofil sehingga tidak mampu untuk melakukan fotosintesis. Monotropa mendapatkan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya melalui mekanisme ...miko-heterotrof, yaitu dengan berasosiasi dengan jamur mikoriza. Mikoriza bersimbiosis dengan akar tumbuhan autotrof untuk mendapatkan hasil fotosintesis, nutrisi tersebut kemudian ditransfer ke tumbuhan Monotropa. Sel-sel hifa yang berhubungan dengan epidermis akar tumbuhan autotrof dan Monotropa merupakan titik transfer nutrisi. Hifa mikoriza akan membentuk selubung (sheath) ke akar tumbuhan yang kemudian akan membentuk struktur hartig net yang menembus epidermis akar. Hartig net akan terus mengintrusi ke sel korteks akar yang kemudian akan membentuk fungal pegs. Fungal pegs ini yang akan menginduksi terbentuknya transfer sel untuk mentransfer nutrisi dari mikoriza ke Monotropa
Mikoriza merupakan jamur tanah yang bersimbiosis dengan akar tanaman. Untuk mengetahui kuantitas mikoriza, satuan yang digunakan adalah spora. Namun, satuan tersebut kurang efektif sehingga merujuk ...pada satuan yang baru yaitu propagul. Jamur mikoriza berperan dalam penyerapan karbon dan pengubahan P total menjadi P tersedia yang dapat diserap tanaman. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai propagul jamur arbuskula mikoriza yang diperoleh dari Hutan Kota Malabar Malang serta sebagai dasar pengambilan sampel jamur mikoriza. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hayati Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Rumah Kawat Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Laboratorium Pusat Penelitian Sukosari, dan Laboratorium UMM pada bulan Agustus-November 2022. Variabel yang diamati meliputi nilai most probable number (MPN), nilai C-organik, P total, dan P tersedia. Data MPN dan data kimia tanah dianalisis secara deskriptif. Nilai propagul pada Hutan Kota Malabar Malang sebesar 34,343 propagul/gram dengan ditemukan infeksi struktur jamur mikoriza berupa hifa. Jamur mikoriza pada Hutan Kota Malabar Malang hidup pada kondisi tanah dengan kandungan C-organik sedang, P total rendah, dan P tersedia sedang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh biourin dan jamur mikoriza arbuskular terhadap hasil hijauan pakan, kandungan protein kasar dan fosfor rumput kumpai di lahan bekas tambang ...batubara. Penelitian dilakukan dalam Rancangan Acak Kelompok, dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari: (A) 0% biourine + FMA 0 gram / rumpun, (B) 0% biourine + 20 gram / rumpun FMA, (C) 30% biourine + FMA 0 gram / rumpun, (D) 30% biourine + FMA 20 gram / rumpun, (E) 45% biourine + FMA 0 gram / rumpun dan (F) 45% biourine + FMA 20 gram / rumpun. Variabel yang diamati adalah hasil bahan kering, protein kasar dan fosfor rumput kumpai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P <0,05) terhadap hasil bahan kering, protein kasar dan fosfor. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan F (biourine 45% + FMA 20 gram / rumpun) menghasilkan bahan kering terbaik (2253,60 kg / ha), protein kasar (14,55%) dan fosfor (1,12%).
Kakao Bali terkenal dengan kakao organik, namun produksinya belum mencapai rata-rata produksi kakao nasional. Salah satu sentra dan penghasil kakao tertinggi di Bali terdapat di Kabupaten Jembrana. ...Upaya dalam meningkatkan produksi kakao salah satunya dengan cara penambahan pupuk hayati dengan bahan aktif fungi mikoriza arbuskular (FMA) indigenus dan penambahan pupuk hayati cair. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan hasil kakao terhadap prototipe pupuk hayati FMA indigenus dan konsentrasi pupuk hayati cair. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) 2 faktor dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan pasir vulkanik merupakan media pembawa spora mikoriza yang lebih baik digunakan daripada zeolit serta pemberian pupuk hayati cair dengan konsentrasi 20 ml/L air mampu memberikan hasil tertinggi. Interaksi antara prototipe pupuk hayati FMA indigenus dan konsentrasi pupuk hayati cair berpengaruh tidak nyata terhadap semua variabel yang diamati.
Soil cultivation practices and fertilizer managements significantly influence crop performance and yield. Our study aimed to evaluate the impact of different soil management techniques and the ...integration of organic and chemical fertilizers on the quantitative and qualitative performance of chicken peas (Cicer arietinum L.). Our results revealed that soil management and fertilizer sources had a significant impact on the number of pods per plant and seed yield. The highest number of pods per plant was observed in the conservation tillage treatment with 50% nitrogen fertilizer and mycorrhizal inoculation. The number of seeds per pod was influenced by fertilizer sources, with the highest number obtained in the treatment without soil amendment, 100% nitrogen fertilizer, and no mycorrhizal inoculation. Grain yield was highest in the conservation tillage treatment with 50% nitrogen fertilizer and mycorrhizal inoculation. The results highlighted that optimal nitrogen fertilizer integrated with mycorrhizal improves nutrient uptake and increases yield components. This study highlights the importance of fertilizer and soil management in optimizing chicken pea performance. The positive effects of balanced nitrogen fertilizer integrated with mycorrhizal inoculation were recorded on yield-related traits. These findings contribute to the development of sustainable agricultural practices that reduce reliance on chemical fertilizers and enhance crop productivity.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi biochar dan pemberian mikoriza pada tanah inseptisol dalam pengembangan tanaman jagung pulut ungu/Dark purple waxy corn (Zea mays L. var ...ceratina Kulesh). Pada penelitian ini digunakan rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial 3 ulangan yang terdiri dari faktor pemberian biochar (B) terdiri dari 0 t/ha, 2 t/ha, 4 t/ha dan faktor mikoriza (M) 0 t/ha, 0.35 t/ha, 0.65 t/ha. Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dan apabila berpengaruh nyata dan sangat nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan (DMRT). Aplikasi biochar sebagai pembenah tanah yang dapat memperbaiki sifat fisik tanah yang dikombinasikan dengan pemberian fungi mikoriza dan pupuk hayati pada lahan inseptisol dapat meningkatkan pertumbuhan dan tinggi tanaman. Pertumbuhan jagung tertinggi diperoleh pada dosis biochar 2 t/ha. Seiring dengan meningkatnya dosis pupuk biokompos+mikoriza terdapat penurunan tinggi dan kandungan klorofil tanaman jagung pada tanah inseptisol Reuleut.
Hutan Cangar termasuk salah satu hutan yang ada di Indonesia yang memiliki banyak makro serta mikroorganisme yang hidup di dalamnya, salah satunya yaitu mikoriza. Mikoriza termasuk golongan jamur ...yang mampu berasosiasi dengan perakaran tanaman yang ada di hutan. Salah satu jenis mikoriza yaitu Vesikular Arbuskular Mikoriza (VAM). Dalam menginfeksi tanaman, VAM menggunakan propagul yang terdiri dari spora mikoriza itu sendiri, tanah yang terinfestasi dan akar yang terinfeksi oleh mikoriza. VAM berperan dalam siklus karbon karena mampu mengambil karbon dari tanaman untuk bertahan hidup serta mempengaruhi ketersediaan unsur P di tanah karena membantu tanaman menyerap unsur P dari tanah. Penelitian yang dilakukan meliputi pengambilan sampel tanah, penanaman tanaman kenikir, pewarnaan akar dan perhitungan nilai MPN. Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai propagul jamur arbuskula mikoriza sebesar 12.961,897 propagul per gram dan berpengaruh terhadap kandungan C-Organik yang tinggi, P total sedang dan P tersedia tinggi. Tingginya nilai C-Organik ini dapat dipengaruhi karena mikoriza mengambil karbon dari tanaman untuk bertahan hidup dan sebagian karbonnya dialirkan ke tanah untuk membantu mikroba dalam mendekomposisi bahan organik yang mana akan menghasilkan karbon di tanah. Sedangkan tingginya kandungan P tersedia dapat disebabkan karena mikoriza mampu merubah kandungan P dari kondisi tidak tersedia menjadi tersedia dengan bantuan enzim fosfatase.
Kaliandra (Calliandra callothyrsus) merupakan salah satu jenis yang dapat dikembangkan sebagai kayu energi karena selain memiliki nilai kalor tinggi. Inokulasi dengan rhizobium dan mikoriza telah ...umum dikenal dapat meningkatkan mutu bibit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui infektivitas dan efektivitas rhizobium dan mikoriza terhadap pertumbuhan bibit kaliandra umur 5 bulan. Perlakuan yang diberikan adalah rhizobium 1 ml, mikoriza 2 g per bibit dan kombinasi keduanya serta perlakuan tanpa mikroba sebagai kontrol. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Inokulasi rhizobium dengan dosis satu ml per bibit tidak infektif tetapi efektif untuk meningkatkan tinggi 57%, diameter 12,5% dan berat kering 186%. Sedangkan inokulasi mikoriza dengan dosis 2 g/bibit infektif tetapi tidak efektif. Inokulasi secara tunggal dapat meningkatkan tinggi sebesar 9%, menurunkan diameter sebesar 12,5% dan menurunkan berat kering tanaman sebesar 19%. Inokulasi bersamaan mikoriza dengan rhizobium menurunkan efektivitas rhizobium dalam meningkatkan pertumbuhan bibit tersebut. Oleh karena itu disarankan untuk menggunakan rhizobium atau mikoriza yang diisolasi dari kaliandra atau jenis lain tetapi terlebih dahulu sudah dilakukan uji kompatibilitas.