Suplemen peptida memainkan peran penting dalam proses penyembuhan luka karena memiliki bioaktivitas yang bekerja pada fase-fase luka sehingga luka cepat menutup. Bahan aktif ini dapat diekstrak dari ...organisme laut seperti ikan, hanya saja, kajian mengenai aplikasi suplemen berbahan ikan sebagai produk perawatan luka masih terbatas jumlahnya. Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas pemberian peptida kolagen ikan Decapterus macarellus secara oral dalam mempercepat penyembuhan luka kulit pada mencit. Dosis yang digunakan adalah 0,3 g/kgBB dan 1,3 g/kgBB per hari. Pengujian dilakukan dengan mengamati struktur morfologis dan histologis proses regenerasi jaringan kulit pasca luka selama 21 hari. Peptida kolagen diperoleh dari kulit ikan melalui ekstraksi menggunakan kombinasi asam asetat dan pepsin, kemudian dilanjutkan hidrolisis dengan enzim kolagenase. Mencit yang mendapat suplementasi oral peptida kolagen menunjukkan akselerasi proses penyembuhan luka yang signifikan dibandingkan kelompok mencit kontrol. Pada hari ke-11 hingga 14 pasca luka, mencit yang diberi perlakuan peptida kolagen (dosis 1,3 g/kgBB) menunjukkan presentase penurunan diameter luka yang lebih tinggi, diferensiasi jaringan neo-epidermis yang lebih cepat, serta deposisi berkas kolagen yang lebih banyak. Berkas kolagen dengan struktur retikuler juga terlihat pada kelompok perlakuan yang mengindikasikan adanya maturasi jaringan pengikat. Hasil penelitian ini membuktikan peran positif peptida kolagen D. macarellus terutama pada fase maturasi, dimana jaringan pengikat baru mengalami reorganisasi untuk memberikan kekuatan tarik. Informasi ini bisa menjadi referensi efektivitas peptida kolagen yang bersumber dari ikan laut sebagai bahan produk perawatan luka.
Susu merupakan bahan pangan yang mudah rusak pada kualitas nutrisi dan mikrobiologi disebabkan karena penanganan yang kurang tepat. Saat ini minuman berkolagen menjadi produk komersial yang sedang ...berkembang. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu pre-heating terhadap kualitas fisik, mikrobiologi dan organoleptik susu yang diperkaya dengan hidrolisat kolagen sapi serta menentukan perlakuan terbaiknya. Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan sebagai desain percobaan dengan variabel suhu (35, 45, 55 dan 65oC) dan waktu pre-heating (10, 20, 30 dan 40 menit). Penelitian menunjukkan terjadi interaksi (P<0.05) antara kedua variabel terhadap parameter total plate count (TPC) dan organoleptik, akan tetapi tidak berpengaruh pada parameter viskositas dan stabilitas emulsi. Perlakuan terbaik diperoleh pada kondisi pre-heating dengan suhu 55oC dan waktu 30 menit. Beberapa karakteristik tersebut diantaranya viskotas 4.48 ± 0.08 cP, stabilitas emulsi 12.33 ± 1.73%, TPC 3.299 ± 0.003 log cfu/ml dan nilai sensorinya meliputi rasa 4.33 ± 0.25, aroma 4.15 ± 0.35, mouthfeel 3.85 ± 0.63 serta warna 4.56 ± 0.05. Harapannya dengan adanya penelitian ini menjadi sebuah inovasi dalam mengolah susu secara non-thermal yang diperkaya dengan hidrolisat kolagen sapi yang aman dan terjaga nutrisinya serta dapat diterima sensorinya.
Kolagen dan kitosan dapat digunakan sebagai bahan pembalut luka karena memiliki karakteristik yang baik. Namun, pembalut luka kolagen-kitosan perlu dilakukan uji sitotoksisitas sebelum diaplikasikan ...secara in vivo, seperti Brine Shrimp Lethally Test (BSLT). Pembalut luka kolagen-kitosan tidak dapat larut dalam Dimetil Sulfoksida (DMSO) dan aquadest dengan mudah, oleh karena itu perlu pertimbangan alternatif pelarut karena kolagen dan kitosan lebih mudah larut dalam pelarut asam seperti asam klorida (HCl) dan asam asetat ( CH3COOH). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Lethal Concentration 50 (LC50) dari pembalut luka kolagen-kitosan yang dilarutkan dalam pelarut DMSO, HCl, CH3COOH dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Pembalut luka kolagen-kitosan didapatkan dengan mencampurkan larutan kitosan 2% dan kolagen dengan perbandingan 1:1 w/w kemudian dihomogenkan, dicetak, dan dikeringkan. Penelitian ini menggunakan uji sitotoksisitas dengan metode BSLT dan LC50 dihitung menggunakan Analisis Probit. Pembalut luka dilarutkan dalam pelarut DMSO 1%, CH3COOH 1%, dan HCl 1% hingga homogen, kemudian diencerkan dengan berbagai konsentrasi yaitu 100 ppm, 250 ppm, 250 ppm, 500 ppm, dan 1000 ppm dengan tiga kali ulangan untuk setiap perlakuan. Setelah itu uji BSLT dilakukan dengan menggunakan Artemia salina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembalut luka yang dilarutkan dalam DMSO 1% memiliki LC50 > 1000 ppm, sedangkan pada pelarut CH3COOH dan pelarut HCl menunjukkan LC50< 30. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelarut DMSO bersifat non-toksik (LC50 > 1000 ppm), tetapi pelarut CH3COOH 1% dan HCl 1% bersifat sangat toksik (LC50 < 30 ppm) sebagai pelarut alternatif pembalut luka kolagen-kitosan pada uji BSLT.
Gelatin merupakan protein yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen yang ditemukan di dalam kulit, tulang, dan jaringan ikat hewan. Pada umumnya, gelatin diekstrak dari kulit sapi dan babi yang ...mempunyai permsalahan terkait isu penyakit sapi gila dan kehalalanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik gelatin yang diesktrak dari kulit kerbau dan aplikasinya sebagai enkapsulan pada mikroenkapsulasi minyak atsiri daun cengkeh. Gelatin kulit kerbau diekstrak menggunakan larutan asam klorida (Tipe A) 1%, 70 °C selama 5 jam. Gelatin kulit kerbau diaplikasikan sebagai enkapsulan pada mikroenkapsulasi (spray drying) minyak atsiri daun cengkeh menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan faktor perbedaan konsentrasi gelatin (5%, 7.5%, dan 10%) dan rasio antara minyak atsiri daun cengkeh dengan gelatin (1:10, 1:15 dan 1:20). Karakteristik gelatin kulit kerbau mempunyai kadar air 7.4%, kadar abu 0.06%, kadar lemak 0.04%, kadar protein 89.1%, viskositas 4.8 cP dan kekuatan gel gelatin 155.39 g Bloom. Karakteristik mikrokapsul minyak atsiri daun cengkeh mempunyai kelarutan 79.79%, total minyak 1.10 mg/ml, minyak terperangkap 0.87 mg/ml, dan minyak dipermukaan 0.23 mg/ml. Morfologi mikrokapsul minyak atsiri daun cengkeh berbentuk oval dan tidak beraturan.
Gelembung renang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kolagen karena mempunyai kandungan protein kolagen yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia gelembung renang ...ikan tuna sirip kuning dan karakteristik kolagen yang diperoleh melalui ekstraksi menggunakan asam asetat 0,2 M. Gelembung renang ikan tuna sirip kuning diuji kandungan komposisi proksimat, logam berat (Hg, Pb, Cd dan As) dan asam amino. Kuantitas dan kualitas kolagen hasil ekstraksi dilihat melalui parameter rendemen, komposisi proksimat, logam berat, cemaran mikroba dan karakteristik fisikokimia (gugus fungsi, berat molekul, asam amino, dan stabilitas termal). Hasil penelitian menunjukkan bahwa gelembung renang ikan tuna sirip kuning mengandung protein 19,17%, yang didominasi oleh jenis asam amino glisin 5,71 mg/g, arginin 3,72 mg/g dan alanin 3,95 mg/g. Kandungan logam berat gelembung renang masih berada di bawah ambang batas. Ekstraksi kolagen dari gelembung renang ikan tuna sirip kuning menggunakan asam asetat 0,2 M menghasilkan rendemen kolagen sebesar 1,15%. Kolagen yang dihasilkan mengandung protein sebesar 94,14%, yang didominasi oleh asam amino glisin 1957,75 mg/g, arginin 827,96 mg/g dan alanin 825,98 mg/g; tidak terdeteksi logam berat (Hg, Pb, Cd dan As); dan bebas dari cemaran Escherichia coli, Salmonella dan Coliform. Karakteristik gugus fungsi dan berat molekul menunjukkan kolagen yang diperoleh tergolong kolagen Tipe I, dan kolagen yang dihasilkan memiliki kestabilan termal yang tinggi sehingga dapat diaplikasikan pada industri makanan, farmasi dan kosmetik.
Latar belakang: Striae distensae (SD) adalah jaringan parut linier pada epidermis dan dermis akibat peregangan kulit yang melebihi batas elastisitasnya. Striae albae (SA) ditandai dengan garis ...hipopigmentasi dan terjadinya atrofi pada epidermis dan dermis. Hal tersebut dapat mengganggu fungsi sawar kulit bahkan gangguan transepidermal water loss (TEWL). Tujuan: Mengevaluasi perubahan klinis dan luas kolagen pasien SA sebelum dan setelah terapi tunggal krim tretinoin 0,1% selama 3 bulan. Metode: Penelitian eksperimental analitik yang membandingkan perubahan klinis dan persentase luas kolagen pasien SA sebelum dan setelah terapi tunggal krim tretinoin 0,1% selama 3 bulan di Unit Rawat Jalan (URJ) Kesehatan Kulit dan Kelamin Divisi Kosmetik dan Tumor Bedah Kulit Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya. Hasil: Panjang lesi SA sebelum dan setelah terapi krim tretinoin 0,1% tidak didapatkan perbedaan bermakna (p=0,341), begitu pula lebar lesi SA sebelum dan setelah terapi juga tidak didapatkan perbedaan yang bermakna (p=0,341). Persentase luas kolagen sebelum dan setelah terapi krim tretinoin 0,1% didapatkan perbedaan yang bermakna (p=0,0001). Visual Analog Scale (VAS) Improvement grade dengan skala 2 didapatkan pada 10 (90,9%) sampel penelitian sedangkan skala 3 didapatkan pada 1 (9,1%) sampel penelitian. Hasil penilaian VAS patient satisfaction grade didapatkan 10 (90,9%) sampel penelitian memberikan skala 6 dan 1 (9,1%) memberikan skala 7. Simpulan: Penggunaan krim tretinoin 0,1% pada SA selama 3 bulan tidak menunjukkan perubahan klinis yang bermakna, tetapi dapat meningkatkan persentase luas kolagen secara bermakna.
Pendahuluan: Sutra cocoon laba-laba merupakan bahan alternatif yang diketahui sering digunakan oleh masyarakat tradisional untuk menghentikan pendarahan dan menutup luka. Cocoon laba-laba terdiri ...dari asam amino glisin dan alanin yang berkontribusi pada adhesi dan proliferasi sel. Tujuan penelitan ini adalah menganalisis potensi gel ekstrak sutra cocoon laba-laba Argiope modesta 5% terhadap jumlah sel fibroblas dan kepadatan kolagen pada penyembuhan luka gingiva. Metode: Penelitian experimental laboratories dengan the post- test only control group design. Sampel yang digunakan sebanyak 35 ekor tikus wistar jantan, dibagi secara acak menjadi 3 kelompok yaitu (a) kelompok kontrol negatif, diaplikasikan gel plasebo; (b) kelompok perlakuan, diberi gel ekstrak cocoon laba-laba 5%; (c) kelompok sehat, tidak diberi perlukaan maupun terapi. Lima belas ekor tikus kelompok kontrol negatif dan 15 ekor tikus kelompok perlakuan dibagi menjadi 3 sub kelompok hari pengamatan, yaitu hari ke-3, ke-5 dan hari ke-7 yang terdiri dari 5 ekor tikus setiap sub kelompok. Kelompok tikus sehat terdiri dari 5 ekor tikus. Perlukaan dibuat pada mukosa gingiva M1 kiri rahang bawah, kemudian dilakukan aplikasi gel. Hewan coba di euthanasia untuk selanjutnya dibuat sediaan histologi dan dilakukan pengamatan sel fibroblas dan kolagen. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,01) rerata jumlah fibroblas kelompok perlakuan (18,67±0,72) dibanding kelompok kontrol negatif (12,08±0,32) dan kelompok sehat (9,17±0,43) pada hari ke-7. Rerata kolagen berbeda signifikan (p=0,01) pada kelompok perlakuan (245,12±1,07) dibanding kelompok kontrol negatif (231,53±0,90) dan kelompok sehat (248,75±1,27) pada hari ke-7. Simpulan: Aplikasi gel ekstrak cocoon laba-laba (Argiope modesta) 5% terbukti meningkatakan jumlah sel fibroblas dan kepadatan kolagen. Kata kunci: cocoon; laba-laba; glisin; alanin; fibroblast; kolagen ABSTRACT Introduction: Spider cocoon silk is an alternative material that traditional people often use to stop bleeding and close wounds. Spider cocoon is composed of glycine and alanine amino acids which con-tribute to cell adhesion and proliferation. This study aimed to analyze the potency of the 5% Argiope modesta spider silk extract gel on the number of fibroblasts and collagen density on gingival wound healing. Methods: Experimental laboratory research with the post-test only control group design. The samples used were 35 male Wistar rats, randomly divided into three groups, namely (a) negative control group, placebo gel was applied; (b) the treatment group was given 5% spider cocoon extract gel; (c) healthy group, not given any injury or therapy. Fifteen rats in the negative control group and 15 rats in the treatment group were divided into three subgroups on the day of observation, namely, on the third, fifth and seventh days, which consisted of five rats in each subgroup. The healthy rat group consisted of five rats. An injury was made on the mandibular left M1 gingival mucosa, and then the gel was applied. Experimental animals were euthanized for further histology preparation, and observations of fibroblasts and collagen cells were carried out. Results: There was a significant difference (p=0.01) in the mean number of fibroblasts in the treatment group (18.67±0.72) compared to the negative control group (12.08±0.32) and the healthy group (9.17±0, 43) on the seventh day. The mean collagen was sig-nificantly different (p=0.01) in the treatment group (245.12±1.07) compared to the negative control group (231.53±0.90) and the healthy group (248.75±1.27) on the day of seventh. Conclusions: The application of spider cocoon extract gel (Argiope modesta) 5% increases the number of fibroblasts and collagen density. Keywords: cocoon; spider; glycine; alanine; fibroblasts; collagen
Infantilna kortikalna hiperostoza ali Caffeyjeva bolezen je redka dedna bolezen, ki je posledica mutacije v genu za kolagen tipa 1. Mehanizem nastanka bolezni še ni povsem pojasnjen, patofiziološka ...osnova bolezni in posledica mutacije pa je vnetje v periostu kosti. Klinično se bolezen izrazi z asimetrično zadebelitvijo kostnine v prvih mesecih življenja, najpogosteje v področju spodnje čeljusti, ključnice, lopatice, reber in dolgih kosti udov. Prizadetost kosti pogosto spremljajo nespecifični sistemski znaki. Pri postavitvi diagnoze je v veliko pomoč rentgensko slikanje, ki prikaže hiperostozo kostnine. Diagnozo potrdimo z genetsko analizo. Zdravimo simptomatsko. Pri napovedi izida bolezni igra pomembno vlogo način dedovanja. Prenatalna oblika bolezni, ki se deduje avtosomno recesivno, ima slabo napoved izida, infantilna oblika bolezni, ki se deduje avtosomno dominantno, pa navadno brez posledic do drugega leta starosti spontano izzveni. V prispevku predstavljamo klinični primer novorojenčka z infantilno obliko Caffeyjeve bolezni, pri kateri smo dokazali mutacijo gena COL1A1.
Pozadina istraživanja. Kolagen životinjskog podrijetla uvelike se koristi u proizvodnji hrane, kozmetičkih i biomedicinskih proizvoda. Tijekom kuhanja se nejestivi dijelovi riba, kao što su kosti i ...koža, uglavnom odbacuju kao smeće, iako imaju veliku hranjivu vrijednost. S obzirom na to da taj otpad predstavlja izvor zagađenja, potrebno ga je iskoristiti da bi se smanjio njegov negativan utjecaj na okoliš. Eksperimentalni pristup. Kolagen je izdvojen iz kože sahalinske mladice, dobivene kao otpad pri kuhanju, nakon obrade ohlađenim acetonom. Zatim su ispitana sljedeća svojstva kolagena: boja, čistoća (pomoću poliakrilamid gel elektroforeze u prisutnosti natrijevog dodecil sulfata), apsorpcija ultraljubičastih zraka, sastav podjedinica, aminokiselinski sastav, temperatura denaturacije i struktura (pomoću prigušene totalne refleksije i infracrvene spektroskopije s Fourierovom transformacijom). Naposljetku smo kemijskom modifikacijom (sukcinilacijom) nastojali poboljšati funkcionalna svojstva kolagena za njegovu daljnju primjenu. Rezultati i zaključci. Obradom ohlađenim acetonom iz riblje kože su uspješno uklonjene masti i pigmenti. Dobiven je veliki prinos čistog bijelog kolagena bez mirisa, u kojem nije pronađen niti jedan α3-lanac. Kolagen iz kože sahalinske mladice sadržavao je velik udjel α-uzvojnica, a malen udjel β-ploča. Sukcinilacija je uzrokovala promjenu sekundarne strukture molekule kolagena. Osim toga, povećala se viskoznost otopine kolagena i poboljšala topljivost kolagena pri fiziološkim uvjetima pH-vrijednosti od otprilike 6. Novina i znanstveni doprinos. Ovi rezultati po prvi put pokazuju da kolagen iz kože ribe iz porodice salmonida ne sadržava α3-lance. Sukcinilirani kolagen iz kože sahalinske mladice korisna je biomasa, koja se može primijeniti u prehrambenoj i kozmetičkoj industriji, te srodnim industrijama.
Isolasi dan karakterisasi parsial kolagen dari teripang gamma (Stichopus variegatus) telah dilakukan. Isolasi dilakukan melalui tiga tahap yaitu preparasi, ekstraksi dan isolasi. Tahap preparasi ...meliputi tahapan penyiangan, pencucian dan perendaman dalam akuades, dalam alkohol, dalam larutan Tris-HCl dan etilenadiaminatetraasetat (EDTA) dan perendaman dalam larutan natrium hidroksida (NaOH). Ekstraksi dilakukan dengan perendaman asam asetat 0,5M. Isolasi dilakukan dengan cara pengendapan menggunakan NaCl dilanjutkan proses dialisis. Isolat kolagen teripang gamma yang diperoleh memiliki rendemen sebesar 16,40% (bobot kering), nilai pH 6,08 dan derajat putih 77,02%. Gugus fungsi kolagen terdiri dari amida A (3412 cm-1), B (2929 cm-1), I (1654 cm-1), II (1554 cm-1), dan III (1239 cm-1). Asam amino utama penyusun kolagen yaitu glisin, prolin, dan alanin, masing-masing sebesar 16,88%; 6,71%; dan 6,42%. Kolagen yang dihasilkan merupakan kolagen tipe I, diduga terdiri dari 3 rantai a1 yang homolog dengan berat molekul 130,33 kDa.