Metode pembuatan zeolit yang umum dan banyak digunakan adalah metode alkali hidrotermal. Dalam penelitian ini proses sintesis zeolit dari ampas tebu menggunakan metode alkali hidrotermal pada ...temperatur 150 0C dan variasi waktu hidrotermal 8 jam, 16 jam dan 24 jam. Zeolit sintesis yang diperoleh dari metode alkali hidrotermal tersebut dikarakterisasi dengan menggunakan Difraksi Sinar-X dan Mikroskop Pemindai Elektron. Hasilnya adalah zeolit sodalit yang dihasilkan dari variasi waktu hidrotermal 8 jam dengan bentuk kristal kubik berukuran kecil saling berikatan membentuk geometri memanjang. Kemampuan adsorpsi dari zeolit sintetis yang dihasilkan diuji dengan menggunakan ion logam Pb2+. Kapasitas adsorpsi yang dihasilkan adalah 17,5485 mg/g.
Penggunaan bahan bakar sebagai sumber energi utama pun semakin meningkat dari hari ke hari, sedangkan cadangan minyak bumi sebagai bahan baku utamanya pun semakin menipis. Telah banyak ditemukan ...berbagai macam penelitian mengenai komoditas biodiesel, dimana yang telah diketahui salah satunya adalah biji tumbuhan Nyamplung (Chalophyllum inophyllum L.). Untuk membuat biodiesel dari Minyak Nyamplung ini membutuhkan katalis untuk mempercepat reaksi dan menghemat penggunaan energi, serta meningkatkan kuantitas dan kualitas biodiesel yang dihasilkan, salah satunya zeolit. Namun, sifat zeolit dari yang jenis yang sama sekalipun sangat bergantung pada liungkungan pembentukannya. Oleh karena itu, zeolit alam Ende perlu dikarakterisasi menjadi Katalis agar dapat diketahui aktifitas katalitiknya dalam proses pembuatan biodiesel dari biji Nyamplung. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa zeolit aktif Ende dapat digunakan sebagai katalis dengan kecepatan pengadukan 700 rpm dengan waktu reaksi 15 menit untuk mengkonversi biodiesel sebesar 100%.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penggunaan zeolit yang ditambahan pada litter terhadap konsentrasi amonia, suhu litter, bobot panen, bobot karkas dan skor footpad ...dermatitis. Materi penelitian ini adalah 272 broiler dipelihara dengan 4 perlakuan, P0 diberikan 0 gram zeolit / m2 litter, (P1) diberikan 500 gram zeolit / m2 litter, (P2) diberikan 1.000 gram zeolit / m2 litter dan (P3) diberikan 1.500 gram zeolit / m2 litter. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan analisis data menggunakan Analisis Varian (Anova). Jika terdapat perbedaan secara nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Hasil dari penelitian ini, konsentrasi amonia dan suhu litter lebih rendah di (P2) 1.000 gram zeolit / m2 litter dan P3 1.500 gram zeolit / m2 litter dibanding dengan (P0). Bobot panen dan bobot karkas lebih tinggi pada P2 1.000 gram zeolit / m2 litter, sedangkan foot pad dermatitis lebih rendah ditunjukkan pada P3 1.400 gram zeolit / m2 litter. Kesimpulannya adalah penambahan zeolit pada litter memberikan efek yang positif terhadap litter dan performa pertumbuhan, terutama pada P2 1.000 gram zeolit / m2 litter.
Wastewater from the fertilizer industry contains a high concentration of PO43- and NH4+. Those ions formed deposits that frequently clogged the conduits and reduced the pump efficiency of the ...wastewater treatment plant. A high concentration of PO43- and NH4+ in this wastewater can be used as a secondary source of PO43- fertilizer through the recovery process into struvite compounds (MgNH4PO4.6H2O). In this research, Struvite was crystallized in Aeration Cone Column Crystallizer (ACCC) with Magnesium modified natural Zeolite (Zeo-Mg) as adsorbent. Research also has been done using the Batch process, and the results were used as basis variables in the ACCC system. Effects of Zeolite activation, amounts of Zeo-Mg (10 – 30 g), PO43- and NH4+reactant ratio (1:1 – 1:3), pH (6 – 9), and reaction time (0 – 60 minutes) to the removal percentage of PO43- were used as research parameters that analyzed in struvite crystallization process. Zeo-Mg and struvite produced were analyzed using scanning electron microscopy and energy dispersive X-ray spectroscopy. Research results in the ACCC system with Zeo-Mg as adsorbent showed that the percentage of PO43- removal was 65% in 16 minutes and followed pseudo-first-order reaction kinetics with a reaction rate constant of 0.21 min-1. The PO43- removal reached equilibrium at pH 8.10 after 28 minutes. Simultaneous removal of PO43- to formed struvite crystals using Zeo-Mg as an adsorbent and without the addition of Mg ions solution in the ACCC system is a novel process in wastewater treatment. Moreover, this PO43- recovery process can be implemented in the industrial scale due to the practical operation.A B S T R A KAir limbah industri pupuk banyak mengandung PO43- dan NH4+. Ion-ion ini membentuk endapan yang seringkali menyumbat aliran pipa yang menyebabkan penurunan efisiensi pompa di instalasi pengolahan air limbah. Kandungan PO43- dan NH4+ berkonsentrasi tinggi ini dapat dijadikan sumber sekunder untuk membuat pupuk PO43- dengan melakukan recovery sebagai senyawa struvite (MgNH4PO4.6H2O). Pada penelitian ini, struvite dibentuk menjadi kristal menggunakan Aeration Cone Column Crystallizer (ACCC) dengan adsorben zeolit alam yang telah dimodifikasi menggunakan ion magnesium (Zeo-Mg). Penelitian juga dilakukan dengan menggunakan proses batch, yang hasilnya dijadikan basis variabel pada sistem ACCC. Pengaruh pengaktifan zeolit, penambahan Zeo-Mg (10–30 g), rasio reaktan PO43- dan NH4+ (1:1–1:3), perubahan pH larutan (6–9), dan lamanya waktu reaksi (0–60) menit terhadap persentase penyisihan PO43- menjadi parameter yang dianalisis pada proses kristalisasi struvite. Zeo-Mg dan struvite yang dihasilkan dianalisis menggunakan scanning electron microscopy dan energy dispersive X-ray spectroscopy. Penelitian menggunakan ACCC menghasilkan persentase penyisihan PO43- dengan adsorben Zeo-Mg sebesar 65% dalam 16 menit dan mengikuti persamaan kinetika reaksi orde satu, dengan konstanta laju reaksi 0,21 min-1. Penyisihan PO43- mencapai kesetimbangan pada pH 8,10 setelah 28 menit. Proses pemisahan PO43- dengan adsorben Zeo-Mg menjadi struvite secara berkesinambungan pada sistem ACCC merupakan proses baru pengolahan air limbah. Selain itu, proses pemanfaatan kembali PO43- ini dapat diterapkan ke dalam skala industri karena kemudahan dalam pengoperasiannya.
Dalam pengembangan lahan gambut untuk tanaman padi sawah terdapat beberapa faktor pembatas,diantaranya adalah kandungan asam fenolat yang tinggi sehingga dapat meracuni tanaman dan lemahnya ikatan ...kation K pada tanah gambut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi K pada tanaman dan K tercuci akibat pencucian dan pemakaian zeolit serta kalium. Percobaan dilakukan dengan Rancangan Faktorial yaitu perlakuan zeolit (0, 5, 10 dan 15 g/kg), K (0, 125, 250 dan 375 mg K/kg) dan pencucian dengan tiga kali pengulangan. Semua perlakuan ditambahkan Fe3+ sebanyak 2,5% serapan maksimum Fe3+ dan diinkubasi sebulan sebelum ditanam. Tanah yang digunakan pada penelitian ini diambil dari tanah gambut pantai (Lagan) dan peralihan (Dendang) Jambi. Percobaan menggunakan pot yang berdiameter 25 cm dan tinggi 40 cm. Pada kedalaman 40 cm dilubangi dengan diameter 1 cm dan ditutup kembali (pencucian).Tiap pot ditanami 3 bibit padi IR-64 berumur 21 hari, ditambahkan 86Rb dan pemupukan dasar. Pencucian dilakukan dengan 1.000 ml air bebas ion setiap minggu sampai umur tanaman 4 minggu (panen), untuk menganalisa distribusi K pada tanaman. Pengaruh pencucian, pemberian zeolit dan kalium berpengaruh nyata terhadap 86Rb pada bagian tanaman dan 86Rb tercuci. Pemberian zeolit 15 g/kg dan K 375 mg K/kg dengan pencucian pada gambut pantai dan peralihan diperoleh 86Rb pada bagian atas tanaman : 4,792% ; 1,450% dan akar 0,490% ; 0,316%. Sedangkan tanpa pencucian pada gambut pantai dan peralihan, 86Rb pada bagian atas tanaman yaitu 1,599% ; 1,059 dan akar 0,253% ; 0,204%. Kehilangan K pada tanah gambut akan berkurang akibat pencucian dengan peningkatan takaran zeolit. Pada gambut pantai dengan pemberian zeolit 5-15 g/kg mampu mengurangi kehilangan K dari pupuk sebanyak 0,1-3,0%, sedangkan untuk gambut peralihan 0,04-2,2%.
Penggunaan material nano merupakan metode perbaikan sifat aspal yang sedang banyak dikembangkan saat ini. Material nano memiliki sifat fisik, kimia dan biologi yang berbeda dengan sifat aslinya, ...serta menunjukkan sensitifitas terhadap temperatur tinggi, daktilitas tinggi, dan luas permukaan yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan aspal modifikasi nano zeolit terhadap karakteristik marshall campuran beraspal panas HRS-WC. Material nano zeolite yang digunakan pada penelitian ini disintesis dari zeolit alam dari deposit Gunungkidul, Jawa Tengah. Sedangkan aspal yang digunakan adalah aspal pen 60/70 produksi Pertamina. Aspal ini kemudian dimodifikasi dengan menambahkan material nano zeolit ke dalam aspal pen 60/70 dengan variasi kadar penambagan nano zeolit sebesar 0,1%, 0,2% dan 0,3%. Penggunaan aspal modifikasi nano zeolit sebagai material pengikat pada campuran beraspal panas HRS-WC dapat menurunkan nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) jika dibandingkan dengan campuran beraspal panas HRS-WC menggunakan aspal pen 60/70. Selain itu, penggunaan aspal modifikasi nano zeolit dapat meningkatkan nilai stabilitas, kepadatan, dan VFA. Sedangkan nilai VIM dan VMA mengalami penurunan pada campuran beraspal panas HRS-WC menggunakan aspal modifikasi nano zeolit. Dari tinjauan nilai flow dan MQ, penggunaan aspal modifikasi nano zeolit menghasilkan campuran yang memiliki kekakuan lebih besar dibandingkan campuran beraspal panas HRS-WC menggunakan aspal pen 60/70.
Zeolit merupakan material aluminosilikat yang memiliki rongga dengan struktur kerangka yang teratur. Aktivasi secara kimia atau fisika dapat meningkatkan kemampuan dalam penukaran ion pada ...saluran-saluran material zeolit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfologi dan kandungan unsur dari zeolit yang telah dimodifikasi dengan perak nitrat. Aktivasi zeolit alam dilakukan secara kimia menggunakan larutan HCl dan NaCl, sedangkan untuk modifikasinya menggunakan metode sistem batch dengan larutan perak nitrat. Morfologi dan kandungan unsur zeolit yang telah teraktivasi dan termodifikasi diuji dengan SEM-EDS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi mineral pada zeolit setelah aktivasi terjadi kenaikan yang signifikan pada Na dan Si. Hal ini juga dikuti dengan pengotor pada area permukaan zeolit menjadi berkurang. Jumlah persentase unsur perak yang terendah ditemukan pada kelompok zeolit dengan modifikasi AgNO3 0,025 M dan jumlah persentase unsur perak yang tertinggi ditemukan pada kelompok zeolit dengan modifikasi AgNO3 0,1 M. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa aktivasi zeolit alam dapat menghilangkan material-material pengotor yang terdapat pada zeolit sehingga akan memudahkan modifikasi zeolit dengan ion perak. Jumlah unsur ion perak akan meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi larutan perak nitrat yang digunakan.
Abu Bagasse merupakan limbah padat yang dihasilkan dari sisa pembakaran ampas tebu di industri gula. Kandungan silika yang relatif tinggi pada abu bagasse dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku ...pembuatan zeolite. Zeolite dapat dimanfaatkan sebagai adsorben logam berat pada pengolahan limbah cair industri. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis zeolite dari abu bagasse serta mengaplikasikan zeolite sebagai adsorben logam Cu(II) di dalam reaktor sistem kontinyu. Pengaruh waktu kontak, ukuran zeolite, serta konsentrasi larutan Cu(II) terhadap efisiensi penyisihan logam telah dipelajari pada penelitian ini. Sintesis Sintesis zeolite dilakukan menggunakan metode hidrotermal pada suhu 100°C selama 7 jam. Zeolit hasil sintesis dikarakteristisasi menggunakan SEM-EDX, XRD, FTIR, dan BET Proses adsorpsi dilakukan dengan menggunakan reaktor kontinyu dengan laju alir 0,4 L/menit serta dialirkan selama 60 menit dengan pengambilan sampel setiap interval waktu 15 menit. Hasil analisis SEM-EDX menunjukkan bahwa Zeolit memiliki morfologi tidak teratur serta mengandung Si sebesar 35,15%. Hasil XRD menunjukkan bahwa kristalinitas zeolite relatif rendah. Luas permukaan spesifik zeolite pada ukuran 100 mesh dan 200 mesh masing-masing sebesar 439,48 m2/g dan 697,76 m2/g. Hasil pengujian adsorpsi limbah Cu(II) terbaik diperoleh pada kondisi zeolit dengan ukuran partikel 200 mesh, konsentrasi air limbah Cu(II) 25 mg/L, dan waktu operasional 60 menit dengan efisiensi penyisihan Cu(II) sebesar 41,57%.
Recently, the direct synthesis methods for zeolite modification have received much attention from scientists to improve zeolites as catalysts in a variety of applications. Unlike conventional ...methods, well advanced physicochemical properties could be introduced to zeolites through direct synthesis. During this work, Cu-loaded zeolite was directly synthesized using a microwave-assisted method, and the resulted samples were characterized by Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), powder X-ray diffraction (PXRD), scanning electron microscopy (SEM) and Raman microscopy. The PXRD and SEM results revealed that the Cu-loaded zeolite has LTA (Linde Type A) crystal structure with high crystallinity and particle size obtained within the 300 - 600 nm range. The FTIR and Raman microscopic data showed the bond formation of Cu within the zeolite framework. Unlike other methods, modification of zeolite was done at a low temperature of 110℃. During this microwave-assisted method, nano-sized, LTA type Cu-zeolite was successfully obtained.
Graphical abstract for ethanol dehydration on the W-Ni-HZSM-5 catalys.
Display omitted
•Catalytic dehydration of bio-ethanol was analyzed over transition metals, loaded on HZSM-5, H-β zeolite, ...zirconium Aluminate.•Promising high conversion of bio-ethanol into potent fuel additive DEE with appreciable selectivity on 1 % W-5 %Ni-HZSM-5.•A 14.61% yield enhanced the desired diethyl ether synthesis due to 1% tungsten metal oxide loading on 5 %Ni-HZSM-5.•The catalyst was active and hydrothermally stable with efficient reusability and negligible coke deposition up to 5th cycles.•The study highlights the mechanistic comparison of the different acid catalysts with Lewis Bronsted acidic sites.
Diethyl ether is an excellent additive in standard internal combustion engine fuel. The desired reaction product yield is more dependent on the type and strength of acidity of a catalyst for the higher selectivity of diethyl ether or ethylene. In the current work, the chemical process dehydration of alcohol was investigated successfully for forming diethyl ether and alkene over the synthesized tungsten-nickel-loaded catalysts. In present study synthesized different metal-loaded (Ni, W) on different supports (H-ZSM-5, β-Zeolite), and only weak acidic sites catalyst (with and without Ni loaded Zirconium aluminate) and compared all above synthesized catalyst for ethanol dehydration to diethyl ether at 7 h reaction time, 6 wt% catalyst dose, and 230 °C reaction temperature. Characterization using XRD, SEM-EDS, XPS, Raman-spectra, and BET-BJH revealed the appropriate synthesis of the catalyst and uniform Ni and W metal loading, resulting in increased catalytic performance. W-Ni metal oxide loading on H-ZSM-5 shows the most promising results than metal oxide loading on other support catalysts. A 14.61% yield enhanced the desired diethyl ether synthesis due to 1% tungsten metal oxide loading on 5 %Ni-HZSM-5. The XRD, FTIR, and TG-DTA analysis of reused 1 %W-5% Ni-HZSM-5 catalyst provides excellent reusability up to the fifth cycle of use, with a reusability efficiency of more than 96 % even up to the fifth reusability cycle. 1 %W-5 %Ni-HZSM-5 showed the best performance in a batch reactor for maximum diethyl ether synthesis from ethanol dehydration at a given reaction condition.