Akademska digitalna zbirka SLovenije - logo
E-viri
Celotno besedilo
Recenzirano Odprti dostop
  • KEBHINEKAAN: SEBUAH RETORIKA?
    Dewa Agung Gede Agung

    Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya, 06/2018, Letnik: 12, Številka: 1
    Journal Article

    Secara nasional maupun lokal, keragaman tidak bisa dihindari, baik keragaman agama, budaya, etnis dan sebagainya. Keragaman merupakan keniscayaan dalam sebuah masyarakat post-kolonial seiring dengan meningkatnya intensitas komunikasi global. Semua orang sadar akan semua itu, karena sudah terdapat pada lambang negara yang bertuliskan “Bhineka Tunggal Ika”. Istilah ini bukan saja diposisikan sebagai jargon politik sebagai satu nation, tetapi seharusnya menjadi pedoman yang merupakan hasil renungan pendiri bangsa berdasarkan kondisi objektif dari negara Indonesia. Peningkatan tensi konflik semboyan Bhineka Tunggal Ika yang bernuansa SARA baik yang bersifat manifest maupun latten, membuktikan belum dihayati dan diaplikasikannya makna dari istilah tersebut, artinya baru dalam tatanan “retorika”. Perilaku kebhinekaan tidak perlu diretorikakan dengan bahasa yang indah, karena seseorang bisa berkata-kata bijak, tetapi belum tentu bisa berperilaku bijak. Nationally and locally, diversity can not be avoided, whether the diversity of religious, cultural, ethnic and so forth. Diversity is a necessity in a post-colonial society as the intensity of global communications increases. Everyone is aware of it all, because it already exists on the state symbol that reads "Bihneka Tunggal Ika". This term is not only positioned as a political jargon as a nation, but should be a guide which is the result of the founders' reflection based on the objective condition of the Indonesian state. Increasing the tension of conflicts of the Bhineka Tunggal Ika (Unity in Diversity) slogan, both manifest and latten, proves that they have not yet appreciated and applied the meaning of the term, meaning new in the "rhetorical" order. Behavior diversity does not need to be re-fabricated in a beautiful language, because one can speak wisely, but not necessarily be able to behave wisely.   DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um020v12i12017p19