Latar belakang. Besi merupakan mineral esensial yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan fungsi fisiologis. Defisiensi besi didefinisikan sebagai penurunan total kandungan besi dalam tubuh yang ...ditandai dengan turunnya kadar feritin atau saturasi transferin. Bayi prematur termasuk ke dalam kelompok berisiko untuk terjadinya defisiensi besi.Tujuan. Memberikan bukti ilmiah pemberian suplementasi besi pada bayi prematur atau berat badan lahir rendah untuk mencegah defisiensi besi.Metode. Pencarian literatur dengan instrumen pencari Pubmed dan Cochrane Library pada bulan Juli 2020.Hasil. Studi oleh McCarthy dkk menggunakan metode telaah sistematis dengan melibatkan tiga studi dengan luaran menurunnya defisiensi besi. Salah satunya oleh Lundstorm dkk yang menyatakan bahwa bulan ketiga seluruh subyek di kelompok uji mencapai kadar serum feritin rata-rata 32 ng/ml ml dan kelompok kontrol mencapai kadar serum ferritin rata-rata 17 ng/ml (p<0,05). Kadar serum ferritin pada bulan keenam pemantauan kelompok uji adalah rata-rata 29 ng/ml dan kelompok kontrol adalah rata-rata <10 ng/ml (p<0,001). Pada studi Berglund dkk menyatakan terdapat peningkatan kadar serum ferritin dan saturasi transferin pada kelompok uji dibandingkan dengan kelompok kontrol tanpa suplementasi besi (nilai p<0,001).Kesimpulan. Suplementasi besi jangka panjang terbukti mencegah defisiensi besi pada bayi prematur atau bayi dengan berat badan lahir rendah.
Latar belakang. Remaja merupakan kelompok risiko tinggi untuk mengalami defisiensi besi. Obesitas pada remaja meningkatkan risiko defisiensi besi akibat perbedaan pola asupan dan inflamasi kronik ...derajat rendah. Tujuan. Mengetahui status besi dan asupan besi remaja obes usia 15 -17 tahun. Metode. Penelitian potong lintang pada remaja usia 15 – 17 tahun di dua SMU Jakarta Pusat pada bulan September – November 2015. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan indeks massa tubuh (IMT). Subjek dinyatakan obes bila IMT≥P95 dan non-obes bila IMT ≥P5 - <P85. Kepada subjek dilakukan penilaian status besi, yaitu hemoglobin, mean corpusculus volume (MCV), besi serum, feritin, saturasi transferin, dan total iron bonding capacity (TIBC) serta analisis diet. Hasil. Sebanyak 100 subyek memenuhi kriteria inklusi yang terdiri dari 52 subjek obes dan 48 subjek non-obes. Tidak terdapat perbedaan bermakna proporsi defisiensi besi dan anemia defisiensi besi pada kelompok obes dan non-obes (9,6% vs 16,7%; p=0,295). Tidak terdapat perbedaan bermakna asupan zat besi total kelompok obes dan non-obes ( 8 (2,6 – 95,9) mg/hari vs 10 (1,8 – 83,4) mg/hari; p=0,188). Persentase asupan zat besi hem kelompok obes lebih tinggi dibandingkan kelompok non-obes (31 (0,0 – 95,6)% vs 20 (15,2 – 100,0)%; p=0,029). Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan proporsi defisiensi besi dan anemia defisiensi besi pada remaja obes dan non obes usia 15 – 17 tahun. Tidak terdapat perbedaan rerata asupan zat besi remaja obes dan non-obes usia 15 – 17 tahun.
Latar Belakang: Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di masyarakat, yang cukup banyak terjadi di negara berkembang khususnya Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO), tiap ...tingkat usia memiliki potensial mengalami anemia, termasuk remaja usia 10-19 tahun. Melakukan deteksi dini atau skrining menjadi penting untuk dapat mengetahui lebih awal seseorang mengalami anemia defisiensi besi. Selain itu, dalam kerangka WHO untuk mempercepat penurunan angka anemia di dunia terdapat hasil yang ingin dicapai salah satunya yaitu dengan meningkatkan skrining anemia. Tujuan: Tujuan dari literatur ini yaitu untuk mengetahui gambaran skrining melalui indikator biokima yang digunakan untuk identifikasi Anemia Defisiensi Besi di Indonesia. Metode: Penelusuran literatur dilakukan pada database PubMed, Scopus, ScienceDirect, dan Garuda untuk literatur yang dipublikasi pada 2013-2023 sesuai panduan PRISMA. Artikel dikaji apabila berasal dari jurnal terindeks Scopus Q1-Q4 atau Sinta 1-Sinta 3 dengan desain penelitian eksperimental atau observasional yang dilakukan di Indonesia. Ulasan: Melakukan skrining anemia pada wanita usia reproduksi untuk mengoptimalkan sintesis hemoglobin, mencegah kerusakan sel darah merah yang berlebihan, dan mengurangi kehilangan darah. Berbagai teknik skrining anemia telah dikembangkan di berbagai negara dengan mempertimbangkan metode yang terjangkau, mudah digunakan, dan non-invasif dibandingkan dengan metode invasif yang biasa digunakan. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan ketika memilih pengukuran Hb di laboratorium klinis atau lapangan termasuk kebutuhan kendali mutu (QC), kondisi ekstrim di lingkungan, kekurangan sumber daya di lingkungan, standar pelatihan yang tidak sesuai, dan kondisi ekstrim di lingkungan. Risiko dampak negatif Pengukuran Hb dapat dikurangi dengan mempertimbangkan berbagai faktor. Kesimpulan: Di Indonesia, skrining masih sering menggunakan teknik invasif untuk mendeteksi anemia. Ini melibatkan pengambilan sampel darah vena atau kapiler dan pemeriksaan darah lengkap untuk mengukur kadar hemoglobin dalam darah melalui laboratorium. Berbagai negara telah mengembangkan metode skrining anemia yang lebih murah, mudah digunakan, dan non-invasif daripada metode invasif yang biasa digunakan. Alat penilaian yang dapat diandalkan untuk mengukur dan menafsirkan konsentrasi Hb diperlukan untuk mencapai tujuan global sebagai upaya mengurangi anemia dan mengevaluasi efektivitas intervensi. Kata kunci: anemia, defisiensi zat besi, prevalensi, remaja, Indonesia
Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan kajian etnomatematika pada Istana Kerajaan Amanuban (Sonaf Son Besi). Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode etnografi yang ...bertujuan untuk mengungkap ide-ide matematika yang terdapat pada Istana Kerajaan Amanuban (Sonaf Son Besi). Penelitian ini dilaksanakan di Kerajaan Amanuban yang terletak di Kelurahan Niki-Niki, Kabupaten Timor Tengah selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Teknik pengambilan data penelitian ini yaitu Wawancara, dokumentasi, dan Observasi. Teknik Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, dengan tahapan reduksi data, display data, dan membuat kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan banyaknya konsep matematika yang ada pada Sonaf Son Besi sebagai istana Kerajaan Amanuban seperti: Bangun Ruang, Bangun Datar dan Kongruensi, sangat cocok digunakan untuk pembelajaran materi tersebut dalam hal mendeskripsi unsur-unsur, penemuan pola bangunan, dan kekongruenan.
Sintesis pasir besi lampanah Aceh Besar menjadi nanopartikel magnetite besi oksida menjadi tujuan utama dalam penelitian ini untuk mengamati struktur Kristal yang dimilikinya. Sifat Kristalin yang ...tinggi ketika terjadi perubahan fisis dari material menjadikan kajian ini layak untuk diteliti. Melalui teknik pemisahan menggunakan magnet batang, pasir besi dari alam dipisahkan dari pengotor lalu disaring dengan ayakan yang berukuran 200 mesh. Pasir besi berkualitas baik disintesis dengan menggunakan metode kopresipitasi yang mana pasir besi dilarutkan ke dalam 12 M Asam Klorida 37 % v/v. Larutan tersebut diaduk dan disaring, kemudian hasil larutan dicampurkan dengan 6,5 M ammonia dengan perbandingan ratio campuran 1:7. Melalui proses aduk dan saring, hasil endapan kemudian dikeringkan. Berdasarkan hasil uji XRD, SEM dan Cacah magnetik didapati karakteristik nanopartikel magnetite besi oksida. Berdasarkan data XRD, didapati sudut 2 thetanya 30,105o; 35,45o dan 62,585o dengan indek miller hkl: 220, 311 dan 440. Nilai hkl ini menunjukkan bahwa nanopartikel magnetite dari pasir besi Lampanah memiliki struktur kristal Kubik dengan struktur kisinya FCC (Face Center Cubic). Berdasarkan uji SEM, morfologi nanopartikel magnetite besi oksida berbentuk tidak seragam dengan ukuran partikel yang relatif tidak sama berada dalam rentang 800 nm sampai 3000 nm. Sedangkan untuk cacah medan magnetik dalam bentuk pasir besi didapati nilai cacahannya 0,03 mT sedangkan dalam bentuk nanopartikel magnetite diperoleh 0,022 mT. Kesimpulan yang didapati bahwa struktur Kristal dari pasir besi Lampanah semakin terlihat ketika ukuran besi oksida menjadi nanopartikel magnetite. Langkah pengoptimalan dalam preparasi pasir besi menjadi nanopartikel magnetite diperlukan agar ukuran partikelnya di bawah < 100 nm sehingga dapat diaplikasinya dalam bidang elektronik, kesehatan dan sebagainya.
Latar Belakang: Di era adaptasi kebiasaan baru selama pandemi Covid-19, masalah gizi seperti KEK dan anemia pada ibu hamil masih banyak ditemukan. Upaya peningkatan asupan energi, protein dan zat ...besi perlu dilakukan dengan pemberian makanan tambahan untuk mengoptimalkan perkembangan janin selama hamil. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah membuat pengembangan produk makanan tambahan berupa biskuit “Prozi” dengan memanfaatkan sumber pangan lokal seperti ikan kembung, kedelai, dan daun kelor sehingga dapat meningkatkan nilai gizi protein dan zat besi pada biscuit serta mendukung upaya pencegahan stunting. Metode: Penelitian eksperiman dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal dilakukan dengan variasi perlakuan sejumlah tiga perlakuan yaitu T1 (20%;80%), T2 (50%:50%), T3 (80%:20%) dan satu formulasi kontrol yang mengandung 100% tepung terigu atau T0 (100%:0%). Perbandingan bahan dibuat menggunakan perbandingan tepung campuran (10% daun kelor, 20% tepung kedelai, 20% tepung ikan kembung dan 50% tepung ubi jalar) dan tepung terigu. Analisis data menggunakkan Uji One Way ANOVA untuk melihat perbedaan kandungan zat gizi makro dan zat besi. Hasil: Semakin tinggi proporsi tepung campuran yang ditambahkan dalam formulasi akan meningkatkan kadar air, abu, protein dan lemak serta menurunkan kadar karbohidrat pada biscuit. Terdapat pengaruh substitusi sebagian tepung terigu dengan campuran terhadap kandungan protein dan zat besi pada formulasi biskuit “Prozi” (6-11% dan 1,56-2,73 mg/100 g) (P<0,05). Kesimpulan: Penambahan tepung campuran ini memberikan pengaruh positif untuk meningkatkan kadar protein dan zat besi pada biskuit. Pengembangan biskuit “Prozi” bisa dimanfaatkan sebagai biskuit PMT ibu hamil untuk memberikan tambahan asupan protein dan zat besi untuk mencegah KEK selama kehamilan dan pencegahan stunting.
Industri rumah tangga pandai besi produk pisau yang menjadi Mitra dalam pengabdian kepada masyarakat ini beralamat di Sorotakan, Kalurahan Segaran, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Urgensi ...kegiatan pengabdian dalam bidang pemasaran digital tidak hanya sekedar untuk memasarkan produk saja tapi berpotensi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk. Apalagi pemerintah sedang gencar dan mendukung para pelaku usaha home industry untuk Go Digital. Tujuan kegiatan ini yaitu memberikan sosialisasi dan membantu penerapan teknologi digital untuk mendukung pemasaran produk. Metode yang digunakan yaitu sosialisasi, pelatihan dan pendampingan pada mitra. Beberapa langkah kegiatan dilakukan antara lain: (1) Pelatihan pengelolaan media online (2) Pelatihan dan pendampingan foto produk, (3) Melakukan penyuluhan pentingnya digitalisasi usaha. Hasil kegiatan ini yaitu telah digunakannya media online yang didalamnya termasuk foto produk oleh mitra untuk pemasaran digital. Berdasarkan dari wawancara dengan mitra, setelah kegiatan menambah pengalaman dan peserta bersemangat untuk belajar lebih banyak lagi tentang pemasaran digital.
Resistensi antibiotika muncul sebagai polemik yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Kemajuan teknologi membuka peluang dalam penemuan molekul senyawa baru yang mampu mencegah perkembangan ...mikroba patogen, seperti Pseudomonas aeruginosa yang resisten terhadap beberapa jenis antibiotika. Terapi fotodinamika dengan memanfaatkan penggunaan fotosensitizer yang berasal dari senyawa yang membentuk kompleks dengan besi merupakan salah satu pendekatan alternatif untuk mengatasi penyakit infeksi dengan risiko resistensi mikroba yang lebih rendah. Penelitian yang dilakukan secara in silico ini bertujuan untuk mengamati, mengeksplorasi, dan mengevaluasi mekanisme aksi berbasis struktural dari molekul senyawa yang membentuk kompleks dengan besi, yaitu besi-ftalosianina dan besi-salofen terhadap protein hemofor HasAp serta pengaruh molekularnya terhadap bagian situs aktif pengikatan dari protein hemofor HasR. Identifikasi interaksi molekuler dan afinitas antara molekul senyawa besi-ftalosianina dan besi-salofen terhadap protein hemofor HasAp dilakukan dengan simulasi ligan-protein docking mempergunakan software MGLTools 1.5.6 yang dilengkapi dengan AutoDock 4.2. Di samping itu, dilakukan juga simulasi protein-protein docking terhadap sistem kompleks ligan-protein untuk memastikan pengaruh molekularnya terhadap bagian situs aktif pengikatan dari protein hemofor HasR dengan mempergunakan software PatchDock. Berdasarkan simulasi ligan-protein docking diperoleh hasil bahwa senyawa besi-ftalosianina memiliki afinitas paling baik terhadap kedua protein hemofor HasAp, dengan nilai energi bebas pengikatan masing-masing sebesar −68,45 kJ/mol dan −65,23 kJ/mol. Menariknya, hasil simulasi protein-protein docking antara kompleks molekul senyawa besi-ftalosianina dan protein hemofor HasAp-besi-ftalosianina terhadap protein hemofor HasR memiliki nilai energi kontak atom yang positif sebesar 556,56 kJ/mol. Dari penelitian ini dapat diprediksikan bahwa perbedaan struktur molekul senyawa yang membentuk kompleks dengan besi mampu mempengaruhi mekanisme aksi berbasis structural terhadap protein hemofor target.
Pendahuluan: Pempek merupakan salah satu makanan khas Palembang yang bahan utamanya menggunakan daging ikan dan pati (tepung tapioka). Pempek dengan penambahan bayam merah dapat dimanfaatkan dengan ...baik sebagai bahan makanan alternatif sumber zat besi. Tujuan : bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan bayam merah terhadap sifat organoleptik dan kadar zat besi (Fe) pada pempek ikan tenggiri. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan 2 kali pengulangan. Perlakuan berupa penambahan bayam merah sebanyak 0%, 15% dan 25%. Panelis yang digunakan dalam penelitian ini adalah panelis agak terlatih berjumlah 30 orang. Analisis hasil uji organoleptik menggunakan uji Normalitas dengan Excel sedangkan hasil uji kadar zat besi menggunakan uji Anova dan DMRT (Duncan Multiple Range). Kesimpulan: (1) Diketahui daya terima olahan pempek ikan tenggiri berdasarkan penilaian warna, aroma dan rasa lebih banyak disukai oleh panelis adalah P0 (Kontrol) tanpa penambahan bayam merah dengan hasil rata – rata warna sebesar (5,9), aroma sebesar (5,6) dan rasa sebesar (5,9) sedangkan berdasarkan penilaian tekstur yang lebih banyak disukai oleh panelis adalah P1 dengan penambahan bayam merah 15% dengan hasil rata – rata tekstur sebesar (5,8). (2) Diketahui berdasarkan hasil uji Laboratorium kadar pempek dengan penambahan bayam merah yang memiliki kadar zat besi yang tertinggi adalah pempek dengan penambahan bayam merah 25% yaitu sebesar 1.22 mg/100 g (P2) daripada (P1) yaitu sebesar 1.08 mg/100 g. Dan kadar zat besi perbandingan diantara keduanya yaitu sebesar 0,14 mg.