Kejadian stunting dimulai semenjak janin masih dalam kandungan dan akan terlihat pada saat bayi dilahirkan. Prevalensi stunting akan terus meningkat hingga memasuki usia 24-59 bulan. Beberapa faktor ...yang memengaruhi kejadian tersebut adalah status imunisasi dan keragaman konsumsi makanan pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan status imunisasi dan keragaman konsumsi makanan balita terhadap kejadian stunting. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif analitik observasional dengan desain cross-sectional. Subjek penelitian adalah ibu yang memiliki balita berusia 24–59 bulan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sungai Apit, Siak yang berjumlah 211 orang dengan menggunakan systematic random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang siginifikn antara status imunisasi balita dengan kejadian stunting (p = 0.006; POR = 95%; CI = 1.357-4,958). Begitu juga dengan keragaman konsumsi makanan balita terhadap kejadian stunting (p = 0.002; POR = 95%; CI = 1.516-5.571) menunjukkan hasil yang signifikan. Disimpulkan bahwa status imunisasi dan keragaman konsumsi makanan memberikan kontribusi terhadap kejadian stunting pada balita.
Kata kunci : Balita, konsumsi makanan, stunting, status imunisasi
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu melalui pelatihan dan pendampingan dalam pengelolaan abon ikan lele dan menciptakan peluang usaha secara nyata di masa ...mendatang. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan pengadaan alat. Metode yang digunakan adalah training of trainer (TOT), yaitu pemberian materi melalui ceramah, praktek langsung, dan pendampingan. Pemberdayaan ini telah mampu menghasilkan 3 varian rasa abon ikan lele (manis, asin dan pedas). Hasil organoleptik menunjukkan bahwa abon lele dengan rasa manis adalah yang terbaik. Abon lele terpilih memiliki kadar air 7,71%, abu 4,59%, protein 26,50%, lemak 24,12%, dan negatif dari mikroba Salmonella. Produk abon lele telah memperoleh lisensi P-IRT, berlabel dan berstandar halal. Kegiatan ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu, sehingga perlu dilakukan inovasi lebih lanjut dalam pengolahan abon lele agar produk yang dihasilkan dapat memiliki kualitas yang lebih baik. Empowerment of farmers through the production of shredded catfish AbstractThis activity aimed to improve the knowledge and skills of mothers through training and mentoring in the management of shredded catfish and create real business opportunities in the future. The activity starts with the procurement of tools. The method used was trained of trainers (TOT), namely the provision of materials through discourse, direct practice, and mentoring. This empowerment had to produce 3 flavors of shredded catfish (sweet, salty and spicy). The organoleptic results showed that shredded catfish with sweet flavors was best. The shredded catfish selected had 7.71% moisture content, 4.59% ash, 26.50% protein, 24.12% fat, and negative from Salmonella microbes. The shredded catfish products have obtained P-IRT license, has labeled and halal standards. This activity is very useful in increasing the knowledge and skills of mothers, so that further innovation needs to be carried out in the processing of shredded catfish so that the products produced can be of better quality.
Nutritional problems in adolescents are increasingly complex, one of which is nutritional anemia and skipping breakfast. It happens because of limited knowledge about balanced nutrition in ...adolescents. With the increasing nutritional problems of adolescents, the Community Service (PKM) team collaborates with partners, namely students of SMAN 1 Perhentian Raja, Kampar to carry out adolescents' nutrition literacy through the educational game GOAKSI (Go Aksi Bergizi). This activity effort to convey adolescent nutritional literacy through counseling the contents of my plate in meeting nutrition needs. The PKM was attended by 28 student 11th graders. All students were able to understand well the concept of balanced nutrition through the contents of my plate by an increase in the average value of knowledge from 5.4 to 8.0 (pre-test and post-test results) of 2.6 points. It is hoped that PKM activities can be carried out continuously with different topics, so that the formation of knowledge and positive attitudes of adolescents in fulfilling balanced nutrition and good food habits in overcoming adolescent nutritional problems.
This study aimed to develop high antioxidant cake product with red palm oil (RPO) content to substitute the use of margarine as a potential functional food. This study used a complete randomized ...design with four levels of RPO substitution for margarine, namely F0 (0:100), F1 (80:20), F2 (90:10), and F3 (100:0). Organoleptic results showed that high antioxidant cake F3 was best in which also contained the highest RPO addition level. The high antioxidant cake F3 had yellow colour, hardness of 650.67 gf, bulk density of 0.27 g/ml, 4.31% moisture, 1.48% ash, 21.66% fat, 9.76% protein, 62.80% carbohydrate, 40.74 ppm/100 g β-carotene, and the 470.44 mg/100 g antioxidant activity. Thus the product can be categorized as high in β-carotene. Therefore, this product has a potential to be a functional food options, especially for atherosclerosis prevention.
Kejadian stunting dimulai semenjak janin masih dalam kandungan dan akan terlihat pada saat bayi dilahirkan. Prevalensi stunting akan terus meningkat hingga memasuki usia 24-59 bulan. Beberapa faktor ...yang memengaruhi kejadian tersebut adalah status imunisasi dan keragaman konsumsi makanan pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan status imunisasi dan keragaman konsumsi makanan balita terhadap kejadian stunting. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif analitik observasional dengan desain cross-sectional. Subjek penelitian adalah ibu yang memiliki balita berusia 24–59 bulan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sungai Apit, Siak yang berjumlah 211 orang dengan menggunakan systematic random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang siginifikn antara status imunisasi balita dengan kejadian stunting (p = 0.006; POR = 95%; CI = 1.357-4,958). Begitu juga dengan keragaman konsumsi makanan balita terhadap kejadian stunting (p = 0.002; POR = 95%; CI = 1.516-5.571) menunjukkan hasil yang signifikan. Disimpulkan bahwa status imunisasi dan keragaman konsumsi makanan memberikan kontribusi terhadap kejadian stunting pada balita. Kata kunci : Balita, konsumsi makanan, stunting, status imunisasi
Latar Belakang: Kesehatan seseorang bisa tergambarkan dari pangan dan zat gizi apa yang dikonsumsi serta bagaimana makanan tersebut diserap oleh tubuh. Status gizi balita dipengaruhi oleh penyakit ...infeksi, asupan makanan, pengetahuan gizi, pola asuh serta jarak kehamilan.
Tujuan: Riset ini bertujuan menganalisa korelasi antara pengetahuan gizi, pola asuh, serta jarak kehamilan terhadap status gizi balita.
Metode: Studi memakai desain potong lintang. Populasi dalam studi ini merupakan balita yang terdapat di Posyandu Lancang Kuning, Tuah Karya, Pekanbaru-Riau (subjek 123 orang Ibu balita) melalui simple random sampling. Riset dilaksanakan pada bulan November 2019 - Juli 2020. Informasi dianalisa menggunakan uji Chi-square.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ibu balita sebagian besar berstrata pendidikan SLTA, memiliki pengetahuan gizi kurang dan lebih dari sepertiga memiliki pola asuh kurang serta sebagian besar status gizi anak termasuk baik. Hasil Analisa memperlihatkan ada korelasi pengetahuan gizi, pola asuh, serta jarak kehamilan terhadap status gizi balita (p<0,001; p=0,005; p=0,041).
Kesimpulan : Pengetahuan gizi, pola asuh, serta jarak kehamilan subjek dapat mengoptimalkan status gizi balita.
Latar Belakang: Kesehatan seseorang bisa tergambarkan dari pangan dan zat gizi apa yang dikonsumsi serta bagaimana makanan tersebut diserap oleh tubuh. Status gizi balita dipengaruhi oleh penyakit ...infeksi, asupan makanan, pengetahuan gizi, pola asuh serta jarak kehamilan. Tujuan: Riset ini bertujuan menganalisa korelasi antara pengetahuan gizi, pola asuh, serta jarak kehamilan terhadap status gizi balita. Metode: Studi memakai desain potong lintang. Populasi dalam studi ini merupakan balita yang terdapat di Posyandu Lancang Kuning, Tuah Karya, Pekanbaru-Riau (subjek 123 orang Ibu balita) melalui simple random sampling. Riset dilaksanakan pada bulan November 2019 - Juli 2020. Informasi dianalisa menggunakan uji Chi-square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ibu balita sebagian besar berstrata pendidikan SLTA, memiliki pengetahuan gizi kurang dan lebih dari sepertiga memiliki pola asuh kurang serta sebagian besar status gizi anak termasuk baik. Hasil Analisa memperlihatkan ada korelasi pengetahuan gizi, pola asuh, serta jarak kehamilan terhadap status gizi balita (p<0,001; p=0,005; p=0,041). Kesimpulan : Pengetahuan gizi, pola asuh, serta jarak kehamilan subjek dapat mengoptimalkan status gizi balita.