Kajian ini membahas hambatan pencapaian guru dalam jabatan terhadap integrasi teknologi, dengan menggunakan prinsip-prinsip Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) sebagai kerangka ...evaluatif. Analisis data berdasarkan interaksi antar komponen inti TPACK mengungkapkan bahwa peserta kesulitan mengembangkan pengetahuan baru. Kurangnya pengalaman pedagogis membatasi pengembangan pendekatan integrasi teknologi yang tepat. Membuat basis pengetahuan baru berdasarkan komponen pengajaran yang berbeda bisa jadi sulit bagi guru dalam jabatan karena membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan inti dan interpretasi konteks pengajaran dan dinamikanya. Mengembangkan Pedagogical Content Knowledge (PCK) merupakan faktor sangat penting dalam integrasi teknologi secara keseluruhan; para guru harus memprioritaskan untuk memperoleh PCK sebelum mengintegrasikan teknologi. Dalam pendidikan calon guru profesi, pengembangan PCK harus didukung dengan pengalaman mengajar yang sebenarnya. Hasil kajian dapat memberikan wawasan yang berharga sehubungan dengan fokus yang tepat pada integrasi teknologi dan mengenali batasan dan tantangan dalam prinsip TPACK untuk mereka yang mengintegrasikan teknologi dalam mengajar dan mereka yang merancang aktivitas berbasis TPACK.
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberi pondasi bagi perkembangan anak, pembentukan watak dan kepribadian anak. Keluarga juga dianggap sebagai sumber pendidikan pertama dan utama bagi ...anak, termasuk pendidikan agama. Namun kadang kala pendidikan yang didapatkan anak dalam keluarga kurang maksimal seperti dalam keluarga yang mengalami broken home. Pendidikan agama Kristen yang kurang maksimal bagi anak dapat mempengaruhi perkembangan spiritualitas mereka, akibatnya mereka menjadi rapuh dalam menghadapi berbagai tekanan kehidupan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perkembangan spiritualitas anak pada keluarga broken home berdasarkan konsep pedagogi Kristen. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi biografi. Data diambil dengan teknik wawancara dan observasi. Individu yang menjadi subyek penelitian adalah seorang anak remaja puteri pada salah satu gereja lokal di Sulwesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spiritualitas anak dalam keluarga broken home kurang mengalami perkembangan. Tekanan psikologis yang dirasakannya membuatnya meragukan keberadaan Tuhan dan kasih-Nya kepada dirinya. Hal inilah yang tampaknya mendorong anak tersebut cenderung berperilaku negatif dan menyimpang. Terhadap kondisi ini, pihak di luar keluarga seperti gereja dan pihak-pihak lainnya perlu memberi perhatian serius dengan melibatkannya dalam suatu proses pendidikan agama yang mampu membawanya merasakan keberadaan Tuhan dan kasih-Nya yang tulus dan terbatas. Proses pendidikan yang penuh empati kiranya mampu membawa anak-anak yang terluka itu dekat kepada Tuhan sehingga mengarahkannya menempuh jalan hidup yang lebih baik.
Tujuan artikel ini untuk menjawab masalah perkembangan pedagogi berbasis teknologi di daerah 3T (Terdepan, Tertinggal, Terluar) Indonesia, dan pentingnya inovasi dalam pembelajaran abad 21. Kerangka ...teori yang mendasari kajian ini adalah: teori pergeseran paradigma pembelajaran, dan teori Difusi Inovasi. Metode yang digunakan adalah libraryresearc. Data dianalisis menggunakan kerangka analisis deskriftif dengan mengadopsi paradigma interpretivis. Hasil kajian menunjukan bahwa sistem pembelajaran di daerah 3T saat ini dilaksanakan dengan pendekatan yang berpusat pada guru dan infrastrukturnya di kelas seperti buku teks dan masih berpedoman pada model penilaian yang klasik sehingga perlu adanya inovasi melalui berbagai metode yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Hasil kajian, merekomendasikan penelitian lebih lanjut diberbagai bidang berkaitan dengan pergeseran pedagogi sejalan dengan disrupsi digitalisasi pendidikan dewasa ini, khusunya di daerah terisolasi dari perkembangan teknologi digital agar mampu menyesuaikan model pendidikan pengajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menjelaskan tentang hambatan dan tantangan pembelajaran IPS yang terjadi di SMPN 1 Prambon; 2) Menjelaskan faktor apa saja yang menjadi hambatan dan tantangan ...belajar peserta didik; dan 3) Menjelaskan peran kompetensi pedagogi guru dalam mengatasi hambatan dan tantangan belajar IPS. Metode penelitian yang digunakan ialah kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Tahapan analisis data kualitatif melalui reduksi data, display data, dan conclusion. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hambatan dan tantangan pembelajaran IPS di SMPN 1 Prambon terjadi karena kurangnya motivasi belajar, konsentrasi belajar, rendahnya literasi peserta didik, kemandirian dan kedisiplinan peserta didik. Selain itu, masih belum ada pengembangan media belajar yang mengadaptasikan teknologi pembelajaran berbasis TPACK dan fasilitas ruang belajar yang kurang nyaman. Apabila permasalahan tersebut tidak segera diselesaikan, maka pembelajaran tidak dapat berjalan dengan lancar dan tujuan belajar akan sulit dicapai. Oleh karena itu, guru IPS berupaya aktif memberikan penguatan motivasi, mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pedagogi guru dan mengadaptasikan media belajar untuk mendukung proses pembelajaran IPS.
Guided Discovery Learning (GDL) adalah pengembangan model discovery learning yang diterapkan secara terbimbing melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan ...akademik dan non-akademik peserta didik dan pendidik pada mata pelajaran ekonomi. Proses tindakan dilakukan secara bertahap dalam kegiatan plan, act and observe, serta reflect (action research spiral-cycle). Pelaksanaan pembelajaran sebanyak 8 kali pertemuan di kelas X IPS 3 yang berjumlah 30 orang. Selain itu digunakan juga kelas X ISS-4 untuk pengujian hasil latihan terbimbing penerapan model discovery learning pada pendidik, dengan jumlah subjek penelitian sama dengan kelas tindakan. Data dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, jurnal refleksi guru, dan test hasil belajar. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan model interaktif analisis data dari Miles dan Huberman, yang terbagi dalam 3 tahap analisis, yaitu; data reduction, data display, dan conclusion drawing. Kesimpulannya, guru dapat meningkatkan kompetensi pedagoginya dan hasil belajar peserta didik juga meningkat. Disarankan, agar penerapan model GDL lebih efektif pendidik harus dapat mengelola waktu pembelajaran dengan tepat dan sebaiknya minimal 2 jam pelajaran untuk setiap pertemuan di kelas.