Abstract
The Amarna corpus contains several references to maritime conflict and related activities in the 14
th
century BCE, including blockades, the movement of troops, the capturing of ships at ...sea, and seaborne evacuation. While most of these are encountered in the context of conflicts between Levantine polities, there are clear references to what might on the one hand be called piracy, but on the other hand either acts of naval warfare or naval elements of a larger war effort, on both land and sea. This paper considers the martial maritime activities discussed in the Amarna letters, with particular emphasis on two uniquely controversial groups mentioned in this corpus in the context of maritime violence: the ‘ships of the men of the city of Arwad’ and the ‘
miši
-men.’ While the men of Arwad are identified with a polity on the Phoenician coast, they are referred to only by this collective term, even when mentioned in lists that otherwise contain only rulers. The
miši
, on the other hand, are not associated with any specific name or toponym. The purpose of this study is to identify just what can be determined about the roles and affiliations of these two groups in their Amarna context in this period.
Una ruta ROSCAR
Portafolio,
04/2016
Trade Publication Article
Recenzirano
Hace un par de días, ante un auditorio lleno, se desarrolló un foro sobre la Misión Rural, organizado por la SAC y la Universidad de la Salle. Resulta muy positivo ver a los sectores público y ...privado, a la sociedad civil y la academia discutiendo sobre una ruta para lo rural, sin dejarse contaminar por el actual ambiente político enrarecido en el sector agropecuario. Incluso, un video enviado desde La Habana por 'Pablo Catatumbo', de las Farc, a pesar de contener elementos contenciosos en su discurso, resultó de buen recibo. La Misión Rural, cuyo nombre formal es Misión para la Transformación del Campo, es una apuesta para promover un desarrollo rural con enfoque territorial participativo, que busca empoderar a los habitantes rurales como gestores de su propio desarrollo y lograr su mayor y mejor inclusión, tanto social como productiva, balanceando la competitividad con la sostenibilidad, privilegiando la provisión de bienes y servicios públicos.
Perubahan cara melakukan aktivitas berkomunikasi verbal maupun secara digital atau pesan dalam media sosial saat ini bagi generasi penerus mengunakan media gadget dan internet adalah hal yang wajar. ...Namun adanya perubahan yang dapat dilihat dari realita dan problematika dalam keluarga Kristen muncul karena ketidaksiapan menghadapi perubahan cara berkomunikasi di era digital. Oleh sebab itu tujuan dari penelitian ini supaya gereja dan kekristenan dapat memaksimalkan komunikasi dan misi Kristen: sebagai upaya strategi yang efektif dalam menjangkau generasi penerus di era digital untuk membawa perubahan dan penjakauan jiwa. Maka dapat dissimpulkan bahwa gereja harus berani merangkul dan memanfaatkan teknologi dengan arif fan biajkasan, sehingga misi Kristen dapat tetap relevan dan efektif dalam menyebarkan ajaran Injil di era digital kepada generasi penerus. Dan tentunya membawa mereka dalam dunia pemuridan sehingga regenerasi tersu diupayakan dalam membangun misi Kristen, maka gereja mampu memberikan kontribusi yang aktif dan berkelanjutan bagi misi Kristen, khususnya bagi gereja dan kekristenan untuk lebih memahami pentingnya teologi komunikasi dalam konteks misi Kristen. Selanjutnya kekristenan mampu memberikan strategi dalam mengaktualisasikan misi Kristen bagi generasi penerus dan menjawab tantangan komunikasi bagi generasi era digital ini. Maka gereja dapat memanfaatkan teknologi dan media sosial dalam melakukan strategi efektif untuk komunikasi misi kristen.
Desde tiempos inmemoriales, lo característicamente humano, lo que ha originado las civilizaciones es la capacidad de transmitir la acumulación individual y colectiva de conocimientos, comportamientos ...e instrumentos, a través de una formación inicialmente familiar complementada por instituciones cada vez más especializadas en conservarlos y desarrollarlos. Las civilizaciones se transmiten y se transforman a través de la educación. Los modelos de crecimiento han demostrado que es la capacidad de absorber y crear conocimiento lo que explica la velocidad de desarrollo de los países. Los recursos naturales e incluso la inversión en capital instrumental solo desarrollan un país si su gente es capaz de aprovecharlos inteligentemente y hacerlo con instituciones capaces de generar y exigir un conjunto de normas y comportamientos que permiten universalmente el disfrute de las libertades colectivamente formuladas y exigibles. La Misión de Calidad de la Educación para la Equidad, una alianza entre el Programa de Naciones Unidas para el Desarrollo (Pnud) y la Secretaría de Educación de Bogotoá, implementó durante el año pasado consultas con académicos, empresarios, grupos de interés y comunidad educativa.
Penelitian ini tentang misi multikultural Yesus kepada perempuan Kanaan yang didasarkan pada teks Matius 15:21-28. Penelitian ini mengkaji natur hingga prinsip misi yang dilakukan oleh Yesus kepada ...perempuan Kanaan. Yang menarik di sini adalah seringkali gereja menganggap misi Yesus hanya diperuntukkan secara eksklusif kepada orang Yahudi. Namun dari kasus ini menunjukkan bahwa misi itu ternyata dibuka kepada bangsa-bangsa non-Yahudi. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, maka penelitian ini mendapatkan beberapa kesimpulan. Pertama, berdasarkan uraian tafsiran terhadap teks Matius 15:21-28 dan dengan memperhatikan konteks serta latar belakang dari perempuan Kanaan itu, maka terlihat jelas bahwa pelayanan atau misi Yesus kepada perempuan Kanaan merupakan misi multikultural. Kedua, pelayanan Yesus kepada perempuan Kanaan (Mat. 15:21-28) secara prinsip memenuhi syarat dikategorikan sebagai misi multikultural. Oleh karena telah memenuhi semua teologi yang merupakan bagian dari teologi multikultural, seperti: teologi relasional, sosial, operasional, moral dan transformasional. Ketiga, pelayanan Yesus kepada perempuan Kanaan (Mat. 15:21-28) memenuhi setiap aspek dari dimensi kristosentris apabila dikaitkan dengan rancang-bangun teologi multikultural.
Tulisan ini berisi satu studi dalam mengaplikasikan pendekatan Paulus mengenai satu metode yang didasarkan pada Kisah Para Rasul 17:23 untuk memperkenalkan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat ...kepada masyarakat suku Minahasa yang memeluk kepercayaan Malesung sebagai satu system keagamaan yang memiliki kemiripan konteks seperti yang dihadapi Paulus di Atena. Malesung sebagai satu sistem kepercayaan tidak masuk dalam hubungan perjanjian secara eksklusif dengan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, karena jika tidak demikian maka para pemrakarsanya tentu tidak akan meninggalkan iman dan identitas mereka sebagai orang Kristen. Malesung memiliki sejumlah nilai mendasar yang mirip dengan yang dimiliki Humanisme sebagai satu agama baru yang sedang mendominasi semua aspek kehidupan manusia, sehingga kemungkinan besar keduanya akan bisa melebur. Menggunkan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi literature dan eksegesa teks dalam Alkitab maka dapat disimpulkan bahwa, mengkomunikasikan strategi penginjilan kontekstual berdasarkan Kis 17:23 bagi aliran kepercayaan malesung Minahasa Sulawesi Utara, adalah mengetahui secara jelas tentang karakteristik aliran kepercayaan malesung yang terkait dengan unsur-unsur dasar kepercayaan Malesung. Dari hasil eksegesa dan dasar Teologis dari Kisah Para Rasul 17:23, prinsip penginjilan yang kontekstual tidak boleh goyah bahwa isi Injil (Yesus Kristus sudah mati, dikuburkan, dan bangkit untuk menyelesaikan persoalan dasar kemanusiaan itu sendiri, yakni dosa) tidak berubah, cara menyampaikannya bisa berubah disesuaikan dengan era apapun yang dicanangkan manusia.
Nel XII libro della Geografia Strabone lamenta la difficoltà nell’indicare correttamente i confini etnici tra Misi e Frigi, evidenziando un problema identitario che alla sua epoca aveva finito, per ...differenti motivi, per riguardare anche la costruzione identitaria diRomani e Troiani. Nati sotto l’insegna del dibattito post ideologico, gli identity studies ora di moda hanno aperto nuovi campi di indagine storiografica sollevando però altri problemi, finendo talvolta per riproporre posizioni a loro volta ideologiche, rileggendo la storia passata alla luce di problematiche e schemi contemporanei: una cosa non nuova presentatasi già in età antica, come si vedrà. L’articolo proverà a proporre una soluzione al problema sollevato da Strabone e a mettere in luce un meccanismo che periodicamente si ripropone in maniera automatica nella riflessione storica attraverso le epoche, per la quale si applicano sul passato lenti interpretative che non necessariamente hanno attinenza con l’epoca presa in esame.
In the 12th book of his Geography, Strabo complains about the difficulty in correctly mapping the ethnic boundaries between Mysians and Phrygians, pointing out an identity issue that, for various reasons, also affects the identity-making of Romans and Trojans. Born under the banner of the post-ideological debate, today’s trendy identity studies have opened up new areas for historiographical surveys, nevertheless raising new problems and sometimes proposing solutions which are themselves ideological. Reading the past in the light of modern issues and patterns will be shown not to be such a new thing, but to have emerged in ancient times. This paper aims to find a solution to the identitary problem raised by Strabo and to shed light on a mechanism that periodically reappears when reflecting on historical themes through the ages: the past read through lenses which do not necessarily have relevance for the period in question.
Suatu misi penginjilan dapat berhasil apabila dilaksanakan secara kontekstual. Salah satu lembaga misi yang berhasil menjalankan penginjilan secara kontekstual adalah Crossline Family yang ...melaksanakan misi kepada anak punk. Penelitian ini bertujuan menggali metode penginjilan yang digunakan Crossline Family terhadap anak punk. Metode yang dipakai adalah kualitatif deskriptif. Informan adalah pemimpin dan anggota Crossline Family. Data diambil melalui teknik wawancara dan analisa sejarah perjalanan pelayanan Crossline Family yang telah didokumentasikan melalui video. Penelitian menemukan adanya tiga metode yang digunakan Crossline Family dalam penginjilan terhadap anak punk yaitu: 1) berelasi tanpa menghakimi, 2) pro-aktif berada di tengah-tengah kehidupan mereka dan menjadi teladan; 3) menyampaikan Firman Tuhan melalui genre lagu anak punk.