Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah menjadi bencana katasropik dalam berbagai bidang, terutama bidang kesehatan. Mengingat mortalitas yang tinggi dan penyebaran yang cepat dari penyakit ini, ...vaksin menjadi salah satu harapan terbesar untuk dapat mengendalikan pandemi ini. Immunization stress-related response (ISRR) merupakan salah satu Kejadian Ikutan Pasca imunisasi (KIPI) yang bermanifestasi sebagai respons stres akut, reaksi vasovagal, atau reaksi gejala neurologis disosiatif (dissociative neurological symptom reactions atau DNSR) yang dapat muncul tepat sebelum, selama, atau segera setelah imunisasi. Fenomena kluster ISSR seringkali disebut juga dengan penyakit psikogenik massal. Adanya stigma negatif terhadap efektifitas dan keamanan vaksin Covid-19 dapat membuka peluang terjadinya kluster ISRR yang dapat membuat masyarakat semakin sungkan untuk menerima imunisasi sehingga menyebabkan gagalnya program imunisasi. Langkah preventif dapat meminimalkan risiko ISRR, dan jika ISRR terjadi, maka identifikasi yang cepat, diagnosis, dan manajemen yang tepat dapat mengurangi dampaknya.
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) merupakan hal yang umum terjadi pada peserta vaksin, KIPI perlu dievaluasi karena vaksinasi Covid-19 merupakan upaya pencegahan infeksi Covid-19 yang masih ...tergolong baru dan masyarakat masih merasa takut terjadinya kejadiaan ikutan pasca imunisasi. Agar partisipasi masyarakat meningkat sehingga dianggap perlu melakukan evaluasi KIPI baik dosis pertama dan dosis kedua (dosis lengkap). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan gejala KIPI 1 dengan KIPI 2 setelah vaksinasi 2 (dosis lengkap) untuk reaksi lokal dan maupun reaksi sistemik. Jenis penelitian ini adalah retrospektif dan prospektif cross sectional terhadap 113 peserta vaksin astraZeneca di UTA’45 Jakarta vaksin center dan data yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data diambil melalui form KIPI berdasarkan gejala reaksi lokal dan sistemik. Dari 113 peserta, yang berjenis kelamin wanita sebanyak 29 peserta dengan jenis kelamin laki laki sebanyak 84 peserta dan reaksi yang ditimbulkan berbeda – beda seperti nyeri, kemerahan, bengkak pada tempat suntikan, seperti demam, nyeri otot seluruh tubuh, nyeri sendi dan juga badan lemah. Hasil Perbandingan gejala reaksi lokal dan sitemik KIPI 1 dengan KIPI 2, didapat simpulan Jumlah responden pada KIPI 1 yang tidak bergejala mengalami kenaikan dibandingan KIPI 2 tapi pada yang bergejala mengalami penurunan jumlah responden dari KIPI 1 dengan KIPI 2 baik reaksi lokal maupun reaksi sistemik dan secara statistik ada perbedaan bermakna P value < 0.05 pada gejala reaksi lokal dari KIPI 1 dengan KIPI 2 dan reaksi sistemik KIPI 1 dengan KIPI 2.
Purpose
To develop an auto‐calibrated technique by joint K‐space and Image‐space Parallel Imaging (KIPI) for accelerated CEST acquisition.
Theory and Methods
The KIPI method selects a calibration ...frame with a low acceleration factor (AF) and auto‐calibration signals (ACS) acquired, from which the coil sensitivity profiles and artifact correction maps are calculated after restoring the k‐space by GRAPPA. Then the other frames with high AF and without ACS can be reconstructed by SENSE and artifact suppression. The signal leakage due to the T2‐decay filtering in k‐space compromises the SENSE reconstruction, which can be corrected by the artifact suppression algorithm of KIPI. The 2D and 3D imaging experiments were done on the phantom, healthy volunteer, and brain tumor patient with a 3T scanner.
Results
The proposed KIPI method was evaluated by retrospectively undersampled data with variable AFs and compared against existing parallel imaging methods (SENSE/auto, GRAPPA, and ESPIRiT). KIPI enabled CEST frames with random AFs to achieve similar image quality, eliminated the strong aliasing artifacts, and generated significantly smaller errors than the other methods (p < 0.01). The KIPI method permitted an AF up to 12‐fold in both phase‐encoding and slice‐encoding directions for 3D CEST source images, achieving an overall 8.2‐fold speedup in scan time.
Conclusion
KIPI is a novel auto‐calibrated parallel imaging method that enables variable AFs for different CEST frames, achieves a significant reduction in scan time, and does not compromise the accuracy of CEST maps.
Kelompok komorbiditas diketahui menjadi kelompok yang rentan terinfeksi Covid-19. KIPI akibat vaksin Covid-19 dibedakan menjadi reaksi lokal dan reaksi sistemik. Tujuan penelitian ini adalah untuk ...mengidentifikasi KIPI akibat penggunaan vaksin Covid-19 pada kelompok komorbiditas di Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan metode cross sectional. Jumlah total responden dalam penelitian sebanyak 92 orang masyarakat di Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati dan telah mendapatkan kedua dosis vaksin Covid-19. Vaksin Covid-19 yang digunakan diantaranya Sinovac, Astra Zeneca, Moderna, Pfizer, dan Biofarma. Berdasarkan karakteristik usia mayoritas 26-55 tahun sebanyak 59,8%; karakteristik jenis kelamin mayoritas wanita sebanyak 64,1%; karakteristik komorbid mayoritas hipertensi sebanyak 23,9%. Disamping itu, 68,5% responden tidak mengalami KIPI; 9,8% responden mengalami kelelahan; 6,5% responden mengalami demam; 5,4% responden mengalami nyeri di tempat suntik; 3,3 % responden mengalami pusing, nyeri sendi, dan kedinginan atau menggigil. Kesimpulan penelitian ini yaitu tidak terdapat hubungan antara penyakit penyerta dengan KIPI vaksinasi Covid-19 karena hasil p (value) ≥ 0,05.
Dalam era globalisasi, imunisasi merupakan upaya pencegahan penyakit infeksi menujumasa depan anak yang lebih sehat. Peningkatan pemberian imunisasi harus diikuti denganpeningkatan efektifitas dan ...keamanan vaksin. Walaupun demikian, peningkatanpenggunaan vaksin akan meningkatkan pula kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)yang tidak diinginkan. Guna mengetahui apakah KIPI yang terjadi disebabkan olehimunisasi, maka diperlukan pelaporan pencatatan dari semua reaksi yang timbul setelahpemberian imunisasi. Reaksi KIPI dapat dipantau melalui sistim surveilans yang baikuntuk mendapatkan profil keamanan penggunaan vaksin di lapangan. Untuk mengetahuibesaran masalah KIPI di Indonesia diperlukan pelaporan dan pencatatan KIPI dankoordinasi antara pengambil keputusan dengan petugas pelaksana di lapangan, gunamenentukan sikap dalam mengatasi KIPI yang terjadi. Diharapkan surveilans KIPI dapatmembantu program imunisasi, khususnya untuk memperkuat keyakinan masyarakatakan pentingnya imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit yang paling efektif.
Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Upaya pencegahan meliputi perbaikan sanitasi lingkungan, higiene perorangan, persiapan makanan yang baik dan pemberian vaksin. Baik vaksin ...tifoid peroral maupun parenteral dapat mencegah gejala klinis demam tifoid. Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) vaksin antigen Vi polisakarida kapsuler pada anak Indonesia belum banyak dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui KIPI vaksin antigen Vi polisakarida kapsuler pada anak Indonesia. Metode. Penelitian deskriptif potong-lintang dilakukan pada anak Indonesia sehat umur 2-5 tahun yang mengunjungi Klinik Tumbuh Kembang Utan Kayu pada Juli 2000 atau Klinik Dokter Keluarga Kiara pada Agustus 2000. Digunakan vaksin antigen Vi polisakarida kapsuler (typhim-Vi) dalam kemasan 10 ml. Penyuntikan 0,5 ml vaksin dilakukan oleh dokter Peserta Pendidikan Spesialis Anak pada paha bagian anterolateral dengan menggunakan semprit steril sekali pakai. KIPI dimonitor dengan menggunakan formulir KIPI Departemen Kesehatan. Hasil. Dari 198 anak yang divaksinasi, KIPI yang berhasil dipantau 174 (87,9%) anak. Gejala klinis KIPI yang ditemukan adalah nyeri pada tempat suntikan (44,8%), demam > 38,5∞ C (14,4%), indurasi (9,2%), dan muntah (0,6%). Kesimpulan. KIPI vaksin antigen Vi polisakarida kapsuler penelitian ini cukup komparabel dengan penelitian lain dalam hal demam. Bengkak dan indurasi lebih tinggi dibanding penelitian lain. Hal yang mungkin berperan adalah vial multidosis yang rentan terhadap timbulnya kontaminasi.
Urea carboxylase (UC) is conserved in many bacteria, algae, and fungi and catalyzes the conversion of urea to allophanate, an essential step in the utilization of urea as a nitrogen source in these ...organisms. UC belongs to the biotin-dependent carboxylase superfamily and shares the biotin carboxylase (BC) and biotin carboxyl carrier protein (BCCP) domains with these other enzymes, but its carboxyltransferase (CT) domain is distinct. Currently, there is no information on the molecular basis of catalysis by UC. We report here the crystal structure of the Kluyveromyces lactis UC and biochemical studies to assess the structural information. Structural and sequence analyses indicate the CT domain of UC belongs to a large family of proteins with diverse functions, including the Bacillus subtilis KipA-KipI complex, which has important functions in sporulation regulation. A structure of the KipA-KipI complex is not currently available, and our structure provides a framework to understand the function of this complex. Most interestingly, in the structure the CT domain interacts with the BCCP domain, with biotin and a urea molecule bound at its active site. This structural information and our follow-up biochemical experiments provided molecular insights into the UC carboxyltransfer reaction. Several structural elements important for the UC carboxyltransfer reaction are found in other biotin-dependent carboxylases and might be conserved within this family, and our data could shed light on the mechanism of catalysis of these enzymes.
Urea carboxylase (UC) plays an essential role in urea utilization and belongs to the biotin-dependent carboxylase superfamily.
We report the crystal structure of the Kluyveromyces lactis UC.
The structure provides insights into the UC carboxyltransfer reaction.
Our study sheds light on the carboxyltransfer catalysis of biotin-dependent carboxylases in general and the function of the KipA-KipI complex involved in sporulation regulation.
In Bacillus subtilis, the KipI protein is a regulator of the phosphorelay governing the onset of sporulation. KipI binds the relevant sensor histidine kinase, KinA, and inhibits the ...autophosphorylation reaction. Gene homologues of kipI are found almost ubiquitously throughout the bacterial kingdom and are usually located adjacent to, and often fused with, kipA gene homologues. In B. subtilis, the KipA protein inhibits the antikinase activity of KipI thereby permitting sporulation. We have used a combination of biophysical techniques in order to understand the domain structure and shape of the KipI–KipA complex and probe the nature of the interaction. We also have solved the crystal structure of TTHA0988, a Thermus thermophilus protein of unknown function that is homologous to a KipI–KipA fusion. This structure, which is the first to be described for this class of proteins, provides unique insight into the nature of the KipI–KipA complex. The structure confirms that KipI and KipA are proteins with two domains, and the C-terminal domains belong to the cyclophilin family. These cyclophilin domains are positioned in the complex such that their conserved surfaces face each other to form a large “bicyclophilin” cleft. We discuss the sequence conservation and possible roles across species of this near-ubiquitous protein family, which is poorly understood in terms of function.
Display omitted
► KipI and KipA regulate sporulation in Bacillus subtilis. ► TTHA0988 from Thermus thermophilus is homologous to a fusion of KipI and KipA. ► Crystal structure of TTHA0988 reveals a novel domain arrangement. ► TTHA0988 is a good model for the KipI–KipA complex based on small-angle scattering data. ► Cleft between cyclophilin domains is the site of highest sequence conservation.
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita Reaksi yang timbul setelah pemberian vaksinasi disebut Kejadian Ikutan Pasca ...Imunisasi (KIPI). Timbulnya kejadian ikutan pasca imunisasi membuat masyarakat selalu bersikap menolak untuk pemberian imunisasi berikutnya. Kejadian yang dialami ibu balita ketika menghadapi Kejadian Ikutan pasca imunisasi tersebut membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian. Masalah Penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran karakteristik ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Puskesmas Gayamsari, Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif. Jumlah sampel penelitian adalah 40 responden yang mengimunisasikan anaknya di Puskesmas Gayamsari Semarang. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik Accidental Sampling. Variabel terikat adalah karakteristik. Hasil penelitian tentang kejadian ikutan pasca imunisasi di Puskesmas Gayamsari semarang karakteristik ibu berdasarkan umur menunjukkan usia ibu berada pada masa remaja akhir (17-25 tahun) sebanyak 19 responden (47,5 %), karakteristik responden berdasarkan pendidikan responden sebagian besar ibu berpendidikan dasar yaitu 27 responden ( 67,5%) sedangkan karakteristik responden berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden sebagai IRT yaitu 26 responden (65,0 %). Reaksi KIPI yang dialami anak pasca imunisasi di Puskesmas Gayamsari adalah Reaksi sistemik (panas) yaitu 21 anak (52,5 %). KIPI yang dialami pasca imunisasi anak di Puskesmas Gayamsari Semarang adalah reaksi sistemik (panas) setelah imunisasi sebanyak 21 anak (52,5 %) .
KipI is a sporulation inhibitor in Bacillus subtilis which acts by binding to the dimerisation and histidine phosphotransfer (DHp) domain of KinA, the principle input kinase in the phosphorelay ...responsible for sporulation. The ¹⁵N, ¹³C and ¹H chemical shift assignments of the N-terminal domain of KipI were determined using multidimensional, multinuclear NMR experiments. The N-terminal domain has two conformers and resonance assignments have been made for both conformers.