Latar Belakang: Ulkus kornea adalah kematian jaringan transparan yang menyebabkan hilangnya sebagian permukaan kornea. Ulkus kornea mempunyai beberapa faktor risiko yaitu trauma mata, penggunaan obat ...mata tradisional, pemakaian lensa kontak, penyakit sistemik, penggunaan kortikosteroid topikal, pasca operasi mata, penyakit kelopak mata. Derajat keparahan ulkus kornea terdiri dari ringan, sedang dan berat.
Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko pasien ulkus kornea infeksi dan derajat keparahan di Poliklinik Mata RSUP Dr M Djamil Padang Tahun 2020-2022.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan pendekatan cross sectional, dengan cara mengambil data rekam medik pasienulkus kornea infeksi di Poliklinik Mata RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2020-2022 dengan metode total sampling.
Hasil: Dari 85 orang sampel penelitian ini terdapat 63 orang (74,1%) adalah laki-laki dan berada pada rentang umur 30-60 tahun yaitu 56 orang (65,9%) dengan karakteristik pekerjaan terbanyak adalah buruh atau petani yaitu 65 orang (76,5%). Faktor risiko utama ulkus kornea infeksi adalah trauma mata 55 orang (61,1%) dengan derajat keparahan terbanyak adalah derajat sedang yaitu 59 orang (65,9%).
Kesimpulan: Berdasarkan karakteristik pasien ulkus kornea infeksi lebih dari separuh subjek penelitian berada pada umur 30-60 tahun, jenis kelamin sebagian besar adalah laki-laki, jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh atau petani. Faktor risiko utama pasien ulkus kornea infeksi penelitian ini adalah trauma mata. Lebih dari separuh sampel penelitian termasuk dalam kategori derajat keparahan sedang.
Kata kunci: Mata, Ulkus Kornea, Faktor Risiko, Derajat Keparahan.
Latar Belakang: Ulkus kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi diabetes melitus yang paling sering terjadi dan memiliki tingkat perawatan di rumah sakit yang tinggi. Salah satu penyebab ulkus ...kaki diabetik adalah infeksi bakteri sehingga untuk penanganan diberikan antibiotik sesuai bakteri penyebabnya, tetapi untuk penanganan awal dapat diberikan antibiotik secara empiris.
Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola bakteri dan sensitivitasnya terhadap antibiotik pada pasien ulkus kaki diabetik yang dirawat di Bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Sampel penelitian menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien ulkus kaki diabetik yang dirawat di Bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2018–2021 dengan total 35 sampel. Sampel dianalisis dengan menggunakan analisis univariat untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi.
Hasil: Hasil penelitian ini didapatkan bahwa pasien terbanyak yang dirawat adalah perempuan dengan usia ≤60 tahun. Bakteri terbanyak berdasarkan kelompok Gram positif dan negatif adalah bakteri Gram negatif, yaitu Proteus sp (28,6%), Klebsiella sp (17,1%), Escherichia coli (8,6%), dan Acinetobacter baumannii (8,6%). Hasil penelitian berdasarkan kelompok bakteri aerob dan anareob didapatkan yang terbanyak adalah bakteri aerob, yaitu Proteus sp (28,6%), Klebsiella sp (17,1%), Escherichia coli (8,6%), Staphylococcus aureus (8,6%), dan Acinetobacter baumannii (8,6%). Antibiotik yang paling sensitif adalah meropenem, amikacin, dan trimethoprim/sulfamethoxazole.
Kesimpulan: Kesimpulan penelitian ini adalah bakteri terbanyak yang menginfeksi pasien ulkus kaki diabetik adalah bakteri aerob Gram negatif. Antibiotik dengan tingkat sensitivitas yang tertinggi adalah meropenem.
Diabetes Mellitus (DM) is often also called silent killer where its prevalence from year to year is increasing. In the world in 2000 showed there were 171 million people with diabetes and is ...projected to increase to 366 million by 2030. The purpose of this study was to obtain deep understanding about themeaning of patients experience with type 2 Diabetes Mellitus in self diabetic ulcer traetment at home. This reseacrh employs qualitative methodology with phenomenology approach with sample of participants three. The data analysis revealed three temes as follow : the treament of diabetic ulcer, hopes to services and changes in activity. The results of the study participants have not been obidient in the diet, health control, therapy and exercise. Conclusion the lack of health education and lack of resources that exist in health care can make the reason participants did not obey. Advice needed better service improvement, especially in terms of health education and access to information, making leaflets given to patients and families during treatment and continuing medical education to the community
Diabetes Mellitus (DM) sering juga disebut silent killer dimana prevalensinya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Didunia pada tahun 2000 menunjukkan ada 171 juta orang penyandang diabetes dan diproyeksikan akan meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang arti dan makna pengalaman pasien Diabetes Melitus tipe 2 dalam melakukan perawatan secara mandiri di rumah. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi dengan sampel tiga partisipan. Hasil analisa data teridentifikasi tiga tema yaitu perawatan ulkus diabetik, harapan terhadap pelayanandan perubahan aktivitas. Hasil penelitian partisipan belum patuh dalam pengaturan diet, kontrol kesehatan, terapi dan olah raga. Kesimpulan kurangnya pendidikan kesehatan dan minimnya sumber informasi yang ada di pelayanan kesehatan dapat menjadikan alasan partisipan tidak patuh. Saran diperlukan peningkatan pelayanan yang lebih baik terutama dalam hal pendidikan kesehatan dan akses informasi, membuat leaflet yang diberikan pada pasien dan keluarga saat berobat dan pendidikan kesehatan yang berkelanjutan sampai ke lingkungan masyarakat.
Latar Belakang. Ulkus dekubitus atau luka tekan merupakan kerusakan kulit dan jaringan lunak akibat tekanan terus-menerus pada area tonjolan tulang. Kejadian ulkus dekubitus banyak ditemukan pada ...usia lanjut dengan kondisi imobilisasi. Pasien usia lanjut dengan beberapa penyakit disebut dengan pasien geriatri.
Objektif. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil pasien geriatri dengan ulkus dekubitus yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2016 – 2019.
Metode. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan pengambilan data sekunder dari rekam medis. Jenis sampel yang digunakan adalah pasien dengan usia lanjut yang memiliki data rekam medis yang lengkap yaitu: stadium klinis ulkus, penyebab imobilisasi, lama imobilisasi, dan penyakit penyerta. Data diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Hasil. Hasil penelitian ini menunjukkan 38,8% pasien berada pada kelompok umur 60 – 69 tahun dan 74,6% berjenis kelamin perempuan. Variasi stadium klinis terbanyak adalah stadium 2 (43,3%). Penyakit neurologis merupakan penyebab imobilisasi terbanyak berdasarkan faktor intrinsik (38,8%) dan trauma berdasarkan faktor ekstrinsik. Lama imobilisasi pasien tersingkat 7 hari dan terlama 10 tahun. Penyakit paru menjadi penyakit penyerta terbanyak pada pasien geriatri dengan ulkus dekubitus.
Kesimpulan. Sebagian besar pasien berada pada kelompok usia lanjut muda dan berjenis kelamin perempuan. Stadium terbanyak adalah stadium 2 yang disebabkan oleh penyakit neurologi dan trauma. Lama imobilisasi tersingkat ditemukan 7 hari dan terlama 10 tahun. Penyakit penyerta terbanyak adalah penyakit paru.
Kata kunci: Ulkus dekubitus, pasien geriatri, imobilisasi
Background. Pressure ulcer is damage on the skin and soft tissue due to continuous pressure on the area of the bone prominent. The incidence of pressure ulcer is found in elderly with immobilization. Elderly patients with several diseases are called geriatric patients.
Objective. This study was aimed to determine the profile of geriatric patients with pressure ulcer that are hospitalized at RSUP Dr. M. Djamil Padang year 2016 – 2019.
Methods. The method used descriptive observational by collecting of the secondary data from medical records. The samples are taken from elderly patients who had intact data on medical records: clinical stage, causes of immobilization, immobilization duration, and comorbid disease. The data is shown in frequency distribution table.
Results. The results showed that 38.8% patients were mostly in the group of age 60 – 69 years and 74.6% are female. The most variation of clinical stage was stage 2 (43.4%). Neurological disease was the most common causes of immobilization (38.8%). The shortest periods of immobilization of patients 7 days and the longest 10 years. Lung disease was the most common comorbidities found in geriatric patients with pressure ulcer.
Conclusion. Most of patients were in the young elderly age group and are female. Most common stage was stage 2 caused by neurological disease and trauma. The shortest immobilization time was found 7 days and the longest 10
years. Most comorbidities are lung disease.
Keyword: Pressure ulcer, geriatric patients, immobilization
Ulkus dapat mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan manusia. Karakteristik ulkus diabetes seperti sukar sembuh, nyeri dan berbau dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Penelitian ini ...bertujuan untuk mengetahui kualitas hidup pasien dengan ulkus diabetes di Rumah Rawat Luka di Bekasi. Penelitian ini merupakan penelitian deskritif dengan pendekatan Cross Sectional. Untuk mengukur tingkat kualitas hidup pada pasien dengan ulkus diabetes ini menggunakan instrumen Diabetic Foot Ulcer Scale – Short Form. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan ulkus diabetes melitus yang melakukan perawatan di Rumah Rawat Luka (RUMAT) di Bekasi. Penelitian ini menggunakan analisis univariat. Analisis ini melihat karakteristik dari variabel yang dilihat berdasarkan skor total, mean dan standar deviasi yang menghasilkan tingkat kualitas hidup buruk, cukup dan baik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pasien dengan ulkus diabetes di RUMAT memiliki kualitas hidup yang baik, dengan karakteristik lebih banyak pria, aktif bekerja, sudah menikah dan tinggal bersama pasangan hidup dan anak, memiliki riwayat DM >5 tahun dengan nilai GDS ≤200mm/dL, riwayat ulkus <1 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, tenaga kesehatan khususnya perawat yang memberikan perawatan langsung kepada pasien harus memperhatikan domain-domain kehidupan dalam memberikan perawatan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien dan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya memperhatikan kualitas hidup
Abstrak Latar Belakang: Ulkus kaki diabetik menjadi permasalahan di Indonesia karena sedikitnya tenaga kesehatan yang menggeluti ulkus kaki diabetik, sedikit pengetahuan masyarakat mengenai ulkus ...kaki diabetik, dan biaya penatalaksanaan yang besar. Objektif: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil pasien diabetes melitus tipe 2 dengan ulkus kaki diabetik di RSUP Dr.M. Djamil Padang. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observatif dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian adalah pasien dengan diagnosis ulkus kaki diabetik yang berobat di RSUP Dr.M. Djamil Padang periode 2020-2021. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sebanyak 93 sampel. Data menggunakan jenis univariat dan penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan pasien ulkus kaki diabetik paling banyak berada pada usia >55-65 tahun (41,9%), jenis kelamin perempuan (52,7%), tidak bekerja/ IRT (44,1%), tingkat pendidikan terakhir SLTA (55,9%). Derajat ulkus 5 (37,6%), lama rawatan 6-10 hari (40,9%), tekanan darah normal (43,1%). Hasil laboratorium menunjukkan keadaan anemia sedang (47,3%), hipoalbuminemia (96,8%), hiperglikemia (54,8%). Tatalaksana dengan pemberian kombinasi dua antibiotik (59,1%), terapi bedah debridemen (30,2%), kondisi pasien membaik saat dipulangkan (63,4%). Kesimpulan: Kesimpulan penelitian yaitu sebagian besar pasien ulkus kaki diabetik adalah perempuan lansia akhir dengan kondisi anemia, hipoalbuminemia, hiperglikemia. Tatalaksana yang umum diberikan adalah pemberian kombinasi dua antibiotik dan debridemen dengan luaran pasien membaik. Kata kunci: Diabetes melitus tipe 2, pasien ulkus kaki diabetik, profil Abstract Background: Diabetic foot ulcers are a problem in Indonesia because of the lack healthcare professional on diabetic foot ulcers, little public knowledge about diabetic foot ulcers, and high management costs. Objective: The purpose of this study was to determine the profile of type 2 DM patients with diabetic foot ulcers at RSUP Dr.M. Djamil Padang. Methods: This study was an observational descriptive with a cross-sectional design. The research sample was patients diagnosed with diabetic foot ulcers at RSUP Dr.M. Djamil Padang for the 2020-2021 period. The total sampling technique was used to collect a total of 93 samples. The collecting data was analyze by univariat and presented with frequency distribution tables. Results: The results of this study were the most diabetic foot ulcer patients were in the age group >55-65 years (41.9%), female (52.7%), unemployed/housewife (44.1%), and high school education (55.9%). The most ulcer grade 5 (37.6%), treatment duration was 6-10 days (40.9%) and normal blood pressure (43.1%). Laboratory results showed the conditions of moderate anemia (47.3%), hypoalbuminemia (96.8%), and hyperglycemia (54.8%). Management given was a two combination of antibiotics (59.1%), debridementt therapy (30.2%), the patient's condition improved when being discharged (63.4%). Conclusion: This study concluded that the majority of patients with diabetic foot ulcers were elderly women with anemia, hypoalbuminemia, and hyperglycemia. The most common management given was a combination of two antibiotics and debridementt, which resulted in improved patient outcomes. Patients who are at high risk are expected to be more aware of the appearance of symptoms and clinicians are expected to be able to manage patients comprehensively. Keyword : Diabetic foot ulcer patient, profile, type 2 diabetes mellitus
Angka kejadian diabetes mellitus meningkat setiap tahunnya baik dinegara maju maupun dinegara berkembang. angka kejadian Diabetes Mellitus di Indonesia pada tahun 2017 menduduki peringkat ke-6 di ...dunia sebanyak 10,3 juta jiwa. Ulkus diabetik diperkirakan terjadi pada sekitar 15% individu yang mengalami DM. Ulkus diabetik mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Metodologi : Penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study. Dilaksanakan tanggal 22 September-12 Oktober 2019 di wilayah kerja kelurahan Rawa Buaya Jakarta Barat. Jumlah sampel 31 ditentukan dengan conscecutive sampling. Variable yang akan diteliti meliputi data demografi responden dan kualitas hidup. Kuesioner penelitian terbagi menjadi 2 yaitu kuesiober data demografi dan SF-36. Analisis data yang digunakan analisis univariat dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Hasil : Distribusi frekuensi quality of life : dimensi fisik responden diabetes mellitus dengan ulkus diabetikum untuk kategori baik sebanyak 42%, sedangkan untuk quality of life dimensi mental untuk kategori baik sebanyak 35.5% di wilayah kerja kelurahan Rawa Buaya Jakarta Barat Simpulan : menurunnya kualitas hidup pada pasien diabetes mellitus dengan ulkus diabetikum dikarenakan keterbatasan dalam melakukan aktivitas, disabilitas, dan juga nyeri akibat ulkus. The incidence of diabetes mellitus is increasing every year in both developed and developing countries. In Indonesia the incidence of Diabetes Mellitus in 2017 ranks 6th in the world of 10.3 million. Diabetic ulcers are estimated to occur in about 15% of individuals who have DM. Diabetic ulcers affect the quality of life of sufferers. Method : Descriptive research using a cross sectional study design. Held on September 22-October 12, 2019 in the working area of West Jakarta's Rawa Buaya sub-district. The number of samples 31 was determined by consecutive sampling. Variables to be examined include respondent demographic data and quality of life. The research questionnaire was divided into 2 namely demographic data questionnaire and SF-36. Data analysis used univariate analysis and presented in the form of frequency distributions. Results: Frequency distribution of quality of life: physical dimensions of diabetic mellitus respondents with diabetic ulcers in the good category by 42%, while for quality of life the mental dimension for the good category was 35.5% in the working area of West Jakarta's Rawa Buaya sub-district. Conclusion: Declining quality of life in diabetic mellitus patients with diabetic ulcers due to limitations in activity, disability, and also pain due to ulcers.
ABSTRAK Pendahuluan: Prevalensi ulser rongga mulut di Indonesia tinggi (96,6%). Astaxanthin yang berasal dari mikroalga hijau Haematococcus pluvialis merupakan salah satu alternatif pengobatan ulser ...karena adanya sifat antioksidan yang tinggi dan efek anti inflamasinya. Tujuan penelitian menganalisis pengaruh efektivitas pemberian astaxanthin terhadap selisih ukuran diameter ulser hari ke-1 dan hari ke-3 pada model ulkus traumatikus. Metode: Sampel 30 ekor tikus putih Wistar dibagi secara acak menjadi 5 kelompok penelitian yang diberi perlakuan ulkus traumatikus kemudian di terapi selama 3 hari sesuai dengan kelompok masing-masing: K- (kelompok kontrol yang diberi basis gel); K+ (kelompok kontrol yang diberi asam hialuronat); P1 (pemberian astaxanthin 0,1%); P2 (pemberian astaxanthin 0,5%); P3 (pemberian astaxanthin 1%). Data hasil penelitian selanjutnya dilakukan uji one way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD dengan p=0,05. Hasil: Hasil analisis uji parametrik One Way ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) diameter ulser pada hari ke-1 dan hari ke-3. Uji Post Hoc LSD menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara K- (5,300 ± 2,832) dibandingkan dengan K+ (2,297 ± 1,045), P1(1,740 ± 1,168), P2(1,993 ± 0,738), dan P3 (2,448 ± 1,320). Simpulan: Terdapat pengaruh pemberian astaxanthin gel dalam menurunkan selisih diameter ulser pada hari ke-1 dan hari ke-3 terhadap proses penyembuhan ulkus traumatikus. Kata kunci: antiinflamasi; astaxanthin; haematococcus pluvialis; ulkus traumatikus ABSTRACT Introduction: The prevalence of traumatic ulcers in Indonesia is high (96,6%). Astaxanthin, derived from the green microalgae Haematococcus Pluvialis, is one of the alternative treatments for ulcer healing due to its potent antioxidant and anti-inflammatory effect. This study aimed to analyze astaxanthin’s effectiveness on the difference in the diameter of the ulcer on day 1 and day 3 in a traumatic ulcer model. Methods: Samples of 30 Wistar rats were randomly divided into 5 groups which were treated with traumatic ulcers and then treated for 3 days according to their respective groups: K- (control group given gel base); K+ (control group given hyaluronic acid); P1 (application of 0.1% astaxanthin); P2 (application of 0.5% astaxanthin); P3 (application of 1% astaxanthin). The data results were then carried out with one way ANOVA test, and the Post Hoc LSD test proceeded with p=0,05. Results: The statistical parametric test using One Way ANOVA showed a significant difference (p<0,05) in the diameter ulcer on day 1 and day 3. Post Hoc LSD test showed a significant difference (p<0,05) between K- (5,300 ± 2,832) compare to K+ (2,297 ± 1,045), P1(1,740 ± 1,168), P2(1,993 ± 0,738), and P3 (2,448 ± 1,320). Conclusions: There is an effect of giving astaxanthin gel in reducing the difference in the diameter of the ulcer on day 1 and day 3 on the healing process of traumatic ulcer. Keywords: anti-inflammatory; astaxanthin; haematococcus pluvialis; traumatic ulcer
Diabetic foot ulcer is a chronic and frequent complication in diabetic patients. Foot ulcers occur in 15-25% of people with diabetes, and most of them require amputation. Conventional treatments for ...DFU have not been effective enough to reduce the amputation rates. Thus, an effective method to accelerate the healing of diabetic foot ulcers is required. Recently, stem cells have emerged as a promising adjuvant therapy. One of the numerous types of stem cells used in chronic wound healing therapy is Mesenchymal Stem Cells (MSCs). MSCs may be associated with shorter wound healing time, rapid tissue regeneration, and reduced risk of lower limb amputation through all mechanisms. This article summarizes and critically reviews the published literature on the use of MSCs to enhance chronic wound healing in DFUs.