Latar belakang. Pengukuran antropometri yang umum digunakan untuk menilai obesitas adalah Indeks Massa Tubuh Namun, pengukuran menggunakan Indeks Massa Tubuh masih memiliki beberapa kekurangan, yakni ...tidak mampu menunjukkan perbedaan antara massa otot dan lemak. Pengukuran juga tidak bisa memberikan informasi mengenai distribusi lemak tubuh. Metode pengukuran alternatif yakni lingkar leher. Hasil pengukuran lingkar leher dapat menjadi indikator terhadap penumpukan lemak subkutaneus tubuh bagian atas sehingga berguna dalam mengidentifikasi anak dengan obesitas. Tujuan. Mengetahui perbandingan lingkar leher dan indeks massa tubuh terhadap body fat pada siswa sekolah dasar.Metode. Penelitian ini menggunakan studi analitik cross-sectional dengan sampel siswa tingkat sekolah dasar kelas 4-6 Sekolah Dasar Al-Islam 2 Jamsaren Surakarta. Data didapatkan dari hasil pengukuran lingkar leher, berat badan, tinggi badan, dan persentase body fat. Teknik analisis dengan uji analisis Spearman dan uji multivariat regresi linier berganda.Hasil. Hasil uji bivariat yang signifikan (p<0,005) didapatkan pada uji Spearman baik lingkar leher dengan body fat, maupun Indeks Massa Tubuh dengan body fat.Kesimpulan. Terdapat hubungan antara lingkar leher dan body fat, maupun Indeks Massa Tubuh dengan body fat. Secara simultan Indeks Massa Tubuh berpengaruh lebih besar terhadap peningkatan body fat dibandingkan lingkar leher.
Latar Belakang: IMT yang tinggi berhubungan dengan kenaikan tekanan darah. Klasifikasi IMT dari Asia-Pasifik memiliki cut-off yang lebih rendah untuk overweight dan obesitas dibandingkan standar WHO.
...Tujuan: Mengetahui sensitivitas IMT WHO dan Asia-Pasifik dalam memprediksi hipertensi
Metode: Penelitian ini adalah penelitian diagnostik. Populasi penelitian adalah tenaga kerja wanita di perusahaan garmen usia 19-54 tahun. Jumlah sampel 180 orang yang diambil menggunakan teknik simple random sampling. Sensitivitas IMT dianalisis menggunakan Receiver-operating Characteristic (ROC).
Hasil: Sampel yang mengalami gizi lebih berdasar kriteria WHO adalah 30.6% dan 87.8% menurut kriteria Asia-Pasifik. Prevalensi hipertensi sebanyak 85% dan tidak hipertensi 15%. IMT sangat baik untuk memprediksi hipertensi dengan Area Under Curve (AUC) 95.5%. IMT WHO dan Asia-Pasifik berhubungan dengan Kejadian Hipertensi (p<0.001, r=0.278, r= 0.450). IMT Asia-Pasifik memiliki sensitivitas lebih baik dibanding IMT WHO (Se=95.4%, Se=35.9%).
Kesimpulan: IMT Asia-Pasifik lebih sesuai digunakan untuk memprediksi hipertensi dibandingkan IMT WHO pada wanita dewasa Indonesia.
Kata kunci: Hipertensi, Indeks Massa Tubuh, Sensitivitas
The application of probability and statistics to an ever-widening number of life-decisions serves to reproduce, reinforce, and widen disparities in the quality of life that different groups of people ...can enjoy. As a critical technology assessment, the ways in which bad luck early in life increase the probability that hardship and loss will accumulate across the life course are illustrated. Analysis shows the ways in which individual decisions, informed by statistical models, shape the opportunities people face in both market and non-market environments. Ultimately, this book challenges the actuarial logic and instrumental rationalism that drives public policy and emphasizes the role that the mass media play in justifying its expanded use. Although its arguments and examples take as their primary emphasis the ways in which these decision systems affect the life chances of African-Americans, the findings are also applicable to a broad range of groups burdened by discrimination.
Hemodialysis (HD) patients with chronic kidney disease takes a long time and requires patient compliance. This will give the patient a psychological stressor which will then affect the quality of ...life. Apart from having an effect on quality of life, therapy hemodialysis also used a high cost, especially if the patient has complications. The purpose of this study was to determine the amount of hemodialysis costs, utility index, and the effect of complications on costs and utility index in hemodialysis patients. This study was a cross-sectional analytical research with the perspective of hospital. The research subjects were outpatient CKD who underwent hemodialysis at the HD Unit of Adji Batara Agung Dewa Sakti Hospital in September-Oktober 2020. Data were obtained use the SF-6D instrument, medical records, and financial financing. Data analysis used independent sample t-test and Kruskal-Wallis.The results showed that the average real cost of therapy in hemodialysis patients for a month was Rp. 12,014,488±0, while the real cost per hemodialysis episode is Rp. 1,316,722±273,989. The mean value of patient utility index as measured by the SF-6D was 0.717±0.143. The statistical test results show a significant value of 0.049 <0.05 on the utility index, which means that there is a relationship between complications on the utility index and a significant value of 0.125> 0.05 on costs, which means that there is no relationship between complications and costs in CKD patients with hemodialysis
Hemodialisis (HD) pada pasien penyakit ginjal kronik membutuhkan waktu yang lama dan membutuhkan kepatuhan pasien dalam proses terapi. Hal ini akan memberikan gangguan psikologis pasien yang kemudian ...akan mempengaruhi kualitas hidup. Selain berpengaruh terhadap kualitas hidup, terapi hemodialisis juga menggunakan biaya cukup tinggi, terutama apabila pasien mengalami komplikasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besaran biaya hemodialisis, indeks utilitas, dan hubungan komplikasi terhadap biaya dan indeks utilitas pada pasien hemodialisis. Metode dalam penelitian ini adalah observasi analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional menurut perspektif rumah sakit. Subyek penelitian ini adalah pasien rawat jalan hemodialisis di RSUD Adji Batara Agung Dewa Sakti periode September-Oktober 2020. Data didapatkan menggunakan instrumen SF-6D, rekam medik, dan pembiayaan keuangan. Analisis data menggunakan independent sampel t-test dan Kruskal-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan besar rata-rata biaya terapi pada pasien hemodialisis selama satu bulan Rp. 12.014.488±587.608, sedangkan biaya per episode hemodialisis sebesar Rp. 1.316.722±273.989. Nilai rata-rata indeks utilitas pasien yang diukur dengan SF-6D sebesar 0,717±0,143. Hasil uji statistik menunjukkan nilai signifikan 0,049<0,05 pada indeks utilitas yang berarti terdapat hubungan antara komplikasi terhadap indeks utilitas dan nilai signifikan 0,125>0,05 pada biaya yang berarti tidak terdapat hubungan antara komplikasi terhadap biaya pada pasien GGK dengan hemodialisis. Kata kunci: Hemodialisis, biaya, Indeks utilitas, SF-6D
Penelitian ini menganalisis tingkat profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN) di Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. ...Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penghitungan Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Negara (IP ASN). Data bersumber dari Kuesioner IP ASN seluruh PNS di lingkungan BAPPEDA yang berjumlah 74 Orang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalitas ASN BAPPEDA masuk dalam kategori sedang dengan nilai IP ASN BAPPEDA rata-rata 72,90. Dari Keempat dimensi yang ada, BAPPEDA unggul di Dimensi Disiplin dengan tidak ada PNS yang menerima hukuman disiplin, Dimensi Kinerja mayoritas memperoleh predikat baik, dan Dimensi Kualifikasi dengan jenjang pendidikan yang telah memenuhi syarat jabatan. Kemudian Dimensi Kompetensi melihat adanya 1 (satu) pejabat struktural belum melaksanakan Diklat Kepemimpinan dan 7 pejabat fungsional belum melaksanakan Diklat Fungsional, 57 persen sudah mengikuti diklat teknis, dan 72 persen sudah mengikuti seminar/workshop. Peningkatan pengembangan kompetensi diperlukan dalam rangka meningkatkan profesionalitas pegawai.
Penelitian ini menganalisis tingkat profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN) di Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. ...Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penghitungan Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Negara (IP ASN). Data bersumber dari Kuesioner IP ASN seluruh PNS di lingkungan BAPPEDA yang berjumlah 74 Orang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalitas ASN BAPPEDA masuk dalam kategori sedang dengan nilai IP ASN BAPPEDA rata-rata 72,90. Dari Keempat dimensi yang ada, BAPPEDA unggul di Dimensi Disiplin dengan tidak ada PNS yang menerima hukuman disiplin, Dimensi Kinerja mayoritas memperoleh predikat baik, dan Dimensi Kualifikasi dengan jenjang pendidikan yang telah memenuhi syarat jabatan. Kemudian Dimensi Kompetensi melihat adanya 1 (satu) pejabat struktural belum melaksanakan Diklat Kepemimpinan dan 7 pejabat fungsional belum melaksanakan Diklat Fungsional, 57 persen sudah mengikuti diklat teknis, dan 72 persen sudah mengikuti seminar/workshop. Peningkatan pengembangan kompetensi diperlukan dalam rangka meningkatkan profesionalitas pegawai.
Abstrak Latar Belakang: Lanjut usia merupakan tahap akhir fase kehidupan yang mengalami perubahan dan penurunan kondisi fisiologis tubuh akibat proses degeneratif. Hal ini mengakibatkan meningkatnya ...masalah gizi pada lansia, salah satunya kurang gizi yang ditandai dengan rendahnya indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh yang rendah merupakan salah satu faktor risiko terjadinya anemia. Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara indeks massa tubuh dengan kadar hemoglobin pada lansia di Nagari Sumaniak, Kabupaten Tanah Datar. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional menggunakan data sekunder pada bulan oktober 2021 dengan subjek penelitian sebanyak 44 sampel. Metode penelitian menggunakan analisis data bivariat menggunakan uji Pearson correlation. Hasil: Hasil penelitian didapatkan kelompok lansia terbanyak berada pada lansia muda dengan jenis kelamin perempuan. Nilai rerata indeks massa tubuh sebesar 24,116 ±4,473 kg/m2, rerata kadar hemoglobin sebesar 12,55±1,961g/dL. Hasil analisis bivariat korelasi indeks massa tubuh dengan kadar hemoglobin didapatkan (r = 0,230; p = 0,133). Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi bermakna antara indeks massa tubuh dengan kadar hemoglobin pada lansia di Nagari Sumaniak, Kabupaten Tanah Datar. Kata kunci: Indeks massa tubuh, Kadar hemoglobin, Lansia Abstract Background: Elderly is the final stage of life that experiences changes and decreases in the physiological condition of the body due to degenerative processes. It increased nutritional problems in elderly, which is undernutrition that characterized by a low body mass indeks. A low body mass index is a risk factor for anemia Objective: This study aims to determine whether there is a correlation between body mass index and hemoglobin levels in the elderly in Sumaniak Nagari, Tanah Datar Regency Methods: This study is an analytical study with a cross-sectional design using secondary data in october 2021 with 44 subjects. The study method uses bivariate data analysis using the Pearson correlation test. Results: The results of the study found that the most elderly group was young elderly with female gender. The average value of body mass index was 24.116 ± 4.473 kg/m2, the average hemoglobin level was 12.55 ± 1.961g/dL. The results of bivariate analysis of the correlation of body mass index with hemoglobin levels were obtained (r = 0.230; p = 0.133). Conclusion: The conclusions of this study indicate that there is no significant correlation between body mass index and hemoglobin levels in the elderly in Sumaniak Nagari, Tanah Datar Regency. Keyword: Body mass index, Hemoglobin level, Elderly