Latar Belakang. Rinosinusitis kronik (RSK) adalah peradangan mukosa yang melapisi hidung dan sinus paranasal lebih dari 12 minggu. RSK merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering kita temukan ...di kehidupan masyarakat, penyakit ini dapat menurunkan kualitas hidup. Dalam pengobatan RSK, peranan antibiotik penting. Pola bakteri dan kepekaannya terhadap terapi antibiotik dapat berubah karena banyaknya bakteri yang resisten terhadap antibiotika tertentu.
Objektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola bakteri dan tes sensitivitas pada pasien rinosinusitis kronis polip dan non polip di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Januari 2016-Desember 2017.
Metode. Penelitian ini merupakan deskriptif retrospektif dengan jumlah sampel 100 pasien RSK di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian ini dilakukan dari bulan November-Desember 2018. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling selama tahun 2016-2017.
Hasil. Prevalensi rinosinusitis kronik dengan polip lebih tinggi dibandingkan dengan rinosinusitis kronik non polip. Jenis bakteri yang ditemukan dengan persentase tertinggi pada RSK polip dan non polip adalah Staphylococcus aureus. Pada Rinosinusitis kronik, usia 41-50 memiliki prevalensi tertinggi yaitu 31 pasien.
Kesimpulan. Sebagian besar jenis bakteri yang ditemukan resisten terhadap Ampicillin, dan sensitif terhadap Meropenem, Cefoperazone, dan Gentamisin. Usaha promotif dan preventif terhadap faktor risiko seperti merokok, polutan, dan lain-lain, perlu dilakukan karena prevalensi RSK yang tinggi pada kelompok usia tersebut.
Kata kunci: rinosinusitis kronik polip dan non polip, pola bakteri, sensitivitas antibiotik.
ABSTRAKPenyakit kanker kolorektal diawali munculnya polip pada usus besar yang dapat berubah menjadi tumor ganas dan menimbulkan kanker. Sehingga diperlukan screening terhadap usus besar menggunakan ...colonoscopy. Menurut penelitian sekitar 26% polip terlewat saat prosedur colonoscopy. Pada penelitian ini dilakukan implementasi Convolutional Neural Network (CNN) dengan arsitektur RetinaNet untuk mendeteksi letak polip pada citra colonoscopy. Perbandingan dilakukan pada 3 jenis arsitektur yaitu ResNet-50, ResNet-101, dan ResNet-152 sebagai backbone pada arsitektur RetinaNet. Model yang terbaik berdasarkan metrik Intersection over Union (IoU) adalah model RetinaNet (Backbone = ResNet-50) tanpa data augmentation dengan nilai 0.8415. Sedangkan model yang terbaik berdasarkan metrik Average Precision (AP) adalah RetinaNet (Backbone = ResNet-101) dengan data augmentation dengan nilai AP25 = 0.9308, AP50 =0.9039, AP75 = 0.6985.Kata kunci: polip, colonoscopy, Convolutional Neural Network (CNN), RetinaNet ABSTRACTColorectal cancer always begins with the appearance of polyps in the colon which can turn into malignant tumors and cause cancer. Therefore, it is necessary to screen the large intestine using colonoscopy. However, according to studies, about 26% of polyps are missed during colonoscopy procedures. In this study, a Convolutional Neural Network (CNN) with RetinaNet architecture was implemented to detect the location of polyps in colonoscopy images. Comparisons were made on 3 types of architecture, namely ResNet-50, ResNet-101, and ResNet-152. From the evaluation results, the best model based on the Intersection over Union (IoU) metric is the RetinaNet model (Backbone = ResNet-50) without augmentation data with a value of 0.8415. While the best model based on the Average Precision (AP) metric is RetinaNet (Backbone = ResNet-101) with data augmentation with values AP25 = 0.9308, AP50 = 0.9039, AP75 = 0.6985.Keywords: polyp, colonoscopy, Convolutional Neural Network (CNN), RetinaNet
Latar Belakang: Rinosinusitis kronik (RSK) adalah peradangan pada hidung dan sinus paranasal yang terjadi ≥ 12 minggu.
Objektif: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien RSK ...di Poliklinik THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang 2017-2019.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif retrospektif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Populasi pada penelitian ini adalah pasien RSK yang berobat di Poliklinik THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan jumlah sampel 239 orang. Data diperoleh dari rekam medis pasien RSK pada periode 2017-2019.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah kunjungan pada pasien RSK terbanyak pada tahun 2018, kasus ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dengan persentase sebesar 50,6% dengan kelompok usia terbanyak 46-55 tahun (22,2%). Rinosinusitis kronik disertai polip lebih banyak ditemukan pada pasien dengan persentase 50,6%. Ditemukan 20% rinitis alergi pada pasien, terapi kombinasi lebih banyak dijalani pasien dengan persentase sebesar 69,5%, terdapat 6% rekurensi polip, dan rata-rata kunjungan pasien paling banyak adalah 1-5 kali per tahun.
Kesimpulan: Pada penelitian ini pasien RSK lebih banyak ditemukan pada laki-laki, usia 46-55 tahun, disertai polip hidung, dengan pilihan terapi kombinasi, dan rata-rata kunjungan 1-5 kali per tahun. Ditemukan lebih sedikit kasus rinitis alergi dan rekurensi polip.
Epistaksis pada Polip Nasal Irfandy, Dolly; Wulandari, Yunita; Budiman, Bestari Jaka ...
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia,
09/2022, Letnik:
3, Številka:
1
Journal Article
Recenzirano
Odprti dostop
Pendahuluan: Polip nasal merupakan kondisi multifaktorial yang sering dikaitkan dengan berbagai penyakit dan gangguan patogen, seperti alergi, infeksi, sinusitis jamur alergi, fibrosis kistik, asma, ...dan intoleransi aspirin. Polip nasal dapat berperilaku agresif dan menirukan patologi lain di rongga hidung dan paranasal. Polip nasal inflammatory type merupakan tipe polip nasal terbanyak kedua dari kasus polip. Bedah sinus endoskopi (BSE) biasanya diperuntukkan bagi pasien yang tidak mendapatkan perbaikan gejala dari tatalaksana medikamentosa, pasien yang memiliki kontraindikasi atau yang mengalami efek samping dari terapi tersebut. Maksilektomi medial menjadi salah satu teknik operasi untuk tatalaksana pada polip nasal. Dilaporkan satu kasus pasien perempuan, 33 tahun dengan keluhan utama riwayat hidung berdarah berulang dan didiagnosis dengan polip nasal inflammatory type yang dilakukan terapi maksilektomi medial. Maksilektomi medial merupakan salah satu teknik pembedahan pada tatalakasana polip nasal.
Polipy o charakterze naczyniaka chłonnego migdałka podniebiennego są w praktyce klinicznej odnotowywane bardzo rzadko – dotychczas opisano jedynie około 30 przypadków. Zazwyczaj stwierdzano ...jednostronne zmiany w obrębie migdałka podniebiennego, tylko u jednego dziecka migdałki były zajęte obustronnie. Polipy o charakterze naczyniaka chłonnego mogą budzić zaniepokojenie pacjenta oraz lekarza ze względu na umiejscowienie po jednej stronie oraz wygląd przypominający nowotwór migdałka. Zważywszy na rzadkość występowania oraz różnorodność nazewnictwa jednostka ta może być również trudna do rozpoznania zarówno dla otolaryngologa, jak i niedoświadczonego patologa. Przedstawiamy niezwykle rzadki przypadek obustronnych polipów migdałka o charakterze naczyniaka chłonnego u dziecka z problemem chrapania, u którego skuteczny okazał się zabieg tonsillektomii.
Objective: To evaluate the effect of biofilm layer on polyp formation in nasal polyposis by comparing the amount of biofilm layer on polyp tissue and the normal mucosa.
Material and Methods: This ...study is a prospective study. 14 patients who underwent functional endoscopic sinus surgery (FESS) for nasal polyposis were evaluated. Patients were had no history of previous FESS. Tissue samples were obtained from lower turbinate (Group 1 n:14) and from nasal polyp (Group 2, n:14) of the same nasal cavity. Biofilm presence was identified using scanning electron microscopic (SEM) morphological findings. In biofilm positive samples, the presence of biofilm in less than 25% of the surface area was classified as (+), between 25-50% as (++) , and over 50% as (+++).
Results: In Group 2, with SEM imaging, (+++) biofilm presence was detected in 9 patients and (++) biofilm was detected in 5 patients. In Group 1, no biofilm was detected 8 patients, while; (+++), (++), and (+) biofilm presence was detected in 1, 2, and 3 patients respectively. Significant difference was found between group 1 and group 2 with respect to the amount of biofilm according to SEM (p =0.000).
Conclusion: In samples, statistically significant difference was found between polyp tissue and normal mucosa in terms of the amount of biofilm. However, further studies with larger patient series are required in order to reach a definitive conclusion on the effect of biofilm on pathogenesis of polyp.
Amaç: Polip dokusu ve normal mukoza üzerindeki biyofilm tabakası miktarını karşılaştırarak nazal polipoziste biyofilm tabakasının polip oluşumuna etkisini değerlendirmek amaçlanmaktadır.
Materyal ve Metod: Bu çalışma, prospektif bir çalışma olup nazal polipozis nedeniyle fonksiyonel endoskopik sinüs cerrahisi (FESS) uygulanan 14 hasta değerlendirildi. Hastalar, daha önce endoskopik sinüs cerrahisi geçirmemiş hastalardan oluşmaktaydı. Doku örnekleri, aynı nazal kaviteden alt konkadan (Grup 1, n:14) ve nazal polip dokusundan (Grup 2, n:14) alındı. Biyofilm varlığı, Scanning elektron mikroskobu (SEM) morfolojik bulgular kullanılarak tanımlandı. Biyofilm pozitif örneklerde, görüntülenen yüzey alanının %25’inden az sahada biyofilm varlığı (+), %25-50 arası (++) ve %50’den fazla sahada biyofilm varlığı (+++) olarak sınıflandırıldı.
Bulgular: Grup 2’de SEM görüntülemede 9 hastada (+++) biyofilm mevcudiyeti saptanırken 5 hastada (++) biyofilm tespit edildi. Grup 1'de ise 8 hastada biyofilm saptanmazken 1 hastada (+++), 2 hastada (++) ve 3 hastada (+) biyofilm varlığı saptandı. SEM bulgularına göre biyofilm miktarı açısından grup 1 ve grup 2 arasında anlamlı fark bulundu (p=0.000).
Sonuç: Örneklerde, polip dokusu ile normal mukoza arasında biyofilm miktarı açısından istatistiksel olarak anlamlı fark bulundu. Bununla birlikte, biyofilmin polip patogenezine etkisi konusunda kesin bir sonuca varmak için daha geniş hasta serileri ile yapılacak çalışmalara ihtiyaç vardır.