KATA KUNCI KEYWORDS ABSTRAK COVID 19, perawat, stress kerja Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi dan bertujuan untuk memahami pengalaman perawat di ruang intensif yang rentan mengalami ...distres psikologis dan bagaimana mereka memaknai pengalamannya. Masih sedikit penelitian yang mencoba untuk menggali lebih dalam mengenai kondisi psikologis perawat dilihat dari sisi subjektif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap tiga orang perawat yang sedang atau pernah bekerja di ruang intensif. Satu perawat ditugaskan Ruang Isolasi COVID 19 yang pernah bertugas di ruang intensif. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa tema yang sama antar partisipan terkait dengan pengalaman mereka di ruang intensif dan ruang isolasi COVID 19 seperti adanya rasa cemas, pekerjaan yang melelahkan. Tema yang muncul sebagian besar mengandung emosi negatif dan distres psikologis yang dialami selama bertugas dalam konteks yang beragam antar partisipan. Terlepas dari emosi negatif, partisipan masih terdapat sikap positif yang menjadi motivasi mereka untuk tetap mengabdi. Penelitian ini mengungkapkan secara spesifik tantangan unik yang dialami oleh partisipan dan dampaknya terhadap kesehatan mental mereka yang tidak dapat dijelaskan melalui penelitian kuantitatif. ABSTRACT This study uses a phenomenological approach and aims to perceive nurses' experiences in the intensive room which has vulnerable to have psychological distress and how they interpret their experiences. There are limited studies that reveal about psychological distress from nurse’s subjective view. Data is collected through a depth of interviews with three new nurses, who are on duty in intensive care room and a nurse in the COVID 19 Isolation Room, who has also served in the ICU. The result of this study shows some similar themes about their experiences in intensive care and COVID 19 isolation room such as anxiety and exhausting job. Majority of theme contain negative emotion and psychological distress while on duty in special context among participants. Regardless negative emotion dominated, positive attitude that encourage instrinsic motivation to serve patiens live. The study revealed specific challenge and experience among participants and how affect their mental health which not revealed from quantitative study.
Latar Belakang: Mahasiswa kedokteran merupakan kelompok yang rentan terhadap kualitas tidur yang buruk dan dianggap memiliki tingkat stres yang tinggi dibandingkan dengan mahasiswa jurusan lain. ...Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tidur seseorang maka perlu penerapan praktik sleep hygiene secara rutin dalam kehidupan sehari-hari. Sleep hygiene merupakan serangkaian perilaku dan lingkungan untuk menciptakan kualitas tidur yang optimal.
Objektif: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dan sleep hygiene dengan kualitas tidur pada mahasiswa program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas angkatan 2019-2021.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan metode cross sectional, menggunakan teknik proportionate stratified random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 160 responden. Data responden didapatkan dari kuesioner dan dianalisis menggunakan uji chi square.
Hasil: Hasil penelitian ini didapatkan responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan responden laki-laki, dengan usia terbanyak adalah 21 tahun (32,5%). Lebih dari setengah mahasiswa memiliki tingkat stres normal (61,9%) dan sleep hygiene kategori tidak baik (63,8%). Mayoritas mahasiswa memiliki kualitas tidur yang buruk (90,6%).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidur (p = 0,215) dan tidak terdapat hubungan antara sleep hygiene dengan kualitas tidur (p = 1,000).
Kata kunci: Tingkat stres, sleep hygiene, Kualitas Tidur
Perkuliahan daring yang sudah genap dilaksanakan dalam kurun waktu dua tahun sebagai dampak dari pandemi COVID-19 berhasil mengalami penurunan kasus, hingga akhirnya pemerintah memutuskan untuk ...melaksanakan Perkuliahan Tatap Muka (PTM) kembali. Perubahan tersebut tentunya menimbulkan stres pada mahasiswa dan tuntutan penyesuaian diri dalam menghadapi rintangan PTM yang mereka alami, terkhusus mahasiswa Universitas X angkatan 2020 yang belum pernah melaksanakan perkuliahan offline sejak masuk kuliah. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai stres dan strategi koping yang dilakukan mahasiswa dalam mengikuti PTM untuk pertama kalinya. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Pengambilan data dilakukan dengan mewawancarai tiga mahasiswa Universitas X angkatan 2020 yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini menemukan bahwa beberapa hal yang menyebabkan stres dari partisipan selama mengikuti PTM adalah (1) masalah transportasi, (2) perubahan rutinitas, (3) terdistraksi dengan kehadiran orang lain, (4) tekanan dalam situasi sosial, (5) ketidakmampuan dalam melakukan multitasking, dan (6) dibutuhkannya energi yang lebih banyak untuk mengikuti PTM. Selain itu, peneliti juga menemukan jenis-jenis strategi koping yang dilakukan mahasiswa dalam menghadapi situasi stres akibat PTM, yaitu variasi dari problem-focused coping, emotion-focused coping, social support, religious-focused coping, dan meaning making. Hasil penelitian ini mengindikasikan perlunya perguruan tinggi untuk memperhatikan hal-hal yang berpotensi menimbulkan stres bagi mahasiswa dan memberikan dukungan yang mereka butuhkan dalam proses transisi menuju perkuliahan tatap muka, agar tetap mampu menjaga kesejahteraan psikologis mahasiswa.
Latar belakang: Dismenorea primer adalah keadaan nyeri pada perut bagian bawah yang dialami wanita ketika mengalami menstruasi akibat terjadinya kontraksi otot-otot uterus yang berlebih karena ...tingginya kadar prostaglandin. Terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan dismenorea primer, seperti aktivitas fisik, merokok, masa menstruasi, tingkat stres dan status gizi.
Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dan status gizi dengan kejadian dismenorea primer.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan desain penelitian cross sectional dengan teknik total sampling didapatkan jumlah sampel sebanyak 68 orang mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Data responden diperoleh dari kuisioner dan dianalisis menggunakan uji chi square.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kejadian derajat dismenorea primer lebih dari separuh responden mengalami derajat sedang (56%), tingkat stres pada responden mayoritas mengalami tingkat stres ringan-sedang (91,7%) dan mayoritas responden memiliki status gizi normal (68,7%). Hasil analisis bivariat menunjukan tidak terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kejadian dismenorea primer dengan p=0,069 (p>0,05), dan tidak terdapat hubungan status gizi dengan kejadian dismenorea primer dengan p=0,868 (p>0,05).
Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara tingkat stres dan status gizi dengan kejadian dismenorea primer.
Kata kunci: dismenorea primer, status gizi, tingkat stres
ABSTRAKRemaja adalah individu yang sedang dalam tahap perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masadewasa awal, merupakan masa yang mengalami banyak perubahan, baik secara anatomis, ...fisiologis, fungsi emosional dan intelektual serta hubungan di lingkungan sosial. Pernikahan dini diartikan pernikahan yang pasangan masih muda dan belum bisa memenuhi persyaratan yang telah ditentukan untuk melakukan pernikahan. Usia Remaja yang melakukan pernikahan dini beresiko tidak dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungan dan situasi barunya maka beresiko mengakibatkan timbulnya stres. Gejala stress dapat menjadi masalah kesehatan yang cukup serius yang dapat menyebabkan dampak secara psikologis, sosial dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tingkat stres dan indikator stress yang terjadi pada usia remaja yang melakukan pernikahan dini.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan instrument kuesioner DASS-21. Sampel yang diteliti adalah pasangan remaja telah menikah pada usia 16-20 tahun sebanyak 104 pasangan yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling dan hasil penelitian dianalisa data dengan perhitungan distribusi frekuensi dan presentase (%). Hasil penelitian didapatkan bahwa setengah dari responden (46,1%) dikelompokan dalam keadaan stres normal, hampir setengahnya dari responden (29%) dikelompokan dalam keadaan stress ringan, sebagian kecil dari responden (15,3%) dikelompokan dalam keadaan stress sedang, sebagian kecil dari responden (8,6%) dikelompokan dalam keadaan stress berat, dan sebagian kecil dari responden (1%) dikelompokan dalam keadaan stress sangat berat. Simpulan penelitian ini bahwa secara psikologis, menikah pada usia dini merupakan suatu beban psikis. ABSTRACT Teenagers are individuals who are in the developmental transition from childhood to young adults. is a time of humans experience well on anatomic, physiologic, emotional changes, as well as their social and intellectual relationship. Early age marriage is defined as young couples who have not met the requirements needed to get married in marriage. Teenagers who commit early age marriage that could not adapt quite well with their new social environment may become stressful. Symptoms of stress can be quite serious health problems which can cause psychological, social and economic. This research has the aim to identity the stress level happens amongst teenagers who commit early age marriage.This research uses descriptive quantitative descriptive, which uses DASS-21 questionnaire as its instrument to obtain the data. The samples for the research are 104 teenagers couples aging from 16 to 20 whi have gotr married. That are obtained through purposive sampling and the result of research analyzed data with the calculasion of distribution frequency and percentage. The result of the research show that a half of the participants (46,1%) are categorized into normal stress, (29%) of the respondent are is categorized into mild stress, (15,3%) of the participants are is categorized into average stress, (8,6%) are in heavily stressful category, and only 1% categorized into very heavily stressful. The conclusion of this study that psychologically, married at an early age is a psychologoical burden.
Banyak penelitian menemukan pengaruh buruk stres terhadap kemampuan pasangan melakukan coping. Penelitian ini mencoba lebih lanjut meneliti fenomena tersebut dengan membedakan sumber stres dan ...menggunakan analisa diadik. Penelitian ini menguji pengaruh stres internal dan stres eksternal terhadap coping diadik negatif pasangan. Data dikumpulkan dari 203 pasangan, dan metode statistik dilakukan mengikuti Actor-Partner Interdependence Model (APIM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres eksternal tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap coping diadik negatif, tapi stres eksternal akan mempengaruhi stres internal yang kemudian akan mempengaruhi coping diadik negatif. Stress internal mempunyai orientasi pasangan, oleh karena itu stress internal suami bukan hanya mempengaruhi coping suami tapi juga istri. Implikasi dari hasil ini juga didiskusikan.