Kemampuan aritmetika sosial siswa pada mata pelajaran matematika yang masih rendah dibutuhkan tindakan dalam pembelajaran dikelas. Salah satunya dengan melakukan pembelajaran melalui pendekatan ...Science, Technology, Engineering, Mathematics (STEM). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pada materi aritmetika sosial melalui pendekatan Science, Technology, Engineering, Mathematics (STEM). Metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak 2 (dua) siklus digunakan dalam penelitian ini, dikarenakan untuk melihat peningkatan kemampuan aritmatika sosial siswa. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 41 siswa kelas VII yang sedang mempelajari materi aritmatika sosial. Kegiatan pembelajaran dirancang melalui pendekatan STEM melalui tugas proyek yaitu membuat tape singkong dan keripik pisang/singkong. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui tes tertulis untuk penilaian pengetahuan, sedangkan untuk penilaian keterampilan dilihat dari persiapan sampai laporan akhir tugas proyek yang diberikan. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif untuk tes dan deskriptif kualitatif untuk observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan STEM benar-benar membantu siswa dalam memahami materi aritmetika sosial yang dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar yang diperoleh dari subjek penelitian.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi aritmetika sosial dengan menggunakan model pembelajaran matematika realistik di ...kelas VII SMP Negeri 8 Leihitu. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus, pengambilan data dilakukan dengan tes akhir setiap siklus dan lembar observasi. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 16 siswa. Data yang dikumpul dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran matematika realistik pada materi sistem aritmetika sosial dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas VII SMP Negeri 8 Leihitu
Naloge za ostrenje mladega uma (lat. Propositiones ad acuendos iuvenes) nam nudijo vpogled v pouk aritmetike in geometrije v Alkvinovi šoli, pa tudi v drugih samostanskih in cerkvenih šolah širom po ...frankovski državi. Naloge, ki vsebujejo 56 problemov z rešitvami, so najstarejša zbirka problemov iz razvedrilne matematike v latinščini in tako tudi najstarejše pričevanje o rabi matematike v pedagoške namene v Evropi. Najstarejšo omembo Nalog najdemo v 75. pismu Alkvinove korespondence s Karlom Velikim, ki ga datirajo v leto 799 ali 800. V pismu lahko preberemo med drugim tudi odlomek, ki se glasi: »Misi excellentiae vestrae ... aliquas figuras arithmeticae subtilitatis, laetitiae causa.« (»Vaši visokosti sem v razvedrilo poslal ... nekaj oblik aritmetične ostrine.«) Omenjene figurae sicer žal niso vključene v pismo, vendar pa je zelo verjetno, da gre za zbirko Propositiones ad acuendos iuvenes, ki so se v večini rokopisov ohranile pod Alkvinovim imenom.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui proses berpikir matematis aspek abstraksi siswa kelas XI menggunakan pembelajaran creative problem solving pada materi ...barisan dan deret aritmetika. Subjek penelitian ini adalah 31 siswa kelas XI MIPA 2 SMA Negeri 4 Palembang. Proses pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran creative problem solving. Pengumpulan data dilakukan dengan tes dan wawancara. Soal tes terdiri dari 3 soal uraian. Tes dilakukan untuk mengetahui proses berpikir matematis aspek abstraksi siswa yang muncul saat mengerjakan soal. Wawancara dilakukan untuk menggali alasan siswa dalam menyelesaikan soal tes. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan pembelajaran menggunakan CPS, tidak semua tahapan proses berpikir matematis aspek abstraksi siswa ditunjukkan secara bersamaan dalam menyelesaikan masalah untuk setiap indikator berpikir matematis aspek abstraksi. Proses spesialisasi dan observasi pola ditunjukkan ketika siswa mengidentifikasi masalah, membuat pola dan menyusunnya menjadi sebuah strategi penyelesaian masalah. Tetapi pada proses memeriksa konjektur, siswa masih perlu dilatih untuk membuat pembuktian dan penyelesaian dengan cara yang beragam agar terbiasa dalam memeriksa dugaan penyelesaian masalah.
Penelitian ini dilakukan saat masa pandemi COVID-19, sehingga seluruh pembelajaran dilakukan secara daring. Salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan saat masa pandemi ini adalah model ...pembelajaran flipped classroom. Model pembelajaran flipped classroom merupakan salah satu model belajar dengan cara siswa mempelajari materi ketika berada di luar kelas dan ketika di kelas, siswa mengerjakan latihan soal dan diskusi mengenai materi yang belum dipahami. Media sosial Instagram dipilih karena media ini sangat dekat dengan remaja setara dengan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan belajar model pembelajaran kelas terbalik di kelas X SMK dengan menggunakan memanfaatkan media sosial Instagram pada materi Barisan dan Deret Aritmetika dan Geometri. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data meliputi pre-test, post-test, wawancara, dan angket terbuka untuk seluruh siswa. Uji t dilakukan untuk menganalisis hasil pre-test dan post-test, dan analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis hasil wawancara dan angket terbuka. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang menandakan bahwa model pembelajaran kelas terbalik daring dengan menggunakan media sosial Instagram efektif dilakukan. Selain itu, pembelajaran seperti ini juga menambah pengalaman baru bagi siswa yang dirasa efektif dilakukan dalam pembelajaran.
This study aims to describe the cognitive workload of students on mental arithmetic tasks. This study is a qualitative descriptive research. Data collection was conducted on students of Class VIII-C ...SMPN 1 Situbondo consisting of 32 students and taken 10 students as research subjects. Data collection techniques of this study were mental arithmetic tasks, NASA-TLX questionnaires, and interviews. The data collection instruments used were mental arithmetic task questions, NASA-TLX questionnaire rating sheets, and interview guidelines. 10 research subjects were selected based on the cognitive workload and mental arithmetic of students. The results of this study showed that 6.25% were in the category of very low cognitive workload, 12.5% were in the category of low cognitive workload, 25% were in the category of moderate cognitive workload, 43.75% were in the category of high cognitive workload, and 12.5% were in the category of very high cognitive workload. Subjects with very low cognitive workload did not experience stress or difficulty when solving mental arithmetic tasks. Subjects with low cognitive workload did not experience stress or difficulty when solving mental arithmetic tasks. Subjects with moderate cognitive workload experience slight difficulties when solving mental arithmetic tasks. Subjects with a high cognitive workload experience stress to the point of making the subject feel irritated when solving mental arithmetic tasks. Subjects with very high cognitive workload experienced stress to the point of making the subject feel irritated when solving mental arithmetic tasks.
Studi Tentang Persamaan Fuzzy Sari, Elva Ravita; Alisah, Evawati
Cauchy,
05/2012, Letnik:
2, Številka:
2
Journal Article
Odprti dostop
Bilangan fuzzy merupakan konsep perluasan dari bilangan tegas. Misalkan adalah himpunan fuzzy dalam semesta himpunan semua bilangan riil , maka disebut bilangan fuzzy jika memenuhi empat sifat ...diantaranya yaitu: himpunan fuzzy normal, mempunyai support yang terbatas, semua merupakan interval tertutup untuk semua dalam , dan konveks. Operasi aritmetika pada bilangan fuzzy dilakukan dengan memanfaatkan α- yang berbentuk interval tertutup dengan menggunakan fungsi keanggotaan bentuk segitiga, karena bentuk ini sederhana dan sudah memenuhi syarat keanggotaan bilangan fuzzy, dan sudah mewakili dari representasi fungsi keanggotaan bentuk yang lainnya. Persamaan fuzzy adalah kombinasi dari bilangan fuzzy dan operasi aritmetika fuzzy. Misalkan dan adalah bilangan fuzzy pada semesta dengan fungsi keanggotaan masing-masing µ . adalah empat operasi aritmetika dasar pada , maka operasi yaitu adalah interval tertutup untuk setiap, dan dan adalah bilangan fuzzy, maka juga bilangan fuzzy. Prosedur penyelesaian persamaan fuzzy yaitu dengan merepresentasikan bilangan fuzzy dalam bentuk - menggunakan fungsi keanggotaan segitiga. Kemudian mengoperasikannya menggunakan operasi aritmetika pada bilangan fuzzy. Penentuan hasil operasi aritmetika pada persamaan fuzzy dilakukan dengan merepresentasikan ulang bilangan fuzzy tersebut dengan -, sehingga didapatkan bilangan fuzzy baru sebagai hasil penyelesaian dari persamaan fuzzy. Pada skripsi ini hanya memfokuskan pokok bahasan pada persamaan fuzzy. Maka dari itu, disarankan kepada pembaca untuk mengkaji lebih lanjut tentang bentuk aljabar klasik yang lainnya yaitu pertidaksamaan linier yang dikembangkan menjadi pertaksamaan fuzzy. Dapat juga mengkaji lebih lanjut tentang sistem persamaan fuzzy.
Arbitrary-precision arithmetic libraries are analysed and computing experiments were examined in this article. During the experiments, the efficiency of different arbitrary-precision arithmetic ...libraries (GMP, NTL, FLINT, CLN, Java BigInteger) solving computing tasks which involve the operations of modular multiplication, division and exponentiation were examined.
Abstrak Berpikir reflektif yang terdiri dari tahapan reacting, elaborating/comparing, dan contemplating merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam aktivitas siswa memecahkan ...masalah matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir reflektif siswa SMP dalam menyelesaikan masalah aritmetika sosial berdasarkan jenis kelamin. Penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini melibatkan siswa kelas IXF di satu SMP Negeri di Banyuwangi. Pengumpulan data menggunakan metode tes dan wawancara. Tes tertulis berisi materi aritmetika sosial diberikan kepada 31 siswa kelas IXF. Kemudian berdasarkan hasil tahapan contemplating, maka dipilih 4 siswa terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan untuk dilakukan wawancara. Triangulasi metode digunakan untuk memperoleh data yang valid, yaitu membandingkan antara hasil tes tertulis dengan wawancara. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa persamaan dan perbedaan antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan dalam berfikir reflektif saat memecahkan masalah aritmetika sosial. Pada fase reacting, siswa laki-laki dan siswa perempuan sama baiknya dalam menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal menggunakan kata-kata dari soal atau menggunakan bahasa sendiri. Pada tahap elaborating/comparing, siswa perempuan menunjukkan kemampuan lebih baik dari siswa laki-laki dalam menghubungkan apa yang diketahui dengan apa yang ditanya, menyebutkan kecukupan informasi untuk menjawab soal, menghubungkan masalah yang ditanyakan dengan masalah yang pernah diterima sebelumnya, menyusun rencana penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki serta menyelesaikan permasalahan menggunakan strategi yang telah disusun. Pada tahap contemplating, siswa laki-laki lebih baik pencapaiannya daripada siswa perempuan dalam menemukan kesalahan pada penetapan jawaban, menjelaskan letak kesalahan, memperbaiki kesalahan, dan membuat kesimpulan dengan benar. Secara keseluruhan, siswa perempuan memiliki kemampuan berfikir reflektif lebih baik daripada siswa laki-laki. Berdasarkan hasil ini, maka disarankan kepada guru matematika hendaknya selalu melatih siswa mengembangkan kemampuan berfikir reflektif dalam aktivitas memecahkan masalah matematika di sekolah. Selanjutnya siswa dilatih untuk mempresentasikan bagaimana melakukan semua tahapan berfikir reflektif tersebut, sehingga semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kemampuan berfikir reflektif sangat baik untuk memecahkan masalah matematika. Kata kunci: Aritmetika Sosial; Berpikir Reflektif; Jenis Kelamin; Memecahkan Masalah Matematika. Abstract Reflective thinking which consists of the stages of reacting, elaborating/comparing, and contemplating is one of the factors that play an important role in students' activities in solving mathematical problems. This study aims to describe the reflective thinking ability of junior high school students in solving social arithmetic problems based on gender. This study uses a qualitative descriptive study on students of class IXF at a SMP Negeri at Banyuwangi. Data collection using test and interview methods. A written test containing material on social arithmetic was given to 31 students of class IXF. Then based on the results of the contemplating stage, 4 students were selected consisting of 2 male students and 2 female students to participate in the interview. Triangulation method is used to obtain valid data, namely comparing the results of written tests with interviews. The data were analyzed descriptively. The results showed that there were some similarities and differences between male students and female students in reflective thinking when solving social arithmetic problems. In the reacting phase, male students and female students were equally good at writing down what was known and what was asked in the question using words from the questions or using their own language. At the elaborating/comparing stage, female students showed better abilities than male students in connecting what was known to what was asked, mentioning the adequacy of information to answer questions, connecting the problems asked to problems that had been received before, compiling a problem-solving plan based on experience and solve problems using the strategies that have been prepared. At the contemplating stage, male students had better achievements than female students in finding errors in determining answers, explaining where errors were, correcting errors, and making correct conclusions. Overall, female students have better reflective thinking skills than male students. Based on these results, it is suggested that mathematics teachers should always train students to develop reflective thinking skills in mathematical problem solving activities at school. Furthermore, students are trained to present how to do all the stages of reflective thinking, so that all students, both male and female, have excellent reflective thinking skills to solve mathematical problems. Keywords: Gender; Reflective Thinking; Social Arithmetic; Solving Math Problems.