Latar Belakang: Obesitas merupakan masalah gizi lebih yang menjadi salah satu masalah gizi ganda yang harus diatasi. Seseorang dengan obesitas cenderung mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami ...penyakit hipertensi, diabetes melitus dan kemungkinan mengalami serangan jantung yang dapat ditunjukkan dengan skor kalsium pada jantung. Tujuan: Tujuan dari dilakukannya penelitian ini untuk menganalisis hubungan serta melihat perbedaan kejadian diabetes melitus tipe 2, kolesterol, dan skor kalsium pada pasien yang menderita hipertensi disertai obesitas. Metode: Desain penelitian pada penelitian ini adalah studi cross-sectional dengan metode pendekatan kuantitatif. Tempat pengambilan data dilakukan di RS Siloam Surabaya (2018-2021). Penentuan sampel diambil menyesuaikan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Penarikan sampel menggunakan purposive sampling method. Jumlah sampel yakni 59 laki-laki dan 59 perempuan dengan instrument penelitian berupa kuesioner, wawancara, pengukuran data antropometri, data Riwayat tekanan darah dan Riwayat kolesterol. Hasil: Sebagian besar subjek adalah lansia akhir (38,1%).Terdapat perbedaan pada riwayat kolesterol subjek perempuan dan laki-laki (p=0,002). Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada riwayat DM Tipe 2 pada subjek (p=0.092). Tidak ada perbedaan yang nyata pada skor kalsium pada subjek (p=0,062). Sebagian besar subjek selain penyandang DM tipe 2 juga mempunyai riwayat kolesterol yang tinggi (73,3%). Tidak ditemukan adanya korelasi yang nyata diantara Riwayat kolesterol yang tinggi dengan DM tipe 2 pada subjek (p=0.006). Sebagian besar subjek yang mempunyai riwayat DM tipe 2 berada pada skor kalsium yang bermakna (26,6%). Tidak ditemukan hubungan antara diabetes melitus tipe 2 dengan skor kalsium pada subjek (p=0.102) Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan diantara kejadian DM tipe 2 dengan kolesterol serta kejadian DM tipe 2 dengan skor kalsium pada subjek. Terdapat perbedaan yang nyata pada kejadian kolesterol pada subjek. Tidak ditemukan perbedaan kejadian DM tipe 2 dan skor kalsium pada subjek yang merupakan pasien dengan riwayat hipertensi disertai obesitas.
Type 2 Diabetes Mellitus is a disease that can cause many complications. Some of the problems that can arise in patients with Type 2 Diabetes Mellitus, one of the causes is low self-management ...behavior.This study aims to determine self-management in patients with type 2 diabetes mellitus. This research is a descriptive study. The variable in this study was self-management in type 2 diabetes mellitus patients. This research was a descriptive study. The population in this study were all type 2 diabetes mellitus patients who routinely exercised control at the Internal Medicine Polyclinic at Ngudi Waluyo Wlingi Hospital, Blitar Regency in December 2021, namely 156 people. The sample in this study based on the sample size formula was 112 people with a sampling technique, namely purposive sampling with regard to inclusion and exclusion criteria. This research was conducted from January to February 2022 at the Internal Medicine Clinic at Ngudi Waluyo Wlingi Hospital, Blitar Regency. Data collection in this study used general data instruments consisting of age, gender, routine control, level of education, and duration of DM. Specific data questionnaire using the SDMQ Questionnaire (Diabetes Self Management Questionnaire) which consists of 16 questions with several subdomains in it. The results of this study indicated that 69.6% (78 respondents) had good category of self-management and 30.4% (34 respondents) had sufficient category of respondents. It is hoped that the results of this study can be used as a form of input for health workers, especially nurses, in carrying out their roles as educators and counselors to improve self-management in type 2 diabetes mellitus patients to improve quality of life and prevent complications.
Diabetes melitus merupakan penyakit dengan kondisi hiperglikemia dalam tubuh. Berbagai komplikasi yang ditimbulkan dari diabetes melitus dapat mengganggu kualitas hidup penderita. Pengetahuan ...mengenai penyakit diabetes sangat diperlukan bagi penderita diabetes. Hal ini diharapkan akan menimbulkan kesadaran bagi penderita diabetes untuk menerapkan pola hidup sehat dan menjalani terapi pengobatan secara teratur, sehingga dapat mencegah dan mengurangi dampak komplikasi yang ditimbulkan oleh diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan diabetes pada pederita diabetes di Puskesmas Brondong, Lamongan. Pada penelitian menggunakan studi case control yang membagi menjadi kelompok diabetes dan kelompok non diabetes. Besar sampel pada setiap kelompok adalah 50 orang dan dilakukan dengan cara purposive sampling. Data yang telah terkumpul akan dilakukan uji korelasi spearman umtuk mengetahui hubungan kedua variabel. Hasil penelitian memperlihatkan adanya perbedaan yang signifikan pada tingkat pengetahuan diabetes antara kedua kelompok (p=0,000) serta memiliki hubungan yang kuat (r=0,578). Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kelompok diabetes memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok non diabetes di Puskesmas Brondong, Lamongan. Sehingga diharapkan pemberian penyuluhan dapat dilakukan dalam meningkatkan kesadaran terhadap diabetes di masyarakat.
Latar Belakang: Angka kejadian diabetes melitus selalu meningkat setiap tahun akibat faktor genetik dan pola hidup yang tidak sehat. Pengelolaan yang tidak tepat akan mempengaruhi kualitas hidup ...pasien akibat adanya komplikasi. Untuk mencegahnya, dibutuhkan pengelolaan diabetes melitus yang terdiri atas manajemen glukosa, terapi nutrisi, aktivitas fisik serta penggunaan fasilitas kesehatan.
Objektif: Mengetahui persentase capaian pelaksanaan empat pilar pengelolaan diabetes melitus dan karakteristik pasien diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Mungo pada tahun 2022
Metode: Penelitian ini merupakan survey deskriptif kuantitatif menggunakan kuesioner DSMQ (diabetes self-management questionnaire) terhadap pasien diabetes melitus yang berada di wilayah kerja Puskesmas Mungo yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil: Terdapat 101 responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini. Mayoritas responden merupakan perempuan (76,2%) dan berusia ≥60 tahun (55,4%). Pendidikan terakhir responden sebagian besar merupakan tamatan SD/sederajat (27,7%). Mayoritas responden tidak bekerja (51,5%) dan terdiagnosis diabetes melitus selama kurang dari 5 tahun (49,5%). Mayoritas responden tidak pernah mengalami hipoglikemia (90,1%), tidak memiliki alat pengukur gula darah sendiri (88,1%) dan menggunakan obat antidiabetes oral (87,1%). Mayoritas responden melakukan manajemen glukosa (59,4%), kontrol diet (37,6%) dan perawatan kesehatan (55,4%) dengan baik, namun mayoritas responden melaksanakan aktivitas fisik yang buruk (46,5%). Berdasarkan seluruh indikator DSMQ, mayoritas responden melaksanakan self-management dalam kategori cukup 46,5%.
Kesimpulan: Mayoritas responden telah melakukan manajemen glukosa, kontrol diet dan perawatan kesehatan dengan baik. Namun aktivitas fisik dinilai buruk.
Latar Belakang: Peran Lactobacillus pada Diabetes Melitus tipe 2 telah banyak diteliti. Namun, hal-hal mengenai mekanisme dan efek dari Lactobacillus dalam mengontrol dan mencegah morbiditas DM tipe ...2 belum diketahui sepenuhnya.
Objektif: Studi literatur dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut efek dan mekanisme yang berperan dari Lactobacillus pada DM tipe 2 dalam mengontrol dan mencegah morbiditas DM tipe 2.
Metode: Studi literatur naratif ini mendalami berbagai literatur studi in vitro, in vivo, dan Randomized Controlled Trial (RCT) mengenai peran Lactobacillus terhadap DM tipe 2. Pencarian literatur dilakukan melalui database elektronik Pubmed dan Google Scholar berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.
Hasil: Terdapat total 48 literatur yang ditinjau. Lactobacillus berperan dalam memodulasi mikrobiota di intestinal, menekan disfungsi sel β serta resistansi insulin pada hepar, otot, jaringan adiposa. Perbaikan profil glukosa, lipid, Homeostatic Model Assessment of Insulin Resistance (HOMA-IR) pada mencit dan pasien menjadi indikator adanya peran Lactobacillus. Peran ini didukung melalui sifanya dalam mengurangi status inflamasi dan stres oksidatif.
Kesimpulan: Lactobacillus dapat mengontrol DM tipe 2. Diperlukan penelitian lebih lanjut hal-hal yang berhubungan dengan dosis, frekuensi, bentuk pemberian, metabolit, spesies, serta penelitian yang lebih luas pada pasien DM tipe 2.
Drugs are one of the important components of the Back-Referral Program (BRP), so the guarantee of the availability of BRP drugs in pharmacies is a factor in the success of BRP implementation. The ...purpose of this study was to determine the consumption of antidiabetic drugs using ATC/DDD and 90% DU methods, analyze the cost of consuming antidiabetic drugs, and determine the suitability of antidiabetic drugs with the National Formulary. This study was an observational study with a cross-sectional design and retrospective data collection. The study was conducted at 6 BRP pharmacies, namely Pharmacy A, Pharmacy B, Pharmacy C, Pharmacy D, Pharmacy E, and Pharmacy F in the area of Demak Regency. The antidiabetic drug consumption data was obtained from BRP patient prescriptions from July 2020 to June 2021. The cost data were obtained based on prices in the JKN drug e-catalog system at BRP pharmacies in the area of Demak Regency. In analyzing the data, the researcher calculated DU at 90%, the cost of drugs included in the DU segment at 90%, and the suitability of drugs with the National Formulary. The results showed that the highest consumption of antidiabetic drugs in Back-Referral Program (BRP) pharmacies in the area of Demak Regency was glimepiride (54.72%) and metformin (31.01%). The highest cost of consuming antidiabetic drugs per DDD was insulin (Rp.17,639.73), the lowest cost was glimepiride (Rp.65.35), the total cost of antidiabetic drugs was Rp.53,509,090 and an incompatible drug with National Formulary was pioglitazone. In general, the highest consumption of antidiabetic drugs in Back-Referral Program (BRP) 6th pharmacies in the area of Demak Regency, which was included in the DU segment 90%, were glimepiride, metformin and the suitability of drugs with the National Formulary has not reached 100%.
Diabetes melitus (DM) tipe II merupakan diabetes melitus yang paling banyak di Indonesia. Penyakit DM tipe II disebabkan resistensi insulin. Penggunaan obat DM menyebabkan terjadinya adverse drug ...reaction (ADR) sehingga perlu dilakukan pemantauan penggunaan obat melalui studi farmakovigilans. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik dan mengetahui persentase angka kejadian ADR pada pasien rawat jalan DM tipe II di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Penelitian ini dilakukan dengan desain observasional deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif. Subyek penelitian adalah pasien rawat jalan DM tipe II di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin yang telah menderita DM tipe II selama ≥ 6 bulan dan mendapat obat antidiabetes tunggal maupun kombinasi. Sampel yang digunakan sebanyak 95 sampel. Pengumpulan data melalui rekam medis pasien dan algaroritma naranjo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia 51 – 60 tahun paling banyak menderita DM yaitu 42,1%, jenis kelamin perempuan sebesar 55,6%. Angka kejadian ADR dengan total skor 1 – 4 kategori “cukup mungkin†memiliki nilai persentase yang paling besar yaitu 31,57% dan penggunaan obat kombinasi yang paling banyak menghasilkan ADR yaitu sebesar 22,1% untuk kategori cukup mungkin.
Diabetes melitus (DM) tipe II merupakan diabetes melitus yang paling banyak di Indonesia. Penyakit DM tipe II disebabkan resistensi insulin. Penggunaan obat DM menyebabkan terjadinya adverse drug ...reaction (ADR) sehingga perlu dilakukan pemantauan penggunaan obat melalui studi farmakovigilans. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik dan mengetahui persentase angka kejadian ADR pada pasien rawat jalan DM tipe II di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Penelitian ini dilakukan dengan desain observasional deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif. Subyek penelitian adalah pasien rawat jalan DM tipe II di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin yang telah menderita DM tipe II selama ≥ 6 bulan dan mendapat obat antidiabetes tunggal maupun kombinasi. Sampel yang digunakan sebanyak 95 sampel. Pengumpulan data melalui rekam medis pasien dan algaroritma naranjo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia 51 – 60 tahun paling banyak menderita DM yaitu 42,1%, jenis kelamin perempuan sebesar 55,6%. Angka kejadian ADR dengan total skor 1 – 4 kategori “cukup mungkin†memiliki nilai persentase yang paling besar yaitu 31,57% dan penggunaan obat kombinasi yang paling banyak menghasilkan ADR yaitu sebesar 22,1% untuk kategori cukup mungkin.
Abstrak Latar Belakang: Ulkus kaki diabetik menjadi permasalahan di Indonesia karena sedikitnya tenaga kesehatan yang menggeluti ulkus kaki diabetik, sedikit pengetahuan masyarakat mengenai ulkus ...kaki diabetik, dan biaya penatalaksanaan yang besar. Objektif: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil pasien diabetes melitus tipe 2 dengan ulkus kaki diabetik di RSUP Dr.M. Djamil Padang. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observatif dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian adalah pasien dengan diagnosis ulkus kaki diabetik yang berobat di RSUP Dr.M. Djamil Padang periode 2020-2021. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sebanyak 93 sampel. Data menggunakan jenis univariat dan penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan pasien ulkus kaki diabetik paling banyak berada pada usia >55-65 tahun (41,9%), jenis kelamin perempuan (52,7%), tidak bekerja/ IRT (44,1%), tingkat pendidikan terakhir SLTA (55,9%). Derajat ulkus 5 (37,6%), lama rawatan 6-10 hari (40,9%), tekanan darah normal (43,1%). Hasil laboratorium menunjukkan keadaan anemia sedang (47,3%), hipoalbuminemia (96,8%), hiperglikemia (54,8%). Tatalaksana dengan pemberian kombinasi dua antibiotik (59,1%), terapi bedah debridemen (30,2%), kondisi pasien membaik saat dipulangkan (63,4%). Kesimpulan: Kesimpulan penelitian yaitu sebagian besar pasien ulkus kaki diabetik adalah perempuan lansia akhir dengan kondisi anemia, hipoalbuminemia, hiperglikemia. Tatalaksana yang umum diberikan adalah pemberian kombinasi dua antibiotik dan debridemen dengan luaran pasien membaik. Kata kunci: Diabetes melitus tipe 2, pasien ulkus kaki diabetik, profil Abstract Background: Diabetic foot ulcers are a problem in Indonesia because of the lack healthcare professional on diabetic foot ulcers, little public knowledge about diabetic foot ulcers, and high management costs. Objective: The purpose of this study was to determine the profile of type 2 DM patients with diabetic foot ulcers at RSUP Dr.M. Djamil Padang. Methods: This study was an observational descriptive with a cross-sectional design. The research sample was patients diagnosed with diabetic foot ulcers at RSUP Dr.M. Djamil Padang for the 2020-2021 period. The total sampling technique was used to collect a total of 93 samples. The collecting data was analyze by univariat and presented with frequency distribution tables. Results: The results of this study were the most diabetic foot ulcer patients were in the age group >55-65 years (41.9%), female (52.7%), unemployed/housewife (44.1%), and high school education (55.9%). The most ulcer grade 5 (37.6%), treatment duration was 6-10 days (40.9%) and normal blood pressure (43.1%). Laboratory results showed the conditions of moderate anemia (47.3%), hypoalbuminemia (96.8%), and hyperglycemia (54.8%). Management given was a two combination of antibiotics (59.1%), debridementt therapy (30.2%), the patient's condition improved when being discharged (63.4%). Conclusion: This study concluded that the majority of patients with diabetic foot ulcers were elderly women with anemia, hypoalbuminemia, and hyperglycemia. The most common management given was a combination of two antibiotics and debridementt, which resulted in improved patient outcomes. Patients who are at high risk are expected to be more aware of the appearance of symptoms and clinicians are expected to be able to manage patients comprehensively. Keyword : Diabetic foot ulcer patient, profile, type 2 diabetes mellitus