The problem of gender and gender studies permeate all areas of human life, becoming more and more relevant every day. Gender correctness is becoming an integral part of the narrative, making new ...demands on communication. Language is a tool for constructing, reproduction and recreation of a gender worldview. At the moment, the gender picture of the world is undergoing drastic changes, revision and reflection. In this regard, it is important to look at the history of language androcentrism in order to avoid it in modern communication. In this article, based on the material of British educational texts of the early 80s of the XX century, the linguistic methods of constructing gender are analyzed. Based on the A. Pauwel’s methodology the signs of androcentrism are revealed. The signs of anrocentrism include the following: derivatives of women's status from the male, the women’s invisibility in language, and stereotypical image of both sexes. The study found that all the above-mentioned signs of gender asymmetry are fully reflected in authentic British educational texts. The patriarchal picture of the world is formed by means of the English language.
ABSTRAKJawa Barat memiliki keanekaragaman seni dan budaya, salah satunya ialah kriya nusantara berupa batik yang ada di Kabupaten Cianjur. Motif batik Cianjur disesuaikan dengan keadaan alam dan ...kearifan lokal yang ada dan hal ini menjadi pendukung bagi Kabupaten Cianjur sebagai salah satu destinasi wisata di Jawa Barat. Motif batik Cianjur selain memiliki nilai estetik juga memiliki nilai pendidikan, sehingga bisa dijadikan sebagai media pedagogi estetik bagi masyarakat,. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, metode studi kasus, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran komprehensif mengenai proses pedagogi estetik melalui kriya nusantara batik Cianjur.Kata kunci: pedagogi estetik, kriya nusantara, batik Cianjur ABSTRACTLocal Wisdom-based Aesthetic Pedagogy through Indonesian Archipelago Craft: Cianjur Batik. West Java is rich of arts and cultural diversity, among others, the Indonesian archipelago craft of batik in Cianjur Regency. The Cianjur batik motif is adapted to prevailing natural condition and local genius that support Cianjur Regency as a tourist-destination in West Java. The Cianjur batik motif has both aesthetic and education values so that it can be used as an aesthetic pedagogy media for society. This study employs qualitative approach and case-study method in order to obtain a comprehensive description of aesthetic pedagogy through the Indonesian archipelago craft of Cianjur batik.Keywords: aesthetic pedagogy, Indonesian archipelago craft, Cianjur batik
This article aims to show the importance of Christian education in the church context which focuses on the history of faith and its relation to social discourse. In general, the practice of Christian ...education in the church is still indoctrinating. Highlighting this, this paper attempted to establish a dialogue between the theory of critical pedagogy (liberation) of Paulo Freire's thought and the Christian education of the church (sidi catechism). The discussion in this article shows that the application of Paulo Freire's concept of critical pedagogy can emancipate catechism learning as an experience of religious faith. The faith’s evidence is shown in the reflection of personal life and to the world around it. Transformative Christian education in the teaching of catechism is important to be carried out with critical action and reflection as an appreciation of living together for better social change.Abstrak. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan pentingnya Pendidikan Kristiani dalam konteks gereja yang berfokus dari sejarah iman dan kaitannya dengan wacana sosial. Pada umumnya, praksis Pendidikan Kristiani di gereja masih bersifat indoktrinatif. Menyoroti hal itu, tulisan ini berupaya untuk mendialogkan teori pedagogi kritis (pembebasan) dari pemikiran Paulo Freire dengan Pendidikan Kristiani gereja (katekisasi sidi). Pembahasan dalam artikel ini menunjukkan bahwa penerapan konsep pedagogi kritis dari Paulo Freire dapat mengemansipasi pembelajaran katekisasi sebagai pengalaman iman religius. Bukti iman diperlihatkan dalam refleksi kehidupan personal dan dunia sekitarnya. Pendidikan Kristiani transformatif dalam pengajaran katekisasi penting dilakukan dengan aksi dan refleksi kritis sebagai penghayatan hidup bersama untuk perubahan sosial yang lebih baik.
Abstrak: Pada era transisi revolusi industri 4.0 menjadi 5,0, guru memerlukan kemampuan literasi komputer dengan kemampuan untuk mencari dan mengelola data secara digital serta mengoperasikan ...komputer. Para guru kemudian mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan yang difasilitasi aplikasi google suite untuk guru yang profesional pada era revolusi industri 5.0. Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan kemampuan digital pada guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam pembelajaran PPG PAUD dan meningkatkan kemampuan pedagogi guru PAUD. Metode yang digunakan adalah mixed method dengan pengumpulan data melalui google form, hasil wawancara, studi literatur, dan relevansi data melalui penelitian yang relevan. Hasil menunjukkan kenaikan yang signifikan pada kemampuan profesional guru PPG dalam jabatan tahap 1. Guru mendapatkan pendalaman materi pedagogi dan profesional, pengembangan perangkat pembelajaran, review perangkat pembelajaran, dan tes komprehensif.Abstract: In the transition era of the industrial revolution 4.0 to 5.0, teachers need computer literacy skills with the ability to search and manage data digitally and operate computers. On these grounds, numerous teachers take part in the teacher professional development program for in-service teachers (PPG dalam Jabatan) facilitated by the Google Suite application for professional teachers in the 5.0 industrial revolution era. This study aims to implement digital skills for early childhood education (PAUD) teachers in PPG and improve the pedagogical abilities of PAUD teachers. The method used is a mixed methods with data collection using Google Forms, interviews, literature studies, and data relevance through relevant research. The results show a significant increase in the professional ability of teachers who join stage 1 of the program. Teachers deepen the pedagogical and professional materials, development of educational materials, examination of learning material, and comprehensive tests.
The purpose of this study is to determine the level of effectiveness of lecture with nuances of guidance services using Contextual Teaching Learning and Ignatian Pedagogy Paradigm in Group Dynamics ...Course to increase self-respect and others attitudes of students. The research subjects are 36 students participating in the Group Dynamics Course. This research method is a pre-design one-group pre-test-posttest design. The research instrument used the Scale of Self-Respect and Others Attitudes totaling 25 items with a reliability value of 0.936. This study uses descriptive data analysis techniques with categorization, and t-paired sampel test. The results showed that 27.78% of students had self-respect and others in the very high category before accepting lectures increased to 55.56% after receiving lectures. In the high category, 47.22% of students are required after attending college from 58.33% before receiving college. In the category there was a decline, namely before college there were 19.44% of students became absent (0%) after attending college. The conclusion of the results of this study is that lectures with the nuances of guidance services using CTL and IPP in the Group Dynamics Course effectively increase the self-respect and and other attitudes based on the t-paired sampel test with a significance value Sig. (2-tailed) (0.001) <(0.05).
The researcher observed the dimension of critical pedagogy in the context of Hassan Hanafi revolutionary thought. He was very good founding the fundamental thought in theology of liberation named ...Left Islam. This research used a literature study and historical-factual method to analyze the dimension of critical pedagogy on Hassan Hanafi revolutionary thought. The result of this research was new understanding about critical pedagogy dimension on Hassan Hanafi thought. First. Dehumanization in the context of education is inseparable from the influence of Western cultural imperialism. Second, The critical pedagogy found in Hassan Hanafi's thoughts is a pedagogy that aims to eliminate the destructive nature caused by the one-dimensional view that results in educational disorientation from the true educational goal of liberating people. Abstrak Artikel ini mempresentasikan hasil penelitian terhadap pemikiran revolusioner Hassan Hanafi sehingga ditemukan dimensi pedagogi kritisnya. Hassan Hanafi merupakan sosok pemikir Islam yang sangat baik di dalam membangun pemikiran-pemikiran fundamental di dalam konteks teologi pembebasan, serta yang paling terkenal ia sebut dengan istilah “Kiri Islam”. Penelitian ini termasuk dalam klasifikasi studi literatur dengan metode historis-faktual di dalam menganalisis dimensi pedagogi kritis di dalam pemikiran Hassan Hanafi. Hasil penelitian ini adalah pemahaman baru tentang dimensi pedagogi kritis di dalam pemikiran Hassan Hanafi. Pertama, dehumanisasi dalam konteks pendidikan adalah akibat dari pengaruh imperialisme budaya Barat. Kedua, pedagogi kritis Hasan Hanafi fokus pada upaya membangkitkan kesadaran eksistensial di tengah beragam permasalahan yang terjadi di masyarakat. Pedagogi kritis yang ditemukan di dalam pemikiran Hassan Hanafi merupakan pedagogi yang bertujuan untuk menghilangkan hal yang bersifat destruktif yang disebabkan oleh pandangan berdimensi-satu yang mengakibatkan disorientasi pendidikan dari tujuan pendidikan yang sesungguhnya yaitu memerdekakan manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesiapan mahasiswa pendidikan matematika se-Kota Mataram dalam melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah yang ditinjau dari: kesiapan ...kompetensi pedagogi mahasiswa dan kesiapan kompetensi kepribadian mahasiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan concurrent embedded strategy of mixed method. Sampel penelitian terdiri atas 104 mahasiswa pendidikan matematika yang melaksanakan PPL di sekolah, yang ditentukan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian berupa tes, daftar ceklis, lembar observasi, dan angket. Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif kuantitatif dengan kecenderungan kesiapan dalam lima kategori yaitu sangat siap, siap, cukup, kurang, dan sangat kurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kompetensi pedagogi mahasiswa masuk kategori cukup, (2) wawasan kompetensi pedagogi masuk kategori siap, (3) kemampuan menyusun RPP masuk kategori siap, (4) kemampuan melaksanakan pembelajaran masih kurang, (5) kemampuan menilai hasil belajar masuk kategori cukup, dan (6) kompetensi kepribadian mahasiswa masuk kategori cukup. The readiness of mathematics education students in mataram city in the teaching practicum at schools AbstractThis study aimed to describe the readiness of mathematics education students in Mataram City in implement the teaching practicum at schools in terms of the pedagogic competence and the personal competence. This study using the approach of the concurrent embedded strategy of mixed methods. The study sample consisted of 104 mathematics education students who carried out the teaching practicum at schools, which was determined using purposive sampling technique. The study instruments consist of a test, checklists, observation sheets, and questionnaires. The data were analyzed by means of the descriptive statistics using readiness tendencies in five categories: very ready, ready, fairly ready, poor, and very poor. The results of the study show that (1) the pedagogical competence of students was in the fairly ready category, (2) the pedagogic competence knowledge was in the ready category, (3) the ability to design lesson plans was in the ready category, (4) the ability to implement teaching was in the poor category, (5) the ability to assess students’ learning achievements was in the fairly ready category, and (6) the personal competence was in the fairly ready category.
The Ignatian Pedagogy Paradigm is an art of thinking and doing something thoughtfully that incorporate humanistic values into learning subjects consciously. This paradigm endorses meaning of each ...topic within in learning materials based on students’ own experience. Students take into their consciousness life values (Reflective Moment) with\in learning materials by themselves or by their groups in order that they can practice it in daily life (Action). Researcher elaborates action research method for resolving learning problems within Fifth Grade (second group) of Kanisius Elementary School Students of Sengkan Yogyakarta during natural sciences class. Researcher implements Ignatian Pedagogy Paradigm within the method. The research follows the guidance prepared by Bruce W. Tuckman and Brian E. Happer (2012). First cycle shows that mean value is 13,85 for students learning outcomes. Second cycle shows that mean value is 15,03 for students learning outcomes. The average difference between the first cycle and the second is 1,175. It says that learning outcomes of the first cycle is lower than the second; and of the second cycle is higher than the first. Value of “t” Test by counting is 2,466; and Value of “t” Test according to the statistic table is 2,000 with 0,016 score of probability and by 0,05 significant level. The research shows that the value of “t” Test by counting is higher than value of “t” Test according the statistic table. It means that implementation Ignatian Pedagogy in natural sciences subject improves study results of Fifth Grade (Second Group) of Kanisius Elementary School Students of Sengkan Yogyakarta. First cycle shows that mean value is 108,23 for students learning motivation. Second cycle shows that mean value is 116,05 for students learning motivation. The value difference between the first and the second is 7,825. It says that learning motivation of the first cycle is lower than the second; and of the second cycle is higher than the first. Value of “t” Test by counting is 2,572; and Value of “t” Test according to the statistic table is 2,000 with 0,012 score of probability and by 0,05 significant level. The research shows that the value of “t” Test by counting is higher than value of “t” Test according the statistic table. It means that the implementation of Ignatian Pedagogy in natural sciences subject improves learning motivation of Fifth Grade (Second Group) of Kanisius Elementary School Students of Sengkan Yogyakarta. Paradigma Pedagogi Ignatian (Reflektif) adalah cara berpikir dan bertindak yang menyaturagakan nilai-nilai kemanusiaan ke dalam setiap materi ajar. Para siswa tidak hanya difasilitasi mengetahui materi ajar saja, tetapi juga untuk menemukan makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap materi ajar. Para siswa aktif mencari sendiri dan atau bersama-sama dengan teman sebaya, nilai-nilai kemanusiaan dari setiap materi ajar (refleksi) dan mewujudnyatakan nilai-nilai tersebut dalam tindakan nyata (aksi). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), untuk membantu memecahkan permasalahan yang terjadi di kelas VB Sekolah Dasar Kanisius Sengkan Yogyakarta, dalam proses pembelajaran IPA dengan pembelajaran Paradigma Pedagogi Ignatian (Reflektif). Peneliti mengadopsi model PTK yang dirancang oleh Bruce W. Tuckman and Brian E. Happer (2012). Nilai rata-rata hasil belajar siklus 1 adalah 13,85 dan siklus 2 adalah sebesar 15,03 dengan demikian diperoleh perbedaan rata-rata sebesar 1,175 dimana nilai rata-rata hasil belajar siklus 1 adalah lebih rendah dan hasil belajar siklus 2 adalah lebih tinggi. Dari uji t diperoleh nilai t hitung sebesar 2,466 dan t tabel sebesar 2,000 dengan probabilitas sebesar 0,016 pada taraf signifikansi 0,05. Karena nilai t hitung lebih besar dari tabel dan karena probabilitasnya jauh di bawah 0,05, maka penerapan pembelajaran Paradigma Pedagogi Ignatian (reflektif) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VB SD Kanisius Sengkan Yogyakarta, dalam pembelajaran IPA. Hasil penelitian tentang motivasi berprestasi siswa diperoleh bahwa nilai rata-rata motivasi berprestasi siklus 1 adalah 108,23 dan siklus 2 adalah sebesar 116,05, dengan demikian diperoleh perbedaan rata-rata sebesar 7,825 dimana nilai rata-rata motivasi berprestasi siklus 1 adalah lebih rendah dan nilai rata-rata motivasi berprestasi siklus 2 adalah lebih tinggi. Dari uji t diperoleh nilai t hitung sebesar 2,572 dan t tabel sebesar 2,000 dengan probabilitas sebesar 0,012 pada taraf signifikansi 0,05. Karena nilai t hitung lebih besar dari tabel dan karena probabilitasnya jauh di bawah 0,05, maka penerapan pembelajaran Paradigma Pedagogi Ignatian (Reflektif) juga dapat meningkatkan motivasi berprestasi belajar siswa kelas VB SD Kanisius Sengkan, Yogyakarta dalam pembelajaran IPA.
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pokok pikiran atau gagasan pokok pembicaraan dengan mengaitkan beberapa mata pelajaran, sehingga dapat memberikan ...pengalaman bermakna kepada siswa. Transfer pembelajaran berbasis tematik ke siswa Sekolah Dasar tidak mengalami kesulitan bagi guru jika dilakukan secara langsung di sekolah. Akan tetapi, pandemi covid-19 pada saat ini menyebabkan digunakannya media pembelajaran online sehingga guru-guru mengalami kesulitan. Kesulitan penyampaian materi tersebut juga dirasakan orang tua yang juga berusaha memberikan pembelajaran berbasis tematik di rumah berdasarkan buku yang diperoleh dari sekolah. Penelitian ini merancang framework pembelajaran berbasis serious game berdasarkan buku tematik Sekolah Dasar dengan tujuan dapat mempermudah guru dalam melakukan pembelajaran jarak jauh serta mempermudah orang tua dalam menyampaikan materi yang terdapat di dalam buku tematik tingkat Sekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen utama dalam perancangan serious game untuk memenuhi komponen pedagogi dan fun adalah game component, graph design, database design dan fitur design, di mana konsep immersifitas merupakan hal pokok sebagai upaya yang dapat membuat pemain masuk ke dalam suasana permainan dan mendapatkan pengalaman lebih dari permainan tersebut.
This paper discusses the practical implications of the theological concept of the three roles of Christ's office which is one of the distinctive identities of Reformed theology with the term munus ...triplex in the realm of Christian education. This theological concept explains the identity and work of Christ in salvation by carrying out the role of office as prophet, priest and king. The purpose of this study is to explain and apply the concept of Munus Triplex as one of the tools to manifest Christian theology concretely and specifically in the pedagogical context by presenting the identity and work of Christ as the centre of salvation, where Christian educators need to build it through certain habits with students continuously. The habit is built intentionally in presenting educators as the image of Christ through the implementation of the role of the office of prophet, priest and king. Thus, the educator is expected to see Christ through the habits built by the Christian educator so that the educator can grow to love God and resemble Christ more and more. BAHASA INDONESIA ABSTRACT: Tulisan ini membahas tentang implikasi praktis dari konsep teologis tiga peran jabatan Kristus yang menjadi salah satu identitas khas dari teologi Reformed dengan istilah munus triplex dalam ranah pendidikan Kristen. Konsep teologis ini menjelaskan mengenai identitas dan karya Kristus dalam keselamatan dengan mengemban peran jabatan sebagai nabi, imam dan raja. Tujuan dalam penelitian ini adalah menjelaskan dan mengaplikasikan konsep Munus Triplex sebagai salah satu tools untuk mengejawantahkan teologi Kristen secara konkrit dan partikular dalam konteks pedagogik dengan menampilkan identitas dan karya Kristus sebagai pusat keselamatan, dimana pendidik Kristen perlu membangunnya melalui kebiasaan tertentu dengan naradidik secara kontinyu. Kebiasaan tersebut dibangun secara intensional dalam menampilkan pendidik sebagai gambar Kristus melalui pelaksanaan peran jabatan nabi, imam dan raja. Dengan demikian naradidik diharapkan dapat melihat Kristus melalui kebiasaan yang dibangun pendidik Kristem sehingga naradidik dapat bertumbuh semakin mencintai Tuhan dan menyerupai Kristus.