Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kestabilan penyetaraan horizontal metode linier dengan proporsi kelompok gandeng 15%, 20%, 25%, dan 30% dengan replikasi sebanyak 50 kali. ...Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis sekor hasil belajar fisika siswa. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMA kelas XI program IPA di Kabupaten Pandeglang, sedangkan sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA di SMAN 1 Pandeglang, SMAN 2 Pandeglang, SMAN 4 Pandeglang, SMAN 6 Pandeglang, dan SMAN CMBBS yang berjumlah 800 orang yang diambil secara acak sederhana dengan pengembalian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan membandingkan nilai Root Mean Square Difference (RMSD) dari hasil penyetaraan berdasarkan perbedaan proporsi kelompok gandeng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kestabilan penyetaraan horizontal dengan metode linier dengan proporsi kelompok gandeng 15%, 20%, 25%, dan 30% dengan replikasi sebanyak 50 kali. Uji lanjut digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar kelompok jika masing-masing kelompok dibandingkan. Berdasarkan uji lanjut, diketahui bahwa penyetaraan dengan proporsi kelompok gandeng 15% paling stabil dibandingkan dengan penyetaraan dengan proporsi kelompok gandeng 20%, 25%, dan 30% dengan replikasi sebanyak 50 kali.
Abstract
Graphic interpretation is an important part of studying science. Graph interpretation is part of a representation that shows students' conceptual understanding. This research is focused on ...the ability of interpretation of kinematics graph of high school student of X class one of high school in Banten. The method used is qualitative with survey technique. The sample of research is 21 students who have obtained the kinematics of straight movement. The test instrument used refers to the standard Test of Understanding Graphs-Kinematics version 2.6 (Robert J. Beichner). The results showed some of the most difficulty students sorted as follows. First, the question of no 16 is to determine the change in the velocity of the object for an accelerated object not constant but linear. Only 9.52% can answer correctly. Second, describe the position graph of the object as a function of time for a moving object with a certain acceleration (problem no 9). Only 14% of students answered correctly. Third, the determination of the change of the position of the object when the velocity of the object at all times is described in the graph (question no 4, 19%). Fourth, the instantaneous determination of the velocity of the object from the position graph as a function of time (question no 3, 29%).
Abstrak
Interpretasi grafik merupakan salah satu bagian yang penting dalam mempelajari sains. Interpretasi grafik merupakan bagian dari representasi yang menunjukkan pemahaman konseptual siswa. Penelitian ini difokuskan pada profil kemampuan interpretasi grafik kinematika siswa SMA kelas X salah satu SMA di Banten. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik survey. Sampel penelitian sejumlah 21 siswa yang telah memperoleh pembelajaran Kinematika gerak lurus. Instrumen tes yang digunakan merujuk pada tes standar Test of Understanding Graphs- Kinematics version 2.6 (Robert J. Beichner ). Hasil penelitian menunjukkan beberapa kesulitan terbanyak siswa diurutkan sebagai berikut. Pertama, soal no 16 yaitu menentukan perubahan kecepatan benda untuk benda yang mengalami percepatan tidak konstan tetapi linear. Hanya 9,52 % yang dapat menjawab benar. Kedua, mendeskripsikan grafik posisi benda sebagai fungsi waktu untuk benda yang bergerak dengan percepatan tertentu (soal no 9) . Hanya 14 % siswa yang menjawab benar soal. Ketiga, Penentuan perubahan posisi benda ketika kecepatan benda setiap saat dideskripsikan dalam grafik ( soal no 4, 19 %). keempat, penentuan kecepatan sesaat yang dimiliki benda dari grafik posisi sebagai fungsi waktu ( soal no 3, 29 %).
Abstract
This research is motivated because it found students' difficulties when experimenting to determine the magnitude of restitution coefficient. First, the determination of the initial height, ...the height of the second reflection and so on is not appropriate because it must observe something in a very short time. Second, the initial high determination is too high. Third, the object is oversize. Allegedly, existing worksheets do not facilitate students to experiment properly. This study aims to improve the experimental worksheet and redesign the experimental tool, so students will more easily understand how to experiment properly. This research is a classroom action research. Students' experimental abilities were obtained by comparing the answers of student worksheets before reconstruction and student answers after reconstruction. The results show that reconstructed worksheets can improve students' ability to experiment.
Keywords: Redesigning the appartures, Worksheets, Restitution Coefficients, Experimenting Skills.
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi karena ditemukan kesulitan siswa ketika melakukan percobaan untuk menentukan nilai koefisien restitusi. Pertama, penentuan tinggi awal, tinggi pantulan ke dua dan seterusnya tidak tepat karena harus mengamati sesuatu dalam waktu yang sangat singkat. Kedua, Penentuan tinggi awal yang terlalu tinggi. Ketiga, ukuran benda yang terlalu besar. Diduga kuat, lembar kerja yang ada kurang memfasilitasi siswa untuk melakukan percobaan dengan benar. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki lembar kerja percobaan dan mendesain ulang alat percobaan, sehingga siswa akan lebih mudah memahami cara melakukan percobaan dengan benar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Kemampuan siswa bereksperimen diperoleh dengan cara membandingkan jawaban lembar kerja siswa sebelum direkonstruksi dan jawaban siswa setelah direkonstruksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembar kerja yang telah direkonstruksi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bereksperimen.
Kata-kata Kunci: Pengembangan Alat Peraga dan Lembar Kerja Percobaan, Koefisien Restitusi, kemampuan bereksperimen.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan parameter butir soal Fisika materi Usaha dan Energi menggunakan pendekatan item response theory (IRT) penskoran dikotomus dan politomus. Penelitian ini ...merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Subyek penelitian sebanyak 1175 siswa SMA kelas XI yang tersebar di provinsi Jawa Barat dan Banten yang terdiri 450 siswa laki-laki dan 725 siswa perempuan. Data respon dengan penskoran dikotomus dianalisis menggunakan pendekatan teori respon butir dengan program BILOG-MG sedangkan untuk penskoran politomus dianalisis dengan pendekatan GPCM menggunakan program R guna mendapatkan informasi tentang tingkat kesukaran, daya beda, kecocokan butir, estimasi kemampuan peserta didik. Hasil uji kecocokan model menunjukkan bahwa butir soal paling banyak fit dengan model 2PL. Hasil penelitian menunjukan bahwa parameter butir soal Fisika materi Usaha dan Energi dengan penskoran dikotomus menunjukkan keseluruhan butir memiliki kriteria butir baik dan dengan penskoran politomus menunjukkan hampir seluruh butir kategori baik
This study compares students' abilities using the Item Response Theory (IRT) approach to dichotomous and polytomous scoring. This research is quantitative descriptive. The research subjects were 1175 ...high school students in class XI spread across West Java and Banten provinces, consisting of 450 male students and 725 female students. Response data with dichotomous scoring were analyzed using the item response theory approach with the BILOG-MG program, while the polytomous scoring was analyzed using the GPCM approach using the R program. The results of the model fit test showed that the items most fit with the 2PL model. The instrument used is a work and energy material test instrument tested for validity d, reliability, distinguishing power, and difficulty level. The results showed that the average ability with a polytomous score was greater than that of a dichotomous, even though compared to having almost the same ability but with a relatively different distribution. The distribution of students' abilities with polytomous scoring is closer to the normal curve than the dichotomous scoring. The relationship between students' ability scores with these two scoring approaches is shown by a correlation coefficient score of 0.990 and a determination index of 0.9808 with a prediction line y= 0.9735 x +0.0036.