Nell'ambito della collaborazione con il CISS, si segnala la registrazione del seguente incontro: Seminario di studio su Agostino a cura del Centro Interuniversitario di Studi sul Simbolico (CISS) ...Introduce: prof.ssa Iolanda Poma Relatori: prof.ssa Donatella Pagliacci, prof. Massimo Parodi Conclusioni: prof. Luigi Alici Registrazione video online: https://ciss.uniupo.it/archivio-iniziative/2021
Local Wisdom as a Symbol in Regional Budgeting Policy Decision. This study aims to describe the local wisdom of the “dodandian i paloko bo kinalang” agreement as a symbol of the government in making ...local budgeting policy decisions. The method used is descriptive qualitative by involving several stakeholders related to the Kotamobagu City government as informants. This study found that the “dodandian i paloko bo kinalang” agreement is seen as a form of commitment of all stakeholders. Therefore, the symbol of government is seen as a bastion of commitment that has been mutually agreed upon by the community and government to accommodate local regulations.
This article examines the phenomenon of the pilgrimage of followers of the Syattariyah Order in Minangkabau to the tomb of Sheikh Burhanuddin. The focus of this article is on the forms of cultural ...and religious simbols that exist in the pilgrimage tradition to this tomb and how they are interpreted. The main data of this research are from field data, such as: interviews, observations, and historical objects around the tomb. An interviews data sources involve about 80 respondents. The focus of the study is the pilgrim's motives, simbols and meanings that accompany this tradition. The results of this study prove that the cultural simbols in this tradition are representations of the community's mindset, related to the socio-economic background that influences differences in the process of meaning and the practice of pilgrimages. The identified meanings of pilgrimage are: letting go of intentions, healing, expressing gratitude, charity, matchmaking, developing or perpetuating business, continuity of practice, respect for teachers and obtaining safety and peace.
Ludruk adalah sebuah kesenian dari Jawa Timur yang mencakup lagu, musik, gerak, tari, drama dan tata cahaya panggung yang seringkali menjadi wadah penyampaian aspirasi masyarakat. Adapun peneliti ...menggunakan ludruk sebagai objek penelitian karena ludruk sebagai kesenian daerah yang memiliki berbagai simbol tersirat di dalamnya dan menggunakan bahasa daerah sehari-hari yang mudah dipahami. Adanya fakta mengenai ludruk yang semakin tergerus dan tergantikan oleh kesenian lain yang berasal dari luar negeri membuat peneliti ingin mengenalkan ludruk sedini mungkin. Peneliti menggunakan metode observasi dan wawancara serta studi literatur terhadap ludruk sebagai salah satu kesenian daerah, perkembangan kognitif dan artistik anak, musikologi dan psikomusikologi, serta kaitan antara warna dan usia praoperasional anak. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba untuk menganalisis apresiasi anak usia 6 tahun yang berada pada tahap kognitif praoperasional pada sebuah seni pertunjukkan ludruk yang disajikan secara virtual. Hasil yang didapat adalah anak mampu menangkap dan memahami simbol-simbol pada pertunjukkan ludruk, Selain itu, anak juga mengalami proses belajar memahami makna dibalik simbol dan perilaku tokoh kesenian. Anak mampu memberikan apresiasi terhadap sebuah pertunjukkan ludruk dan tidak terlepas dari aspek psikologi kognitif, aspek fisiologis, aspek afektif ataupun emosi, dan juga pengalaman musikalitas mereka sebagai individu.
Penggunaan warna merah dan kuning keemasan untuk perayaan Imlek Indonesia memang meriah. Perayaan ini sebagai momentum bagi masyarakat Tionghoa dalam melaksankan sembahyang pada leluhur dan berkumpul ...bersama keluarga. Warna merah setiap hiasan dan pakaian melambangkan kebahagiaan dan kemakmuran, sedangkan warna kuning emas melambangkan keagungan atau kewibawaan dalam merayakan pergantian tahun. Masyarakat Tionghoa sangat menjaga kelestarian budaya sendiri sehingga sangat mudah dikenali. Terdapat pemaksanaan dari pelaksanaan budaya Cina melalui simbol-simbolnya, sebut saja jika mengacu pada kalender tradisional Cina ada istilah Tahun Kelinci, Ayam, Ular, Monyet, Tikus dan sebagainya. Masyarakat Tionghoa meyakini bahwa setiap hewan mempunyai karakter yang berbeda-beda. Memahami fenomena ini, masyarakat Tionghoa akan dapat memperkirakan seperti apa bisnis kedepan dan perkiraan halangan yang akan datang. Sehingga, penulis mencermati pemaknaan peruntungan dalam simbol yang melekat budaya imlek masyarakat Tionghoa dan difokuskan di wilayah Surabaya. peneliti menggunakan penelitian metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. menggunakan teknik non probability sampling yaitu teknik purposive sampling. Simpulan dalam penelitian ini adalah masyarakat Tionghoa Surabaya memiliki kepercayaan terhadap tradisi dan terdapat pemaknaan tradisi dimana masyarakat Tionghoa di Surabaya menjunjung tinggi kebiasaan leluhur dan adat istiadat yang telah diwariskan secara turun temurun.
Simbol dan interaksi sosial tidak bisa dipisahkan pada kajian komunikasi. Penggunaan simbol-simbol merupakan kegiatan yang akan selalu hadir pada setiap proses komunikasi. Tinjauan komunikasi untuk ...penelitian makna simbol ini selalu mengalami perubahan seiring perkembangan jaman. Pola perubahan interaksi sosial di kalangan masyarakat akan membawa perubahan makna simbol yang terkandung didalamna. Tujuan penelitian ini adalah untuk pemaknaan simbol dalam perubahan interaksi sosial dalam tinjauan komunikasi. Metodologi yang digunakan kualitatif deskriptif dimana penjabaran simbolik melalui pendekatan Perspektif simbolis interaksionism. Hasil penelitian didapatkan bahwa manusia mengembangkan satu set simbol yang kompleks untuk memberi makna terhadap dunia dalam paradoks.
Representasi simbol melibatkan metonymy dan metaphor. Metonymy sebagai rantai penanda, dalam hal ini simbol, sedangkan metaphor sebagai pemaknaan dari penanda (simbol). Metonymy dan metaphor saling ...terkait dan terlibat dalam sistem penyimbolan saat seseorang menemukan simbol baru dalam proses pembelajaran matematika. Mahasiswa Teknik Sipil banyak menemukan simbol baru dalam perkuliahan Kalkulus II, seperti simbol fungsi dua variabel atau lebih beserta turunannya. Simbol-simbol tersebut tentunya berbeda dengan simbol fungsi satu variabel dan turunannya yang telah dipelajari pada Kalkulus I semester sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan mahasiswa Teknik Sipil dalam merepresentasikan simbol sebagai metonymy dan metaphor melalui penyelesaian masalah Turunan Parsial. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus, sebagai salah satu upaya untuk mendeteksi kesulitan mahasiswa dalam belajar Turunan Parsial. Mahasiswa diberi worksheet berisi masalah Turunan Parsial yang difokuskan pada representasi simbol sebagai metonymy dan metaphor. Hasil penyelesaian masalah pada worksheet dianalisis berdasarkan representasi simbol turunan parsial baik dari notasinya maupun makna dari notasi. Hasil yang diperoleh adalah bahwa mahasiswa Teknik Sipil kurang mampu dalam merepresentasikan simbol turunan parsial fungsi f terhadap x maupun y. Mahasiswa mampu menentukan selesaian akhir turunan parsial dengan benar, namun kurang baik dalam penandaan simbol turunan parsial.
Penelitian ini mendeskripsikan tentang pemaknaan ritual Rion-rion dan Orom Sasadu dalam praktik budi daya padi ladang suku Sahu Jio Tala’i Padusua di Kabupaten Halmahera Barat, sebagai bentuk ...komunikasi ritual. Paradigma yang digunakan adalah konstruktivisme dengan pendekatan kualitatif dan metode etnografi komunikasi. Pengamatan, wawancara dan dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data pada saat ritual budi daya padi ladang Rion-rion dan Orom Sasadu dilakukan. Informan penelitian ini berasal dari petani padi ladang suku Sahu di Desa Worat-Worat dan Desa Cempaka Kabupaten Halmahera Barat, kepala desa, ketua adat, tokoh perempuan, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda pada kedua desa tersebut. Data dianalisis dengan mereduksi, menyajikan data dan menarik kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun mulai tergerus oleh perkembangan peradaban, tetapi ritual budi daya padi ladang Rion-rion dan Orom Sasadu masih dimaknai dan dilestarikan oleh suku Sahu Jio Tala’i Padusua sebagai identitas budaya, karena memiliki nilai-nilai historis, budaya dan simbolis pangan pokok.