Kajian tasawuf selalu menarik untuk didiskusikan, bahkan di era pasca modern dimana kita merasakan tiba-tiba begitu ramai orang mencari dan menempuh jalan-jalan spiritual. Seolah mencari kesegaran ...kembali, makna dan nilai kemanusiaan dari dahaga akibat amukan modernisme yang cenderung positivistik, dan gaya hidup yang pragmatis. Islam sendiri datang ke Nusantara sudah dalam corak tasawuf, baik yang dibawa oleh para Walisongo maupun guru-guru sufi lain di Nusantara termasuk di Aceh. Di Jawa, ajaran ini terus berkembang bahkan dalam banyak kitab atau tulisan sastra Jawa, baik dalam kitab serat Wedatama, Serat Dewaruci maupun dalam Serat Wirid Hidayat jati. Ajaran Martabat tujuh dalam Wirid Hidayat jati, merupakan pengembangan dari Ibnu Arabi dan Muhammad Ibnu Fadlullah dalam kitab Al-Tuhfatu Mursalah ila Ruhin Nabi serta ajaran Tasawuf Aceh. Walaupun coraknya panteisme-monisme, teori tingkatan tujuh martabat dalam penciptaan masih serupa dengan teori emanasi. Untuk itu menarik ketika menggunakan perspektif emanasi untuk melihat ajaran ini. Metodelogi dalam penelitian ini menggunakan library research (pustaka). Dalam penelitian ada tiga hal yang dijadikan perspektif dalam analisis tentang ajaran ini, yaitu; Sumber dan ajaran (antara emanasi dan martabat tujuh) yang terpaut zaman yang cukup jauh, metodologi yang berbeda dimana emanasi lebih diskursif filosofis sementara ajaran martabat tujuh bercorak intuitif mistis, serta beberapa perbedaan dan titik temu dari keduanya.
Santo Augustinus seorang filosof abad pertengahan yang sekaligus juga seorang teolog. Ia mencari sintesis antara rasionalitas Yunani dan iman Kristiani. Meskipun iman Kristiani dan refleksi filosofis ...menyatu secara tak terpisahkan dalam Santo Augustinus, apa yang ditulisnya bukan hanya penting bagi teologi Kristiani, melainkan juga merupakan sumbangan besar kepada pemikiran murni filosofis, melampaui umat seimannya. Santo Augustinus tidak menulis buku khusus tentang etika – meskipun bernapaskan imannya yang kristiani – dalam struktur teoritis etika Santo Augustinus betul-betul filosofis yang tidak mengandaikan iman keprcayaan agama tertentu. Etika Santo Augustinus yang mengangkat kembali intuisi dasar Plato amat menentukan seluruh pemikiran teologi moral di Barat selanjutnya. Dalam pemikirannya tentang etika, Santo Augustinus sama sekali tidak menyinggung tentang filsafat perennial. Namun pemikiran etikanya yang yang mendasarkan pada perintah ilahi dan penyatuan manusia dengan Tuhan melalui cinta membawa pada visi filsafat perenial. Dimana ada tiga konsepsi filsafat perenial/filsafat keabadian yaitu metafisika (berorientasi pada ketuhanan), psikologi (manusia sebagai mikrokosmos) dan etika (sebagai keselarasan).
Ibnu Khaldun merupakan tokoh besar yang tidak diragukan sumbangan pemikirannya, ketokohanya diakui baik di dunia Islam maupun Barat. Bahkan dalam kajian ilmu sejarah maupun filsafat sejarah, ia ...termasuk tokoh awal yang membangun fondasi bangunan sejarah dari sejarah yang sebelumnya hanya berupa deskripsi peristiwa-peristiwa, nama-nama penguasa atau silsilah keturunan dan angka-angka tahun, menjadi suatu sistem bangunan keilmuan dan filsafat yang utuh. Dalam pemikiran filsafat sejarahnya, Ibnu khaldun termasuk yang menganut determinisme sejarah. Berbicara tentang hukum-hukum sejarah, determinisme sejarah kerap dimaknai sebagai hukum kausalitas. Ibnu Khaldun memberlakukan hukum kausalitas bukan hanya pada alam saja, tetapi juga berlaku pada manusia. Di sisi lain Ibnu Khaldun sebagai penganut Asy’ariyah dimana paham teologi ini menolak hukum kausalitas atas dasar kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Ada semacam pertentangan antara paham keyakinan teologi dan paham determinismenya. Paham teologinya menolak kausalitas, sementara ia menganut determinisme dalam sejarah. Disinilah menariknya bahwa kecerdasan Ibnu Khaldun mampu mendamaikan pertentangan antara sains dan teologi dalam menjelaskan hukum determinisme sejarah ini.
Iontronics is a newly emerging interdisciplinary concept which bridges electronics and ionics, covering electrochemistry, solid‐state physics, electronic engineering, and biological sciences. The ...recent developments of electronic devices are highlighted, based on electric double layers formed at the interface between ionic conductors (but electronically insulators) and various electronic conductors including organics and inorganics (oxides, chalcogenide, and carbon‐based materials). Particular attention is devoted to electric‐double‐layer transistors (EDLTs), which are producing a significant impact, particularly in electrical control of phase transitions, including superconductivity, which has been difficult or impossible in conventional all‐solid‐state electronic devices. Besides that, the current state of the art and the future challenges of iontronics are also reviewed for many applications, including flexible electronics, healthcare‐related devices, and energy harvesting.
Iontronics bridges the two worlds of electronics and ionics at the interface of electronic conductors and ionic conductors. Recent progress in this emerging field is highlighted from both the fundamental material science aspects and application perspectives. This includes the discovery of new physics and of the emerging functionality of ion‐controlled electronics for thermoelectrics, neuromorphic devices, and flexible electronics.
Konsep dasar Neuroanestesi & Neuro Critical Care disebut sebagai ABCDE neuroanestesi. Early Brain Injury (EBI) dahulu dikenal sebagai cedera otak primer. Pada EBI terjadi hilangnya autoregulasi, ...hilangnya integritas barier darah otak. Adanya Trias Cushing menunjukkan adanya hipertensi intrakranial. Target tekanan darah pada cedera otak traumatik (traumatic brain injury/TBI) adalah hindari tekanan darah sistolik <110 mmHg, pertahankan tekanan perfusi otak (cerebral perfusion pressure/CPP) 60-70 mmHg, target pengaturan PaCO2 adalah normokarbia, PaCO2 35–40 mmHg, penggunaan profilaksis phenytoin atau valproate tidak direkomendasikan untuk mencegah late post traumatic seizure (late PTS). Masih perlu menganalisa terapi decompressive craniectomy (DECRA) dibandingkan dengan terapi medikal kontinyu untuk peningkatan tekanan intrakranial (intracranial pressure/ICP) yang refrakter setelah TBI. Anestesi umum untuk pasien dengan TBI berat lebih baik dengan total intravenous anesthesia (TIVA), pemberian cairan harus mempertimbangkan osmolaritas cairan tersebut. Pada konsep yang baru, pada pasien dengan peningkatan ICP, konsentrasi anestetika volatil harus dibatasi sampai 0,5 MAC. Target gula darah adalah normoglikemia. Hipotermi profilaksis atau terapeutik tampaknya tidak memiliki tempat dalam pengelolaan cedera otak berat