ABSTRACTThis study is aimed at investigating the rhetorical structure of Introduction chapters of English master theses written by Indonesian postgraduate students and identifying the frequency of ...communicative moves and their constituent steps as well as finding how the students justify their research projects reported in their Introduction chapters. The research design was mixed method research combining quantitative and qualitative method. Twenty Introduction chapters of English master theses were taken from two different fields; English language education and applied linguistics, and they were analyzed using checklists. The results: (1) three moves and fifteen steps are found in the introduction chapters of master theses and three newly identified steps other than those specified in Bunton’s are also found in the corpus of this study and (2) three moves are considered obligatory moves, seven steps are classified as obligatory, four Steps are conventional and seven Steps are optional. Further, the majority of Indonesian postgraduate students tend to rhetorically justify their research project based on the knowledge gap found in the literature. This study concludes that the move and step model suggested by Bunton (2002) and modified from Swales’ CARS is effective enough to capture the possible rhetorical structure of introduction chapter of master thesis written by Indonesian postgraduate students. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menemukan pola retorika bab pendahuluan dalam thesis bahasa Inggris diantaranya mengidentifikasi bagian pendahuluan yang memiliki moves (tahapan), steps (langkah), dan menjustifikasi pentingnya penelitian dilakukan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran (mixed method) yang menggabungkan kuantitatif dan kualitatif, dan instrumen utama yang digunakan dalam menganalisis data adalah instrumen ceklist. Data penelitian ini diambil dari dua bidang thesis yang berbeda; pengajaran bahasa Inggris dan fitur linguistik. Hasil dari penelitian ini: (1) tiga Moves (tahapan) dan limabelas Steps (langkah) ditemukan dalam bab Pendahuluan thesis pada penelitian ini. Selain itu, ditemukan juga tiga Steps (langkah) baru yang tidak ditemukan dalam pola Bunton (2002); (2) tiga Moves (tahapan) dikategorikan harus/wajib ada, tujuh Steps (langkah) diiklasifikasikan harus ada, empat Steps (langkah) boleh ada, dan tujuh Steps (langkah) boleh tidak ada. Selanjutnya, mayoritas mahasiswa pascasarjana Indonesia cenderung secara retoris menjustifikasi proyek penelitian mereka berdasarkan pada celah (gap) yang terdapat dalam penelitian-penelitian terkait terdahulu. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pola tahapan (Move) dan langkah (Step) yang dikemukakan oleh Bunton (2002) dan dimodifikasi dari pola retorika Swales yakni Creating a Research Space (CARS) cukup efektif digunakan dalam menggambarkan struktur retorika bab pendahuluan pada thesis yang ditulis oleh mahasiswa pascasarjana Indonesia.How to Cite: Pujiyanti, I. A., Arsyad, S., Arono. (2018). Rhetorical Structure Analysis on Introduction Chapters of English Master Theses by Indonesian Postgraduate Students. IJEE (Indonesian Journal of English Education), 5(2), 143-162. doi:10.15408/ijee.v5i2.8423
Penelitian ini berfokus pada analisis tingkat aksesibilitas area masuk utama bangunan Perguruan Tinggi untuk menunjang aspek kemudahan dan kenyamanan seluruh pengguna bangunan tanpa  diskriminasi ...termasuk bagi penyandang disabilitas. Layaknya bangunan fasilitas publik seharusnya dapat melayani seluruh pengunjung dengan baik melalui desain bangunan, khususnya dari segi aspek kemudahan aksesnya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganilisis tingkat keseuaiannya  menggunakan standart prinsip aksesibilitas hingga ditemukan kesimpulan dan rekomendasi yang dapat menjadi acuan bagi Perguruan Tinggi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang dilakukan pada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Aisyiyah Yogyakarta dan Universitas Siber Muhammadiyah. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara survey pengamatan, pengukuran, dokumentasi dan studi Pustaka. Analisis dilakukan dengan mengkomparasikan data hasil lapangan dengan teori terkait standar kemudahan akses. Hasil penelitian ini diketahui tingkat aksesibilitas area masuk utama pada bangunan PTMA di DIY adalah sebesar 71%.
The final results of this study describe the impact of changes in building functions on the facade typology in Kampung Prawirotaman. These results can be used for reference and consideration in the ...character and visual development of Kampung Prawirotaman. Kampung Prawirotaman is one of the tourism destination in Yogyakarta. Through a long history, Kampung Prawirotaman which is known as a batik village has been transformed into a tourism village. This area is supported by infrastructure and strategic locations. This area is close to the city center and the other tourist destinantions. Kampung Prawirotaman had an architectural heritage that form of the visual characters from the adaptation of traditional and "indis" architecture. Now, the community develop the tourism facilities as independently and spontaneously in this area. The tourism facilities has resulted in changes the various building facade elements in Kampung Prawiotaman. The research used descriptive qualitative method with architectural typology approach.
Masjid adalah salah satu fasilitas umum yang berfungsi sebagai pusat peribadatan umat islam yang masih digunakan untuk kegiatan selama masa era normal baru. Adanya kebutuhan ruang untuk kegiatan ...keagamaan di masjid memerlukan fasilitas protocol kesehatan yang baik terutama untuk mendukung kegiatan ibu dan anak yang cukup rutin dilaksanakan di Masjid Al Amanah. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui fasilitas protocol Kesehatan yang sesuai di ruang masjid untuk mendukung kegiatan ibu dan anak di era normal baru. Berdasarkan hasil kajian didapatkan 4 aspek dengan 11 penyesuaian fasilitas protocol Kesehatan yang dapat mengotimalkan penggunaan ruang masjid Al Amanah di Era Normal baru. Diharapkan hasil kajian ini dapat menjadi acuan/ arahan dalam penerapan fasilitas protocol Kesehatan yang sesuai untuk masjid Al Amanah selama era normal baru sehingga kegiatan keagamaan khususnya untuk ibu dan anak dapat berlangsung secara nyaman.
The title of this paper research result is “The Passive Cooling Alternatif Technique Which Is Efficient In Auditorium Room ‘Aisyiyah Yogyakarta University. The problem which is going to be discussed ...in this final assignment research is to find the passive cooling technique which is applicable and effective to thermal comfort aspect for auditorium room ‘Aisyiyah Yogyakarta University. The goal which is going to be achieved in this final assignment is to know the passive cooling technique which is applicableand effective to thermal comfort aspect for auditorium room ‘Aisyiyah Yogyakarta University.The research method is conducted by direct observation on sample. Then the research model is made according to observation result. Then, the research model was tested by ecotect software to measure the temperature made by each model. The data got from the measurement were analyzed for thermal quality.Based on the analysis result, it is known that temperature in auditorium room ‘Aisyiyah Yogyakarta University until 30 celcius and that is not recommendation for comfortable room. Passive cooling techniques which are applicable for auditorium room ‘Aisyiyah Yogyakarta University are ventilative cooling and mass effect cooling (single banked room). It is also known that the effective passive cooling technique is mix-ventilation type with ratio ventilation more than 1:6,79. It is also known that there is a relation between room volume percentages which is passed by air stream with its air temperature in the room.Keywords: passive cooling technique, applicable, effective, auditorium room, UNISA
Ruang publik menjadi kebutuhan komunal untuk mengakomodir berbagai aktivitas masyarakat, termasuk dalam pendidikan. Yogyakarta sebagai kota pendidikan menjadi destinasi bagi pelajar dan mahasiswa ...lokal maupun luar daerah untuk menempuh studi akibat daya tarik dari banyaknya institusi pendidikan berkualitas baik. Pendidikan menjadi kebutuhan dan hak setiap individu masyarakat, ini sejalan dengan kebijakan pemerintah tentang wajib belajar 12 tahun. Namun, realitanya tidak semua masyarakat dapat mengenyam pendidikan formal yang salah satunya disebabkan faktor keterbatasan ekonomi. Kaum marginal menjadi kelompok masyarakat yang sulit mengakses pendidikan. Berkaitan dengan kebutuhan akan ruang public tersebut, pada tahun 2014 DIY telah dicanangkan sebagai provinsi inklusif. Namun secara implementasi khususnya pada fasilitas ruang publik yang sudah ada dirasa belum maksimal menerapkan desain yang inklusif. Perancangan ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan desain Community Learning Center (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) di Yogyakarta yang menyediakan fasilitas pendidikan nonformal berupa pendidikan kesetaraan dan pendidikan keterampilan sebagai alternatif pendidikan bagi masyarakat khususnya kaum marginal dengan desain yang ramah bagi semua kalangan usia maupun disabilitas. Pendekatan inclusive design digunakan sebagai dasar perancangan melalui empat kriteria desain; functional, usable, desirable, dan viable. Kriteria tersebut akan diterapkan pada pengolahan area entrance, massa, sirkulasi dan akses, kualitas ruang, ruang dalam, dan ruang luar. Selain menunjang kebutuhan kegiatan belajar masyarakat, adanya fasilitas ini juga mendukung eksistensi Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan mendukung pemerintah daerah dalam mewujudkan DIY sebagai provinsi inklusif.Kata Kunci: Ruang publik, Community Learning Center, Inclusive design, Pendidikan.
Bisnis kafe adalah salah satu bisnis kuliner yang dewasa ini tengah banyak berkembang terutama di kalangan anak muda. Bangunan satu lantai seluas 168,5 meter persegi yang berlokasi di belakang kampus ...Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Gamping, Sleman, merupakan bangunan yang akan dijadikan untuk bisnis kafe bernama UPKRINGAN. Kafe ini mengusung tema ‘Angkringan Naik Kelas’. Pemilik bangunan yang sekaligus sebagai klien menekankan untuk membuat desain interior kafe yang modern namun tetap mempertahankan suasana angkringan sebagai tema utama dari kafe tersebut. Gaya industrial dipilih dalam perancangan interior kafe, dimana cukup identik dengan visual angkringan yang diusung sebagai tema. Tahap proses perancangan interior dimulai dari pengumpulan data yang diperoleh dari pengamatan atau observasi dan studi data, hingga didapat hasil akhir rancangan yaitu menciptakan desain interior ruang kafe modern yang efisien dalam kapasitas ruang dan tetap mempertahankan konsep suasana ruang angkringan yang diwujudkan dengan gaya industrial. Diketahui untuk mencapai efisiensi kapasitas ruang, desain interior kafe modern juga perlu untuk tetap memperhatikan kenyamanan pengguna dan juga estetika visual.
B’line Desain” merupakan perusahaan yang bergerak dibidang desain, pelaksana dan properti (interior dan eksteriror). Kantor nya yang berada di Godean saat ini sedang dalam tahap renovasi. Pemilik ...kantor berencana melakukan penambahan lahan yang akan digunakan sebagai area workshop dan melakukan penyelesaian fasad. Desain pada kantor ini diharapkan dapat memberikan kesan nyaman bagi pengguna dari segi penempatan furniture yang diperhatikan atau disesuaikan dengan luasan bangunan eksisting sehingga tidak menyulitkan akses pergerakan para pengguna, serta memiliki estetika dengan menyeimbangkan desain fasad bagian eksterior dan interior. Pengumpulan data terkait desain bangunan dikumpulkan melalui data primer yaitu observasi, dokumentasi serta pengukuran dan data sekunder berasal dari literatur dimana data dapat berupa jurnal atau buku terkait perancangan. Penyelesaian desain bangunan menggunakan konsep modern minimalis menyesuaikan karakter dari klien. Konsep tersebut dapat dilihat dari penerapan penggunaan warna putih pada bangunan yang dapat memberikan kesan tertentu pada ruangan maupun perabot, serta pendimensian perabot termasuk dalam faktor yang mempengaruhi kenyamanan fisik karyawan dan desain ini diharapkan dapat mendukung aktivitas yang ada di dalam bangunan. Selain itu, konsep ini merupakan konsep yang paling sesuai dari segi desain yang simple serta fungsional, dimana konsep modern minimalis lebih mengutamakan fungsi dan efektifitas penggunaan sehingga berdampak pada desainnya yang hampir atau bahkan tidak menggunakan ornamen hiasan.