Pendahuluan: Pengembangkan obat antikanker yang selektif dari turunan hidroksiurea masih diteliti sampai saat ini. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode sintesis senyawa turunan ...hidroksiurea yaitu 1-benzil-3-(4-etil-benzoil)urea dan 1-benzil-3-(4-klorometil-benzoil)urea. Metode: Optimasi metode sintesis yang dilakukan dengan membandingkan produk hasil sintesis dengan pemanasan refluks dan tanpa pemasanan refluk. Produk yang didapat dilakukan analisis elusidatif meliputi FTIR, 1H-NMR dan 13C-NMR. Hasil: berdasarkan hasil perbandingan metode sintesis menggunakan refluks menyebabkan terbentuknya dua produk samping sehingga perlu dilakukan pemisahan dengan kromatograsi kolom antara produk utama dengan dua produk sampingnya. Metode tanpa pemasanan lebih dipilih karena tidak menghasilkan dua produk hasil samping walaupun rendemen masih dalam rentang 20-30%. Kesimpulan: Metode sintesis senyawa turunan 1-benzil-3-benzoilurea lebih direkomendasikan tanpa pemasanan daripada menggunakan pemanasan refluks, tetapi penelitian kedepannya harus didapatkan metode yang lebih baik untuk mendapatkan rendemen yang lebih besar.
Latar Belakang. Laryngopharyngeal reflux (LPR) merupakan keadaan terjadinya aliran balik isi lambung ke daerah saluran aerodigestif bagian atas yang menyebabkan iritasi dan ketidaknyamanan. ...Tatalaksana dengan terapi medikamentosa saja tidak cukup jika tidak menghindari faktor resiko lainnya seperti makanan. Oleh karena itu, studi literatur dilakukan untuk mengetahui pilihan makanan yang dianjurkan untuk terapi LPR.
Objektif. Mengetahui pilihan makanan pada modifikasi diet rendah asam, diet rendah lemak dan minuman alkali untuk penderita Laryngopharyngeal Reflux (LPR).
Metode. Penelitian ini merupakan tinjauan naratif. Pencarian literatur dilakukan melalui 3 sumber basis data yaitu Pubmed, Google Scholar, dan Proquest dalam rentang publikasi dari tahun 2011-2021. Artikel diseleksi berdasarkan kriteria eligibilitas yang telah ditentukan. Penelitian ini membahas pilihan menu diet rendah asam, diet rendah lemak dan minuman alkali yang disarankan untuk penderita LPR.
Hasil. Total 8 studi dimasukkan dalam tinjauan naratif ini. Terapi LPR selain diberikan PPI dosis tinggi dua kali sehari, juga diberikan anjuran modifikasi diet. Modifikasi diet yang diberikan dapat berupa diet rendah asam yaitu menghindari makanan dengan pH asam (pH <5), diet rendah lemak yaitu mengonsumsi lemak 10-25% saja dari kebutuhan total per hari, dan mengonsumsi minuman alkali dengan pH 8 yang terbukti memiliki manfaat dalam perbaikan gejala pasien laryngopharyngeal reflux.
Kesimpulan. Pilihan modifikasi diet berupa diet rendah asam, rendah lemak, dan minuman alkali sangat dianjurkan untuk terapi pada penderita Laryngopharyngeal Reflux
Ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) mengandung senyawa antibakteri yang terdiri dari senyawa fenol dan turunannya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas antibakteri ekstrak daun ...sirih hijaupada berbagai jenis pelarut terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. Penelitian ini menggunakanmetode refluks dengantiga jenis pelarut yaitu etanol yang bersifat polar, etil asetat bersifat semi polar, dan n-heksana yang bersifat non polar. Uji antibakteriterhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dilakukan dengan metode difusi kertas cakram. Rendemen ekstrak daun sirih hijau tertinggi terdapat pada variabel pelarut etanol yaitu sebesar 4,083%. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa semua hasil ekstrak positif mengandung tannin dan menunjukkan hasil negatif pada senyawa saponin. Diameter zona hambat tertinggi didapatkan pada variabel pelarut etanol pada aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis yaitu sebesar 23,13 mm. Kadar fenol tertinggi terdapat pada variabel pelarut n-heksana yaitu sebesar 6,85%.
Latar belakang. Pada umumnya anak dengan penyakit gastroesofageal refluks (PRGE) diterapi dengan antagonis reseptor H2 (H2RA) atau inhibitor pompa proton (PPI). Keduanya merupakan obat yang tersering ...diresepkan pada PRGE anak, namun efikasi keduanya masih kontroversi.Tujuan. Untuk mengevaluasi penggunaan PPI dan H2RA pada anak dengan PRGE melalui telaah sajian kasus berbasis bukti.Metode. Pencarian literatur secara sistematik menggunakan instrumen pencari PUBMED, Cochrane, dan Google Scholar. Pencarian dibatasi pada literatur berbahasa Inggris, yang dipublikasi selama 15 tahun terakhir, dan usia pasien 0–18 tahun. Studi dianggap memenuhi syarat bila dilakukan secara randomized-controlled trials, mengevaluasi PPI dan/atau H2RA untuk pengobatan GERD anak. Studi yang hanya berupa abstrak, yang hanya mengevaluasi selain non-klinis, dan laporan kasus diekslusi.Hasil. Studi kohort oleh Ruigomez dkk mencakup 8172 pasien dengan PPI (24 pasien dengan esomeprazole dan 8148 pasien dengan PPI lainnya) dan 7905 dengan H2RA. Karakteristik dasar keduanya serupa, namun anak dengan PPI cenderung lebih tua usianya. Luaran terkait keselamatan sebanyak 92 hanya pada PPI selain esomeprazole. Mattos dkk memperoleh 735 literatur, 23 studi (1598 pasien yang dirandomisasi) yang diikutsertakan dalam review sistematik. Delapan studi membuktikan bahwa PPI dan H2RA cukup efektif mengatasi manifestasi tipikal GERD. Studi lain menunjukkan bahwa omeprazole lebih unggul dibandingkan rantidin dalam pengobatan manifestasi refluks ekstra esofageal.Kesimpulan. Inhibitor pompa proton (PPI) atau H2RA dapat digunakan untuk pengobatan GERD pada anak. Omeprazol lebih unggul dibandingkan ranitidine pada pengobatan manifestasi refluks ekstra esophageal.
Refluks Laringofaring Aulia, Wita
Scripta Score Scientific Medical Journal,
08/2020, Letnik:
2, Številka:
1
Journal Article
Recenzirano
Odprti dostop
Laryngopharyngeal reflux (LPR) is a disease in which retrograde flow occurs from the contents of the stomach to the larynx and pharynx and then this material is in contact with the upper esophagus. ...This disease is different from gastroesophageal reflux disease (GERD). A man, 58 years old laborer, came with complaints of hoarseness since 3 months ago. Complaints are accompanied by swallowing pain and throat pain that has worsened since 1 month. The patient also complained that the sound had disappeared within 1 month. The patient has a history of smoking and claims that he has had a long-standing heartburn. Physical examination found blood pressure of 150/90 mmHg, pulse 102 x/minute, breathing 20 x/minute, temperature 37.9ºC. Investigations were done using the Fiber Optic Laryngoscope (LFO) and revealed a rigid epiglottis and bilateral hyperemic arytenoids and minimal edema. RSI score calculation results have been 18 and RFS score results have been 9. This pateint’s diagnosis is Laryngopharyngeal reflux (LPR). Pharmacological management for this patient is Omeprazole 40 mg 2x1 tablet, Sucralfate syrup 3x1 teaspoon, and N-acetylcysteine 3x1 tablet. Non-pharmacological management is by telling the patient to give 2 hours time between eating and lying down. The patient is also told to reduce the consumption of fatty foods, coffee, soda, alcohol, and low-acid diets, and position the head slightly higher when lying down.
Keywords: Fiber Optic Laryngoscope, laryngopharyngeal reflux, Reflux Finding Score, Reflux Symptom Index
Refluks laringofaring adalah penyakit dimana terjadi aliran retrograde dari isi lambung ke laring dan faring kemudian cairan ini bersentuhan dengan saluran esofagus bagian atas. Penyakit ini berbeda dengan gastroesophageal reflux disease (GERD). Seorang laki-laki, usia 58 tahun seorang buruh datang dengan keluhan suara serak sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan disertai dengan nyeri menelan dan nyeri tenggorokan yang memberat sejak 1 bulan ini. Pasien juga mengeluhkan suara sempat hilang timbul dalam 1 bulan ini. Pasien memiliki riwayat merokok dan mengaku bahwa menderita sakit maag sejak lama. Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 102 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 37,9ºC. Pada pemeriksaan penunjang Fiber Optic Laryngoscope (LFO), didapatkan epiglotis yang kaku serta aritenoid hiperemis bilateral dan edema minimal. Pada perhitungan skor RSI didapatkan hasil 18 dan skor RFS didapatkan hasil 9. Diagnosis pada pasien ini adalah refluks laringofaring. Penatalaksanaan pada pasien berupa medikamentosa yaitu Omeprazole tablet 40 mg 2x1 tablet, Sukralfat syrup 3x1 sendok teh, dan N-asetilsistein 3x1 tablet. Non-medikamentosa dengan memberitahukan kepada pasien untuk jarak makan dan berbaring kurang lebih 2 jam, mengurangi konsumsi makanan berlemak, kopi, soda, alkohol, dan diet rendah asam, serta memberitahukan kepada pasien untuk memposisikan kepala sedikit lebih tinggi saat berbaring
Kata kunci: Fiber Optic Laryngoscope, refluks laringofaring, Reflux Finding Score, Reflux Symptom Index
Refluks vesiko ureter (RVU) merupakan kelainan traktus urinarius yang biasa terjadipada anak. Kelainan ini seringkali didiagnosis sebagai penyerta pada anak dengan infeksisaluran kemih (ISK), ...meskipun terjadi peningkatan jumlah kasus yang didiagnosis saatlahir melalui pemeriksaan sonografi terdapat pelvo-kaleaktasis atau hidronefrosis.Kejadian RVU dapat menyebabkan terjadinya parut ginjal disertai hipertensi yang dapatberlanjut menjadi gagal ginjal kronik. Diagnosis dini melalui anamnesis, pemeriksaanfisik, laboratorium dan radiologi khususnya voiding cystourethrogram (VCUG) harusdilakukan untuk menentukan tata laksana yang sesuai. Sebagian besar pasien mendapatpengobatan medikamentosa tanpa memerlukan tindakan pembedahan.
ABSTRACT
Background: Colon in loop is a radiological examination to observe the intestinal organs using contrast media. Based on observation, examination of colon in the loop is more often done in ...mature patients. While in elderly patients occurs incontinence alvi that the anus function does not work well, so that when examined colon in the loop, the contrast media that was injected is go out of the intestine before the colon was photographed. It is intended on the results of the radiograph so that the value of image diagnose is not in the best condition.Objective: Holding device can clog the anus so that the contrast media is not to come out of the intestine during the examination. The population in this study is the patients who perform the examination of colon in loop at age above 50 years. Contrast media holding tool is expected to help the process of examination of colon in loop for maximum radiograph results so as to get the best diagnosis.Method: The type of research is explorative experimental research by making contrast media holding tool at the examination of colon in loop. Data collection method used is by filling sheets of questionnaires in the form of check list by the respondents in the hospital Radiology Installation concerned. The data collected and performed data processing and presented in the form of percentage so that it can be taken conclusions and suggestions.Result: Contrast media holding tool on Colon in Loop examination with patient over 50 years old can prevent contrast media to reflukss. Based on the calculation of recapitulation of questionnaire results on 10 respondents in Radiology Installation RSI Sultan Agung and RSUD Pandan Arang Boyolali, get the percentage of 94%.Conclusion: Based on the percentage of questionnaire results, it can be concluded that the tool is very feasible to use and able to hold the contrast media.